"Tak mau mengakuinya lagi!?"
Mingyu memijat pelan pelipisnya. Meyakinkanmu saja sudah sangat sulit, ditambah dengan seseorang yang mengaku-ngaku bahwa ialah dalang dari semua ini. Dia tidak mengerti.
"Ini jelas-jelas kau yang melakukannya! Apa lagi? Mau menyangkal?"
"Bukti yang sudah ada tidak menjamin aku pelakunya. Lagi, untuk apa aku melakukan ini?"
Kamu mengangkat bahu, tak tahu menahu, "Entahlah, tapi aku belum bisa percaya denganmu."
Mingyu tersenyum tipis, "Sebentar lagi, mungkin dia akan mengaku."
ㅡ
Kantin memang menjadi tempat favorit semua murid di dunia ini. Bahkan ketika guru sudah masuk kelas pun, tetap saja ada alasan pergi ke toilet dan kemudian mampir ke kantin sekolah. Kadang malah tidak kembali lagi ke kelas.
Seperti kamu sekarang. Oh tenang, guru sedang ada rapat dan lagipula tugas yang diberikan sudah kamu kerjakan dengan baik. Maka alangkah tenangnya kamu duduk di kantin dan mulai memikirkan apa yang harus dilakukan jika memang bukan Mingyu pelakunya.
"Melamunkan aku?"
Spontan, lamunanmu buyar dan mendapati Dokyeom yang sudah duduk didepanmu dengan cengiran khasnya. Kamu mulai memposisikan dudukmu dengan nyaman kemudian kembali menatap Dokyeom yang terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu kepadamu.
Sejenak ia berpikir, "Kau terlihat semakin akrab dengan anak baru itu ya? Aku tak sengaja melihat kalian mengobrol di koridor sekolah. Sepertinya serius."
"Bagaimana jika Mingyu pelakunya?"
"Oh ayolah, sekarang bukan saatnya untuk menanyakan hal tersebut. Aku hanya memintamu untuk tetap waspada, bukan menghakiminya," tukas Dokyeom sebelum menyeruput minumannya.
Dokyeom ada benarnya. Mingyu masih terbilang baru di kehidupanmu maka dari itu Dokyeom memintamu untuk tidak terlalu mempercayainya agar mungkin saja hal-hal tidak diinginkan menimpamu.
Ringtone KaTalk punyamu berbunyi. Memperlihatkan notifikasi dari seseorang yang baru saja kalian bicarakan. Kamu tidak begitu mendengarkan Dokyeom yang mulai mengoceh tentang kelasnya yang super hyperactive bagimu.
Kim
Bisa bertemu sepulang sekolah?
Kulihat kau membawa kotak lagi.
Cafè xxx.ㅡ
Kamu duduk didepan Mingyu yang ternyata sudah menunggumu dari tadi dan meletakkan kotak di meja.
"Warnanya berbeda dari biasanya. Apa tebakanku benar kali ini?"
Minggu pagi, Mingyu mengirimimu sebuah pesan yang mengatakan bahwa warna kotak itu nanti yang semula berwarna merah marun akan berubah warna nantinya. Awalnya kamu berpikir jika ini hanya akal-akalan Mingyu karena dugaanmu memang Mingyu adalah pelaku yang sebenarnya.
Namun ketika Mingyu mengirim sebuah foto yang terdapat secarik kertas yang menunjukkan mengapa laki-laki tersebut mengatakan bahwa warna kotak itu akan berubah adalah dari kertas tersebut. Bukti agar kamu percaya.
"Tapi, biasanya aku mendapatkan kotak seperti ini didepan rumah. Kali ini tidak."
"Maksudmu?" Mingyu tak mengerti.
"Kotak ini muncul di kursi halte, tepat saat duduk, aku baru menyadarinya. Padahal tidak ada siapapun disana kecuali aku. Yang jelas, sepertinya kotak ini tertinggal."
"Awalnya aku tidak begitu peduli dengan keberadaan kotak ini, tapi saat aku melihatnya lebih lama, ternyata ada namaku disana. Di secarik kertas, bukan namaku saja. Tapi bulan," lanjutmu.
"November," ucapmu dan Mingyu bersamaan.
Kamu menghembuskan napas kasar. Selama ini mungkin kamu berpikir Mingyu adalah pelakunya. Namun, sudah beberapa kali bersama lelaki tersebut kamu semakin yakin jika Mingyu juga terjebak dalam situasi yang sama denganmu.
Mingyu memperlihatkan kotak berwarna turquoise yang lagi-lagi sama dengan yang kamu dapatkan, dengan kertas bertuliskan namanya dan bulan November. Berbanding terbalik dengan isinya, yang ada padamu ternyata kosong, sementara kotak Mingyu terdapat flashdisk milikmu yang hilang 4 hari yang lalu.
"Apa kau berpikir aku lagi yang melakukan semua ini?"
Terbesit pemikiran seperti itu awalnya, karena hampir 12/7 Mingyu selalu bersamamu sekarang. Mengingat kalian satu kelas. Apa lagi jika sudah masuk libur musim dingin. Bisa-bisa seharian penuh kalian bersama.
"Um, tadi. Tapi itu tidak mungkin karena kau tidak ke rumahku. Hanya waktu itu kau datang ke rumahku dan bahkan aku tidak menyuruhmu masuk. Barang itu selalu kumasukkan ke dalam laci, tidak pernah kugunakkan lagi," ucapmu.
Mingyu sedikit berpikir, "Lalu, apa kotakmu benar-benar kosong?" Kamu mengangguk mengiyakan.
Namun, arah matamu menemukan sebuah tempelan di bagian bawah kotak.
"Tidak ingin memeriksa setiap sudut? Membongkarnya mungkinㅡ"
"Fotomu?"
"ㅡapa?"
Kamu memberikan sebuah foto yang dibelakangnya juga terdapat notes. Yang kamu ingat dari notes tersebut hanya mengatakan bahwa kamu harus menebak siapa pengirim kotak itu selama ini. Tetapi, masalahnya adalah ada seseorang dengan muka yang blur dan merangkul laki-laki yang tak lain adalah Mingyu.
Dia melihat foto tersebut dan sedikit tersentak. Kecurigaannya selama ini benar tentang siapa pelakunya, yang ternyata adalah teman dekatmu sendiri.
"Jika aku mengatakan yang sebenarnya, apa kau akan percaya, atau tidak?" Tanyanya ragu.
Kamu menatapnya gusar. Apa Mingyu akan mengaku jika dialah selama ini orangnya? Batinmu bertanya-tanya.
"Entahlah, aku tidak peduli kau percaya atau tidak yang jelas aku akan mengatakannya."
Mingyu meletakkan foto tersebut di meja, kemudian membuka ponsel dan mengotak-atiknya. Tangannya berhenti, meletakkan ponselnya tepat disebelah foto itu.
Kamu meringis ketika melihatnya. Terkejut, memang. Namun siapa sangka ternyata orang yang merangkul Mingyu di foto tersebut adalah temanmu sendiri. Yang berarti pelaku dari semua ini.
Apakah, ini sebuah kesalahan ketika kamu menganggap jika selama ini Mingyu adalah pelakunya? Dan bukan temanmu sendiri?
Lee Dokyeom
stalker
ft. Kim Mingyu
2k19, pea-chu.