Jalan setapak (8)

1.1K 208 22
                                    

.

Pencarian yang tidak terarah itu membuahkan hasil saat matahari telah kembali ke peraduannya. Naruto memarkirkan motor 'curian' ke sembarang tempat sebelum berlari ke arah taman. Ia pun berhenti di depan seorang lelaki cantik dengan wajah datarnya yang terus duduk bersandar di kursi taman. Pandangannya kosong, sedang di sebelahnya, sekotak bento terbungkus rapi dengan kain lap yang diikat ke atas.

Tidak ada yang memulai bicara untuk beberapa saat, hanya hembusan napas rakus yang keluar masuk dari mulut tipis sang gadis. Wajah Naruto pias, tapi lega di saat yang sama. Gadis itu tetap berdiri tanpa bergerak tepat dua langkah di depan Sasuke, menunggu reaksi pria itu.

Dan setelah napasnya kembali normal, saat itu pulalah Sasuke meraih bento, dan menyodorkannya pada Naruto tanpa memandang gadis itu. Kaki ramping yang terbungkus celana penuh coretan oli melangkah, dengan langkah pelan yang bagai diseret karena lemas.

Tetapi kedua tangannya cukup kuat untuk meraup Sasuke ke dalam pelukannya. Erat dan semakin erat, melepas segala ketakutannya sampai menjadi eluh yang mengalir tanpa suara.

Naruto tidak peduli lagi. Ia akan tetap menjadi seperti ini untuk Sasuke, menyayanginya, memanjakannya, mengkhawatirkan dirinya, dan bahkan terus menjaganya. Meski lelaki itu tidak menginginkan ia tetap dekat, meski lelaki itu tumbuh dengan perasaan cinta pada kakaknya, menyakitinya atau bahkan berusaha untuk mendorong ia menjauh. Dia takkan peduli semua itu lagi.

Karena baginya Sasuke amat penting, terbukti bagaimana perasaannya saat tahu bahwa si raven menghilang. Yang mungkin saja, suatu saat nanti ia akan benar-benar menghilang dari kehidupannya.

Pelukan itu semakin mengerat, namun tak pernah mendapatkan balasan. Hanya tatapan kosong serta wajah pucat Sasuke yang terus terbayang dalam benak Naruto.

"Idiot! Kau membuatku khawatir, bajingan. Harusnya kau tolak saja perintah kakakku, harusnya kau tanyakan alamatku pada orang lain. Bayi besar yang bodoh, kau membuatku kacau." Rancaunya di dalam tiap helai rambut hitam yang lembut.

Di malam itu, dua hati telah mengalami luka yang sama.

.
.
..

Naruto©Massashi Kishimoto
Jalan setapak, by : Broke
Chara : Naruto(fem), Sasuke, Kiba etc
Genre : Fantasy, Romance

.

Ciuman yang panjang itu berakhir, Hinata mendesah pelan untuk melepaskan udara yang sempat tak dibuangnya ketika bibir padat sang lelaki meraupnya. Tatapan matanya sayu, sedang tubuhnya lemas seperti kehilangan tenaga. Beruntung, lengan kokoh si kekasih hati dengan kuat memeluk pinggangnya yang ramping, jadi membuatnya dapat berdiri tegak dengan benar.

"Sudah malam, aku khawatir Naruto belum menemukan Sasuke." Bisiknya di sela desahan napas.

Kiba sedikit masam, ia tak senang ketika nama si bangsawan bodoh itu tersebut oleh bibir manis kekasihnya. Rasanya sangat menyebalkan dan membuat cemburu. "Ayolah, Sasuke sudah terlalu tua untuk di khawatirkan. Dia bukan bocah lagi, yang harus diantar ketika pergi atau dijemput ketika ingin pulang. Dia punya kekuatan lebih untuk menemukan rumah ini lagi. Apalagi rumah mate-nya."

"Mate?"

"Ya, kau mate kami. Pilihanmu mempengaruhi kehidupan dan generasi kami. Itu yang ramalan katakan pada kami berdua."

Mendengar penuturan Kiba, ekspresi gadis raven sedikit terpelintir. Ia ingat pernah melihat Naruto membenarkan letak selimut pria itu, tentang sorot matanya yang redup penuh kelembutan, dan tangan yang sabar menyentuh permukaan dahi putih. Bila Sasuke adalah mate-nya juga, lalu bagaimana dengan perasaan Naruto?

Shoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang