27.Pergi!

28.7K 1K 18
                                    


Voment please

***

Arkan mengusap perut buncit Sakira yang tengah membaca majalah fashion.
"Bab." panggil Arkan, Sakira mendongak.

"Ya?" Arkan menggigit bibir bawahnya. Tidak yakin mengatakannya karena Dia sendiri juga dilema. Sakira menaikkan satu alisnya.

"Aku ada rapat penting beberapa menit lagi, tapi Aku tidak ingin pergi." Sakira menatap Arkan intens.

"Ke napa?" tanya Sakira lembut.
"Kalau Kamu lahiran hari ini bagaimana?" tanya Arkan yang terlihat sangat bingung bercampur dengan khawatir. Sakira tersenyum, menarik dasi yang di gunakan Arkan. Arkan sebenarnya terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Sakira. Sakira mengecup bibir Arkan sekilas.

"Baby Arsa akan menunggu Daddynya. Jadi Daddy harus pergi ke kantor ya?" pinta Sakira menirukan anak kecil, Arkan yang masih shock terkekeh.

"Baiklah, Aku akan telfon Mommy buat jaga Kamu. Tapi selama Mommy belum datang, Kamu di sini jangan ke mana-mana ok?" Sakira tersenyum lalu mengangguk, saat mengatakan itu Arkan merasa tidak tenang. Entahlah! Seperti sesuatu akan terjadi hari ini.

Arkan mengusap puncak kepala Sakira lalu beralih ke perut buncit Sakira.
"Jaga Mom ya Sayang, jangan izinkan Mom pergi dari sini." bisiknya pada babynya yang di balas tendangan kecil dari dalam, Arkan tersenyum.

"Kamu janji akan tunggu Mom? Dan jika Kamu sudah merasakan mulas, Kamu harus telfon Aku. Ok?" pinta Arkan tegas pada Sakira, benar! Hati Arkan sangat tidak tenang hari ini.

Sakira mengangguk lalu tersenyum.
"Baiklah.".

Arkan beranjak dari duduknya di pinggiran brankar rawat Sakira, Arkan meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada istri dan anaknya.

Setelah ke luarnya Arkan dari kamar rawatnya, Sakira menangis. Hal berat bagi Sakira menahan tangisnya agar tidak pecah saat itu juga.
"Kak, Aku sudah siap." ucap Sakira setelah sambungan telfon terhubung.

"Aku sudah di sini Sayang." Sakira mendongak, menatap pria yang akan membantunya.

"Penyamaranmu cukup bagus." puji Sakira lalu turun dari brankar rawatnya di bantu oleh pria itu.

"Oh tentu! Priamu akan cepat tahu jika Aku tidak pandai dalam hal penyamaran." Sakira mendadak tidak yakin, dan pria itu paham.

"Jika tidak yakin Kamu bisa berhenti Al." Sakira dengan cepat menggeleng, pria itu menghembuskan nafas kasar. Tahu akan sifat keras kepala Sakira.

"Aku sudah menyiapkan Dokter dan para medis jika Kamu akan melahirkan." Sakira mengangguk. Lalu memakai kaca mata hitamnya, sandal santainya Ia ganti dengan sepatu vans yang Ia sembunyikan di lemari kecil sebelah brankarnya.

Sakira sekali lagi melihat ruangan yang terakhir Ia gunakan bersama Arkan.
"Kak Frans, Aku siap." Sakira mengapit tangan Frans agar membantunya berjalan. Selain karena ke hamilannya, Sakira merasa sesak dalam dirinya yang berat meninggalkan kenangan yang telah Ia lalui selama ini.

"Masuklah!" pinta Frans pada Sakira kala Sakira enggan untuk masuk ke dalam mobil sport baru Frans.

Sakira masuk dalam mobil dengan perasaan yakin dan tidak yakin.
"Kamu mau berubah pikiran?" Sakira dengan cepat menggeleng. Lalu masuk ke dalam mobil sport Frans, Frans memutari body mobil menuju kemudinya. Frans sudah merusak CCTV yang Ia dan Sakira lewati tadi, jadi Frans yakin bahwa Arkan tidak akan mampu melacak ke beradaannya. Sebenarnya Frans juga tidak mau Sakira memutuskan hal yang menyulitkan Sakira sendiri, apalagi dengan masalah yang belum tentu ke benarnya.

"Al." panggil Frans yang sejak tadi diam. Sakira menoleh ke arah Frans yang mendesah kasar karena air mata Sakira yang terus mengalir dari mata cantik Sakira. Hati Frans rasanya tersayat, sebagai seorang pria yang dulu mencintai Sakira. Melihat wajah terluka Sakira membuatnya sedikit goyah untuk tidak menumbuhkan rasa itu hadir kembali.

Sakira memakai kaca mata hitamnya dengan cepat saat mobil yang Ia tumpangi berselisih dengan mobil Arkan yang menuju ke rumah sakit. Frans menaikkan satu alisnya saat melihat tingkah Sakira.
"Ada apa?" tanya Frans.

"Aku melihat mobil Arkan di seberang." Frans mendesah, ini hal yang tidak Ia inginkan. See? Bahkan Arkan merasakan kalau orang yang Ia cintai berniat pergi. Dan untung tadi Frans bergerak cepat.

"Kamu lihat bukan, Dia bahkan merasakannya! Kamu tahu bukan bagaimana Dia mencintaimu?" Sakira memilin ujung dressnya.

"Kamu tahu hari ini adalah pertemuan penting perusahaan Arkan? Dan Ia kembali karena perasaannya yang takut ke hilanganmu." Frans mencoba memprovokasi pikiran Sakira agar mau berubah.

"Stop Kak, please jangan membuatku semakin lemah!" ucap Sakira marah. Ia sudah mati-matian untuk tidak berlari ke luar saat melihat mobil Arkan. Dan dengan tidak pekanya Frans membuatnya semakin dilema.

"Tap-.".
"Kalau Kakak enggak mau bantu, turunkan Aku di sini!" Frans yang mendengar ancaman Sakira mendesah pasrah.

"Ok fine! Jet pribadiku sudah menunggu. Semoga semua sesuai harapanmu." Sakira hanya diam, hatinya sakit? Jangan tanya. Apa Ia tega memisahkan anak dengan ayahnya? Harus!.

****

Votinggg please

Arkan Lavine

Sakira Alora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sakira Alora

Sakira Alora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Not A Mistake (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang