Karena kesal, kamu menahan Mingyu yang telah selesai dengan ekstra futsalnya. Kamu menatapnya sengit sementara laki-laki tersebut terlihat biasa saja.
"Berhenti mengirimiku kotak itu, kau gila, ya?"
"Kemarin aku baru pulang dari Daegu jam sepuluh malam. Memang, apa aku ini terlihat seperti pelakunya?"
"Sudah jelas waktu itu aku sendiri yang memergokimu menaruh kotak itu–hmmp!"
Mingyu menutup mulutmu dengan tangan besarnya. Ia kemudian menaruh jari telunjuk di bibirnya, menyuruhmu untuk tidak terlalu berisik karena di lapangan sekolah masih banyak anak-anak futsal.
Dari arah lain, seseorang memperhatikanmu dan Mingyu. Meninggalkan aktivitas mengibas-ngibaskan kerah kaosnya karena gerah.
Laki-laki itu menghela napas. Menunjukmu, lalu mengarahkan ibu jarinya ke arah dirinya sendiri dan terakhir ibu jari dan jari kelingkingnya tetap lurus kemudian mendekat ke arah telinganya. Isyarat yang cukup kamu mengerti, tapi kamu ingin kejelasan saat itu juga.
"Aku tertarik padamu, tapi bukan berarti aku yang melakukan itu semua. Mana ponselmu?"
Kamu menurutinya tanpa banyak bicara dan memberikan ponselmu. Mingyu mengotak-atik ponselmu secepat kilat dan mengembalikannya kembali. Dia baru saja memberikanmu nomor teleponnya.
"Hubungi aku jika memang benar hari ini kau dapat tiga kotak sekaligus. Jangan dibuka."
Mingyu pergi meninggalkanmu dengan banyak pertanyaan yang memenuhi kepalamu. Masalanya sekarang ada pada Kim Mingyu yang mencoba sok sibuk padahal saatkalian bertemu di lapangan waktu itu dia mengatakan tidak ada jadwal apapun di hidupnya kecuali futsal dan sekolah.
"Ck, baik tuan sok sibuk. Pantas saja kau tahu, kau pelakunya."
ㅡ
"Ini ulahmu kan? Semua ini ulahmu? Kau bilang tadi sore jika ada tiga kotak sekaligus yang datang dan benar! Oh, astaga, tak perlu berbohong—"
"Diamlah dulu," katanya yang sukses membuatmu terdiam seribu bahasa.
Mingyu mulai membuka kotanya satu persatu, 2 kotak kosong dan kotak terakhir berisi bangkai seekor tikus putih yang darahnya masih belum mengering dan tidak menimbulkan bau apapun. Tapi tetap saja bagimu itu menjijikan.
"Jika kau berpikir aku yang mengirim, untuk apa?"
Ponselmu bergetar. Ada sebuah pesan dari Dokyeom. Dia sudah tahu semuanya, bagaimana kamu memergoki Mingyu waktu itu, bagaimana Mari dan Hanna yang terkejut mendengar ceritamu. Dia tahu dan menyuruhmu untuk tidak terlarut dalam sudut pandang Mingyu karena bisa dibilang laki-laki itu masih terbilang baru dalam kehidupanmu.
Dokyeomie; jangan begitu percaya dengannya, paham?
Dokyeomie; ada banyak kemungkinan yang bisa kau pikirkan sebelum mempercayainya
Pandanganmu beralih ke arah Mingyu yang tengah membaca sesuatu di secarik kertas berwarna merah ditangannya. Tapi perlahan-lahan kamu bingung, siapa yang harus kamu percayai.
You; tenanglah
"Tulisannya mirip denganku. Luar biasa," katanya tenang. Sementara kamu mulai penasaran.
"Apa yang ada disitu?"
"Confess, dan juga clue."
Kamu mengambil kertas itu dari tangan Mingyu dan mulai membaca pelan-pelan. Takut ada sesuatu yang terlewat nantinya.
"Dia bahkan tahu jika aku sering melihatmu diam-diam."
Halo, mungkin kau kurang suka dengan hadiahku kali ini karena aku sudah ketahuan. Hahaha. Karena aku kecewa, kecewa kau sudah tahu diriku sebelum aku memberikan hadiahku yang lain. Aku menyukaimu sejak lama. Mungkin love at first sight memang benar dan itu terjadi padaku. Aku sering melihatmu diam-diam karena kau menarik.
anggota futsal.
stalker
ft. Kim Mingyu
2k19, pea-chu.