9 - Hati

161K 14.7K 1.7K
                                    

Sepanjang hari semua orang menatap Habel dengan berbagai pandangan yang berbeda.

Ada yang sinis, mengejek, ada pula yang penasaran. Pasalnya banyak yang melihat kalau Gentala jelas-jelas mengobati luka Habel.

Membuat dia menjadi trending topik, bahkan di sosial media. Dasar fans haus gosip.

Bel pulang telah berbunyi, sayangnya Habel tidak bisa langsung karena ada eskul yang menunggunya.

Musik.

Neneknya pernah bercerita jika dulu Neneknya adalah ketua eskul musik. Mamanya, Aila. Adalah seorang dancer, hanya saja di tentang oleh kedua orang tuanya. Kemudian sang Ayah yang memiliki band yang terdiri dari Ayah dari para teman-temannya.

Jadi mungkin itu yang membuat passion Habel berada di musik. Saat Habel tiba di ruang musik ada seseorang yang tidak ingin Habel lihat duduk di sampai satu kursi dengan banyak orang yang berbisik di sampingnya. Ada yang terang-terangan mengajak berfoto ada pula yang menanyakan beberapa pertanyaan.

Walau orang itu adalah orang yang sama dengan orang yang mengobati lukanya.

Habel berdeham pelan. Membuat para fans Gentala yang sedang bahagia karena bisa melihat bahkan berfoto bersama sang idola menoleh dan langsung duduk tegap. Takut pada Habel. Terutama karena kejadian tadi.

Habel menghela nafas, dia ingin segera pulang dan tidur. Hari ini semuanya terasa berat dan dia perlu mengistirahatkan tubuhnya.

"Gue nggak tau mau kasih materi apa, gue cuma mau ingatkan kalo kita punya tambahan orang nggak di undang yang berada di antara kalian sekarang." Habel menatap tajam Gentala yang tersenyum. Tangan cowok itu terlipat di depan dada dengan senyum yang membuat setiap makhluk bernama perempuan yang ada di ruangan itu tidak dapat mengalihkan pandangannya.

Semua. Kecuali Habel. Dia pengecualian.

"Gue mau gabung ke sini, apa boleh senior?" Gentala menarik sudut bibirnya saat Habel mendengus. Dia senang melihat wajah kesal gadis itu. Manis.

"Buat apa? Mau pamer?" Tanya Habel sinis. Mengundang tatapan tajam dari para juniornya. Habel balas menatap tajam juniornya yang jelas-jelas menatap tajam padanya. Membuat beberapa junior itu langsung menunduk. Habel menyeramkan.

Gentala berdiri, masih dengan tangan yang terlipat di dada dia berjalan ke tempat Habel.

Habel mendongak, menatap tajam Gentala yang terus saja tersenyum. Apa pipi cowok itu tidak lelah karena terus tersenyum? Mungkin sudah terbiasa.

Gentala meniup wajah Habel, membuat Habel menutup sebelah matanya. Gentala tertawa.

"Lo tau apa yang paling gue suka dari elo? Muka lo kalo lagi kesal. Manis." Gentala terkekeh pelan.

Habel berdecak. "Lo kira dengan gombalan receh lo itu bisa buat gue terima lo di eskul ini?"

Gentala menggeleng, dia mengacak pelan rambut Habel membuat banyak pekikan berasal dari para fansnya terdengar. Gentala melebarkan senyumannya saat Habel menepis kasar tangannya dengan wajah memerah karena kesal.

"Lo apaan sih?!" Habel mendelik, memperbaiki rambutnya yang di acak oleh Gentala.

Gentala tersenyum. Dia berbalik ke arah para fansnya. "Kalian setuju nggak kalo gue gabung di eskul ini?"

Seruan yang semua berasal dari fans Gentala yang tentu ingin Gentala bergabung membuat Habel berdecak.

"Diam!" Seketika ruangan itu hening. "Khusus untuk lo. Gue punya syarat buat lo masuk ke sini." Habel menatap Gentala.

HalearaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang