QhueenZa | 01

742 106 7
                                    

Dua minggu sudah berlalu sejak Qhueen memutuskan untuk mengakhiri hubungan pertunangan antara dirinya dan Zaki. Dan sejak dua minggu itu pula, Zaki berusaha menghubungi Qhueen. Tapi baik nomor ponsel ataupun media sosial wanita itu tidak lagi aktif. Zaki bahkan mencarinya sampai ke apartemen Qhueen dan menurut pengakuan tetangga apartemen wanita itu berkata bahwa Qhueen tidak lagi terlihat ada di sana hampir dua minggu belakangan ini.

Qhueen menghilang bagai ditelan bumi. Zaki tidak dapat menemukan dirinya selama pencariannya di kota Jakarta. Entahlah, Qhueen berada di mana sekarang? Hal itu benar-benar membuat Zaki merasa frustasi dan nyaris kehilangan kewarasannya.

"Kamu dimana Qhueen?" lirihnya sembari mengusap lembut layar ponsel dan menatap gambar Qhueen yang ia jadikan sebagai wallpaper.

Zaki menghela napas berat. Saat ini pria itu sedang berada di sebuah kamar hotel dimana dirinya sendiri merupakan menejer hotel tersebut. Salah satu hotel milik Kakeknya, Damian Wicaksono.

Zaki menghempaskan tubuhnya dengan kasar di atas ranjang. Pria itu terlihat kacau dan berantakan dengan pakaian yang sama sejak kemarin akibat belum mandi karena sibuk mencari Qhueen. Zaki bahkan mendatangi beberapa rumah teman-teman Qhueen yang ia tahu, tapi tak satupun dari mereka tahu Qhueen berada dimana.

"Kemana lagi aku harus mencarimu Qhueen? Aku bahkan masih percaya kalau kita akan kembali bersama dan menikah seperti yang kita sudah rencanakan sebelumnya." Gumamnya lirih.

Sekitar lima belas menit Zaki berdiam diri di atas ranjang dengan pikiran yang masih tertuju pada orang yang sama yaitu Qhueen. Pria itu berusaha memikirkan dengan cara apalagi ia bisa menemukan mantan tunangannya. Ia harus menemukannya kalau tidak ingin berkhir dengan keadaannya yang semakin hari terlihat semakin kacau.

Klek!

Seseorang tiba-tiba membuka pintu kamar hotel Zaki membuat sang penghuni kamar terlonjak kaget. Tentu saja ia kaget. Karena setahunya hanya orang yang memiliki kartu akses yang sama dengannya yang bisa memasuki kamar miliknya dan ternyata orang itu adalah kakaknya sendiri, Putra.

Putra adalah kakak laki-laki Zaki satu-satunya yang berusia 32 tahun. Sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan berusia 4 tahun, berprofesi sebagai dokter ahli bedah. Selain Putra, Zaki juga memiliki adik perempuan bernama Nindy yang masih berstatus sebagai mahasiswi di kampus swasta milik Kakek mereka.

"Kakak ngapain di sini?" tanya Zaki dengan nada ketus sembari melangkah mendekati posisi Putra.

"Kamu kenapa sudah seminggu tidak pernah pulang ke rumah? Mama nelfon minta buat nyariin kamu supaya pulang ke rumah." tutur Putra tanpa peduli wajah kesal sang adik.

"Aku masih berusaha mencari tahu keberadaan Qhueen. Udah deh! Kakak mending pulang dan tidak perlu mengkhawatirkan aku." balas Zaki sengit.

Ck! Putra berdecak lantas melipat tangannya di depan dada. "Jangan khawatir? Kamu tidak lihat penampilan kamu sekarang? Kamu sudah kayak gembel di pinggir jalan raya sana! Sebaiknya berhenti mencari Qhueen dan hiduplah dengan normal. Jangan bikin kita semua khawatir sama kamu, terutama Mama sama Kakek!" terang Putra menegaskan.

"Iya, nanti aku pulang. Kakak sebaiknya tidak berlama-lama ada di sini, nanti istri sama anak kakak nyariin. Pulang sana!"

"Saya memang sudah mau pulang. Ingat! Jangan lupa ngabarin Mama kalau kamu memang belum mau pulang ke rumah. Kalau Mama sampai nelfon lagi, awas saja kamu!"

QhueenZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang