Prolog

1.4K 120 12
                                    

Zaki menghembuskan napas lega sesaat setelah ia mengakhiri pertemuannya dengan para pemegang saham hotel yang kini menjadi tanggung jawabnya. Pria itu berjalan paling akhir menuju pintu keluar ruang meeting. Dengan langkah lebar ia berjalan menuju elevator untuk beristirahat di ruang kerja pribadinya yang terletak di lantai dasar hotel bagian belakang tepat di seberang kolam renang.

Zaki segera mendudukkan dirinya di kursi kuasanya seraya melepaskan jas hitam yang sejak tadi membalut tubuh dan kemejanya lantas menggantungnya di bagian lengan kursi. Dasinya sedikit dilonggarkan, kedua lengan kemejanya ia lipat sampai ke siku. Garis wajahnya tampak begitu lelah. Ia butuh istirahat sejenak sebelum pulang ke rumah.

Baru sekitar lima menit ia memejamkan mata dengan tangan yang memijat ringan bagian pelipisnya, tiba-tiba ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari Qhueen, wanita yang baru saja bertunangan dengannya sebulan yang lalu.

Senyum tipis perlahan terbit di kedua sudut bibir pria itu, tangannya lantas meraih ponsel yang ia letakkan di atas meja dan langsung menerima panggilan dari tunangannya.

"Hallo, sayang." sapa Zaki dengan nada lembut.

'Aku mau ketemu sama kamu sekarang, di tempat pertama kali kita bertemu. Ingat, sekarang!' setelah mengucapkan kalimat tersebut, Qhueen langsung memutuskan panggilannya membuat Zaki berkerut dahi.

Zaki mengedikkan kedua bahunya pelan lantas memasukkan ponselnya ke dalam saku celana kainnya kemudian meraih jas hitam miliknya dan segera mengenakan di tubuhnya.

"Tempat pertama bertemu? Danau berarti. Ngapain Qhueen ada di danau?" gumam Zaki sebelum akhirnya ia melangkah keluar dan terus berjalan menuju parkiran hotel.

Tidak ingin membuat wanitanya menunggu lama, Zaki langsung naik ke atas mobil dan menyalakan mesinnya kemudian melaju meninggalkan area parkir hotel tersebut.

Skip_

Setelah berjalan sekitar dua puluh meter, akhirnya mata Zaki berhasil menangkap sosok Qhueen yang kini duduk di sebuah bangku panjang di tepi danau dengan mata yang fokus menatap ke tengah danau.

Zaki melangkah dengan sangat pelan untuk mendekat ke posisi Qhueen. Kedua telapak tangannya dengan cepat menutup kedua mata Qhueen, membuat wanita itu cukup terkejut dan sontak meraba punggung tangan Zaki.

"Zaki, kamu ya?" ucap Qhueen yang berusaha melepas tangan pria itu.

"Zaki. Ih, lepasin!" pinta Qhueen setengah berteriak.

Zaki segera melepaskan tangannya dari mata Qhueen kemudian mengecup singkat puncak kepala wanita itu.

"Kamu sudah lama di sini?" tanya Zaki yang sudah mengambil posisi duduk tepat di samping Qhueen.

"Dari sejam yang lalu." jawab Qhueen apa adanya.

"Ouh. Kita mau ngapain di sini? Tiba-tiba saja nelfon minta aku ke sini. Ada apa sayang?" Zaki kembali bertanya sembari mengelus lembut kulit pipi Qhueen dengan tangan kanannya.

Qhueen terdiam untuk beberapa saat. Matanya menatap dalam ke manik kelam milik Zaki. Ada perasaan ragu dan takut mengatakan tujuannya meminta tunangannya itu datang ke tempat tersebut.

"Hei, Kok kamu diam saja? Apa ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan? Katakan saja! Aku akan berusaha membantumu kalau kamu memiliki masalah." bujuk Zaki.

Perlahan tangan Qhueen bergerak naik meraih punggung tangan Zaki untuk menghentikan kegiatannya mengelus pipinya.

"Aku... Aku..." sepetinya masih sangat sulit bagi Qhueen untuk mengatakan kalimat yang sudah berulang kali ia rangkai sebelum Zaki datang menemuinya.

"Iya, kamu kenapa sayang?"

"Aku ingin kita mengakhiri hubungan pertunangan ini. Aku ingin kita pisah." ucap Qhueen akhirnya.

Zaki yang mendengarkan menatap Qhueen tidak percaya. Apa yang baru saja ia dengar?

Zaki kembali mencerna kalimat itu di dalam otaknya, tidak lama setelahnya ia tertawa pelan lantas meraih kedua tangan Qhueen, menggenggamnya dengan sangat erat dan membawanya menuju bibirnya dan mengecupnya berulang kali.

"Ulang tahunku beberapa bulan lagi. Kamu berusaha mengerjaiku ya?" tanya Zaki yang berusaha berpikir positif, membuat Qhueen kini menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku tahu siapa kamu Qhueen. Kamu adalah wanita yang sangat mencintai Zaki Daud. Jadi, tidak mungkin kamu ingin berpisah denganku. Ini hanya lelucon, iya kan?" kata Zaki melanjutkan kalimatnya.

Qhueen menggeleng pelan seolah mengatakan kalau dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya, bersungguh-sungguh dengan keputusannya.

"Tidak. Ini bukan lelucon Zaki. Aku memang ingin berpisah denganmu. Aku sudah memikirkannya sejak seminggu yang lalu. Jadi, aku mohon lepaskan aku." tutur Qhueen yang terdengar yakin dengan kalimatnya.

Tawa Zaki tak lagi terdengar. Wajahnya berubah menjadi tegang bahkan genggaman tangannya perlahan melonggar. Zaki harap ia sedang bermimpi dan bisa segera bangun. Tapi sayang sekali, Qhueen nyata berdiri di hadapannya dan mengatakan keinginannya dengan sangat jelas.

"Sayang, kamu kenapa bicara seperti itu? Apa kamu sedang mengalami masa sulit? Kita akan melewatinya bersama. Kamu tahu kan kalau lima bulan lagi kita akan menikah?"

"Lupakan itu! Tidak akan ada pernikahan diantara kita berdua Zaki!"

"Kamu sedang tidak enak badan sayang. Ayo! Kita pulang saja." ajak Zaki.

"Aku baik-baik saja dan aku sadar betul dengan semua yang aku katakan padamu." Qhueen menegaskan seraya menarik paksa kedua tangannya dari genggaman tangan Zaki.

Perlahan Qhueen mengeluarkan cincin yang tersemat di jari manisnya kemudian menaruhnya ke telapak tangan Zaki lantas berjalan mundur beberapa langkah.

"Lupakan aku, Zaki!" ucap Qhueen sambil menatap sendu wajah pria itu.

"Tidak! Aku tidak akan melakukan itu. Kita akan menikah dan Kamu akan selalu bersamaku, sampai kapanpun!" Zaki berjalan maju dan meraih tubuh Qhueen lalu membawanya dalam dekapannya.

"Lepaskan aku!" seru Qhueen yang berusaha berontak untuk terbebas dari dekapan Zaki.

"Tidak! Aku tidak akan pernah melepaskan kamu. Tidak akan!"

"Aku bilang lepasin aku, Zaki!" teriak Qhueen sekeras mungkin membuat Zaki mau tidak mau melepaskan dekapannya.

"Aku sudah bilang kan? Aku mau kita pisah, tidak ada lagi kata kita dan tidak akan pernah ada pernikahan. Apa kamu mengerti!? Hah?"

"Tapi, sayang--"

"Cukup! Berhenti memanggilku dengan sebutan itu. Aku bukan lagi tunanganmu. Aku bukan siapa-siapamu sekarang!"

Setelah mengatakan kalimat tersebut Qhueen segera mengambil tasnya yang ia letakkan di bangku panjang tadi dan bergegas pergi meninggalkan Zaki tanpa menoleh sedikitpun.

Zaki yang merasa shock dengan peristiwa yang baru saja terjadi hanya bisa berdiri mematung sambil menatap punggung Qhueen yang kian menjauh.

"Qhueenzena!" teriak Zaki sekeras mungkin, tapi itu tidak membuat Qhueen menghentikan langkah kakinya dan justru menambah tempo berjalannya hingga ia benar-benar hilang dari pandangan Zaki.

Tubuh Zaki melorot ke bawah dan menyentuh rerumputan hijau di danau tersebut. Tanpa terasa setetes bulir bening jatuh dari pelupuk matanya. Tangannya menggenggam erat cincin yang tadi dikembalikan oleh Qhueen.

"Kamu menyakitiku Qhueen. Kamu meninggalkan aku." lirihnya begitu pilu.





-QhueenZa-


Hallo. Ini adalah cerita aku yang kedua setelah cerpen misteri yang aku tulis sebelumnya. Berharap banget bisa diterima dengan baik.

Yang mau tahu kelanjutan cerita ini, jangan lupa tinggalkan vo-mentnya ya?
Terima kasih sebelumnya.

See you in the next part 😉

QhueenZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang