Happy reading...
"Apa aku mimpi" guman Mondy sambil mencoba untuk duduk.
"Dimana ini.." sambungnya.
"Di rumah sakit" jawab seseorang di samping ranjang Mondy.
Deg.. suara itu, sepertinya Mondyvmengenal suara itu, bahkan suara itu adalah suara dari pemilik hatinya. Mondy langsung menoleh kesamping kiri.
"Raya.."
"Iya Mondy.. ini aku Raya" jawab Raya.
"Bagaimana mungkin.. bagaimana mungkin kamu masih hidup sedangkan baru saja aku pulang dari pemakaman dengan anak kita.." ujar Mondy sambil mengangkat tangan kanannya mencoba untuk memegang pipi Raya.
"Apa yang kamu katakan Mon.. aku belum meninggal.. aku sehat lihat sekarang aku ada didepanmu.." jawab Raya sambil memegang tangan Mondy yang berada di pipinya.
"Tapi tadi itu.. "
"Mungkin hanya bunga tidur Mondy.. kamu sebenarnya pingsan apa tidur sih.. kok lama" cemberut Raya.
Hap.. bukan menjawab peetanyaan Raya tapi melainkan Mondy langsung turun dari ranjang dan menekuk kakinya di depan kursi roda yang duduki Raya.
"Maaf.." lirih Mondy sambil menggenggam kedua tangan Raya dengan menundukkan kepalanya.
"Untuk.." tanya Raya tersenyum miris.
Apa harus mendapatkan kabar kematiannya barulah Mondy meminta maaf kepadanya.
"Untuk semua.. semua yang telah terjadi, ini semua salah ku Ray.. seharusnya aku mendengarkan penjelasanmu terlebih dahulu.." tiba tiba Mondy merebahkan kepalanya di pangkuan Raya dan bahu Mondy berguncang.
" Mon.. apa yang kamu lakuin.. udahlah jangan bahas itu dulu.." jawab Raya yang merasakan sakit ketika mengingat dahulu ia berjuang sendiri demi anak yang ia kandung.
"Aku pria brengsek Ray.. aku pria yang bodoh.. maaf.. maafff.."
"Aku udah maafin kamu kok.." ujar Raya tersenyum dan mengangkat kepala Mondy.
"Ray.." panggil Mondy masih memegang kedua tangan Raya.
"Iya Mon.." jawab Raya menatap balik Mondy.
Tiba tiba Mondy melepaskan tangannya yang menggenggam Raya kemudian sedikit mundur menekuk kakinya di hadapan kursi roda Raya sambil menunduk, namun beberapa detik kemudian Mondy langsung menampar pipinya sendiri.
Plak.. plak.. plak..
"Mon.. mondy.." panggil Raya kepada Mondy dan menangkup kedua tangannya di kedua pipi Mondy.
"Aku udah buat kamu kecewa, aku udah jadi orang bodoh.. aku gak pantes jadi orang yang kamu sayang.." ujar Mondy sambil tetap menunduk.
"Hei Mondy.. kamu jangan kayak gini" ucap Raya mendongakkan kepala Mondy.
"Aku bukan cuman ngecewain kamu doang.. tapi lihat aku juga ngecewain kedua orang tua kita dan ngecewain temen teman kamu..
Mereka semua udah aku bikin kecewa.. kamu berhak marah sama aku Ray.." lanjut Mondy.
"Emang kamu pikir aku marah sama kamu. Ha.. enggak kan.. karena aku tau Mon.. semua itu ada alesannya.. aku juga pernah kecewa sama orang tua ku.. atau kecewa dengan temen ku" sambik menangkup kedua pipi Mondy..
"Tapi. Kita gak mungkin diajarkan untuk berbuat buruk kan.." lanjut Raya sambil tersenyum dan membelai wajah Mondy.
"Jadi kamu gak marah sama aku.. kamu gak mutusin aku" tanya Mondy menggenggam tangan Raya yang berada di kedua pipinya .
"Emang aku pernah bilang putus sama kamu. . Gak kan" ucap Raya sambil tersenyum miring.
Maaf banget ya update nya sedikit soalnya lagi bener bener sibuk kerja.. kejar target buat bagi bagi THR.. 🤣🤣🤣😂😚
Bersambung..
Salam Ramonlovers.
By. Matut.INH.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody is Perfect.
Fantasiini kelanjutan cerita dari akun ku yang @matutgirl .. gara gara laptop rusak email+kata sandi lupa ya jadi gini gak bisa lanjut di lapak yang dulu.. kalau kalian lupa ceritanya coba cek lapak ku sebelah ya.. lanjutan ceritanya ada di sini .. maaaff...