Berkisah tentang si Tiga Bersaudara yang dimana mereka adalah seorang VAMPIR. Berbeda dengan Vampir lainnya, Seok Jin, Tae Hyung dan Jungkook tak memburu manusia dan menghisap darah mereka. Bersama kedua adiknya, Seok Jin mengemban tugas sebagai pem...
Ternyata Jungkook dan Tae Hyung amat lihai menyembunyikan kebenaran bahwa pemimpin Dunia Bawah tengah tidur panjang. Tidak ada satu pun Warlock, Vampir bahkan Manusia Serigala menanyakan mengapa Seok Jin tidak pernah datang ke Pandemonium selama enam bulan terakhir. Terkadang baik Jungkook maupun Tae Hyung dihantui perasaan khawatir, mau sampai kapan mereka harus menyembunyikan hal sebesar ini.
Jumat malam giliran Jungkook melakukan kunjungan ke Pandemonium. Jungkook tampak tampan menggunakan kaus hitam pas badan, jaket kulit hitam serta jins hitam robek di bagian kedua lututnya. Ketika akan membuka pintu kamarnya Jungkook jatuh terduduk sambil berteriak memanggil ibunya, syok karena suara keras yang baru didengarnya. Dia tidak yakin suara yang baru saja didengarnya benar-benar suara ledakan bom atau tidak. Tiba-tiba Tae Hyung muncul di depan Jungkook, terheran-heran mengapa Jungkook duduk di lantai.
“Apa yang kau lakukan, Bung?” tanya Tae Hyung. Kepalanya dimiringkan ke sisi kanan.
“Bom,” kata Jungkook gemetaran sambil berusaha bangkit. “Barusan saja ada bom meledak. Kau tidak mendengarnya, Hyung?”
“Bom meledak?” Semula Tae Hyung benar-benar tidak mengerti tetapi, kemudian pemahaman mendadak mendatanginya. Dia tertawa terbahak-bahak, memegangi perutnya dan menunjuk ekspresi konyol Jungkook. “Tidak ada bom yang meledak,” katanya disela tawanya.
“Tapi―”
“Mungkin suara ini yang kau maksud,” sela Tae Hyung, meraih pergelangan tangan Jungkook dan menyeretnya ke ruangan duduk di sebelah kamarnya. Tae Hyung menekan tombol start pada konsol PlayStation setelah tadi menekan tombol pause. Tae Hyung setengah mati menahan tawanya lagi. Baru kali ini dia tahu ada Vampir yang begitu terkejut karena suara ledakan palsu dan parahnya menurut Tae Hyung wajah Jungkook jadi pucat beberapa saat lalu.
“Kau sengaja bukan menyetel volume televisi sekuat ini!” bentak Jungkook salah tingkah. Dia malu sekali dengan perbuatan konyolnya tadi―berteriak memanggil ibu. “Jantungku hampir copot asal kau tahu,” tambah Jungkook sewot.
“Pertama, aku tidak sengaja dan tidak berencana membuatmu kaget. Kedua, kau ini Vampir, Bung, dan jantungmu sudah tidak berdetak lagi.”
Semburat merah muda merekah di pipi Jungkook karena malu mendengar olok-olok Tae Hyung. Meski kesal, Jungkook memutuskan untuk tidak membalas Tae Hyung. Sambil menggerutu tidak jelas, Jungkook kembali ke kamar dan beberapa detik kemudian dia keluar lagi, di tangannya dia membawa sebuah vas bunga dan tanpa pikir panjang langsung dilemparnya ke kepala Tae Hyung.
“Hei!” pekik Tae Hyung antara kesal dan marah.
Puas rasanya bisa membalas perbuatan usil Tae Hyung, Jungkook masih cekikikan sendiri ketika masuk ke garasi. Ada tujuh buah mobil mewah berjajar rapi di sana, tiga di antaranya kepunyaan Seok Jin dan masing-masing dua mobil milik Tae Hyung dan Jungkook. Ferrari LaFerrari merah dan Ford Everest putih milik Jungkook terparkir dekat Koenigsegg Agera R hitam-merah dan Porsche Cayenne Turbo GT berwarna biru metalik milik Tae Hyung. Dua mobil sport itu―Ferrari dan Koenigsegg Agera―hadiah ulang tahun pemberian Seok Jin untuk Jungkook dan Tae Hyung dua tahun lalu. Jungkook dan Tae Hyung sama sekali tidak tahu bila Seok Jin menghabiskan uangnya sekitar tiga juta Dollar Amerika demi membelikan mobil impian kedua adiknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.