Langkah Maggie dan Miss Anne beriringan, mengisi sepi di lorong. Ruang Dewan Academy terletak memisah dari bangunan academy jadi wajar saja jika di sini sepi.
Sesekali mata Maggie meneliti ruang demi ruang yang dilaluinya, bertanya dalam hati kegunaan dari ruang tersebut.
"Maggie, kamu tidak apa-apa jika kamu memiliki teman kamar? Soalnya tidak ada kamar kosong lagi di asrama?" tanya Miss Anne.
"Tidak, tidak apa-apa Tante. Justru Maggie senang punya teman sekamar, jadi Maggie tidak akan kesepian."
Miss Anne mengamati Maggie yang masih terpukau dengan bangunan academy, gadis itu masih polos. Entah takdir apa yang tengah mereka mainkan, rasanya jika Maggie pergi meninggalkan dirinya ia tidak akan rela.
Keluarga terakhirnya, satu-satunya, mana mungkin Miss Anne menempatkan Maggie dalam bahaya? Itu hanya ada pada mimpi terburuknya saja.
"Tante, apa masih jauh asramanya?" Pertanyaan Maggie berhasil memecah lamunan Miss Anne.
"Tidak, di belokan itu kita telah sampai di area asrama. Asrama di sini berada di belakang gedung mengajar, jadi sedikit tersembunyi."
"Nanti aku akan satu asrama dengan siapa Tante?"
Maggie mulai melihat asrama academy yang menjulang dengan empat lantai, dindingnya bercat biru laut. Asrama itu panjangnya dari ujung ke ujung, membuat Maggie terkagum-kagum.
"Nanti kamu tahu sendiri. Ayo Maggie, kamarmu di lantai empat."
Miss Anne membawa Maggie semakin masuk di area asrama, beranda asrama ditumbuhi berbagai macam tumbuhan yang ditata rapi.
Tersadar, Maggie baru menyadari bahwa sejak ia masuk ke area asrama semua mata menuju ke arahnya. Seakan ingin menguliti Maggie, ia lebih memilih meluruskan pandangan matanya ke depan, mengabaikan tatapan penuh tanya murid di sana.
Miss Anne membawanya ke arah lift menuju lantai empat, lift kosong hanya mereka berdua di dalam. Maggie menguatkan diri, ini sudah benar. Ia akan berjuang untuk orang tuanya.
Setelah keluar dari lift, Miss Anne membimbingnya menuju kamar 206. Di sanalah ia akan tinggal.
Miss Anne mengetuk pintu kamar hingga muncul seorang gadis berambut pirang menyambut mereka, sedangkan gadis itu tampak terkejut.
"Miss Anne? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya setelah tersadar dari rasa terkejutnya.
"Bisakah kami masuk Jessie?" tanya Miss Anne.
"Silahkan."
Miss Anne dan Maggie masuk diikuti gadis bernama Jessie, sedangkan di depan TV seorang gadis berambut hitam tengah menikmati sebuah film dengan saksama.
"Sofia," panggil Jessie.
Gadis yang dipanggil Sofia itu menengok, matanya terbelalak melihat ada Miss Anne di sana.
"M-miss Anne?" tanya Sofia gugup seraya berdiri.
"Santai saja Sofia, saya kemari mau mengantarkan keponakan saya. Ia akan tinggal bersama kalian, apa kalian keberatan?" tanya Miss Anne pada Jessie dan Sofia.
"Tidak," jawab Jessica dan Sofia bersamaan.
"Baiklah, berarti semua beres. Maggie, Tante akan kembali ke kantor, jika ada apa-apa kau tinggal mencariku. Paham?" tanya Miss Anne.
"Baik Miss."
Miss Anne mengangguk puas, ia lalu meninggalkan kamar itu dengan tersenyum sambil sesekali menyapa murid di lorong asrama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Castilia Academy [Pindah ke Dreame]
Fantasy[Fantasy & (Minor) Romance] PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! INGAT ADA AZAB. VERSI FULL ADA DI DREAME. ••• Sebuah anak panah melesat cepat ke arah seorang gadis tanpa dapat dicegah pemuda itu, anak panah itu menggores lengan kiri sang gadis membuat luk...