I Hate My Self |Part 1

30 9 7
                                    

| Kristal Mutiara Arani |


       Apa artinya sesal, jika harapan tak lagi ada untuk menebus segala kesalahan? Untuk menebus segala dosa?

     Akan tetapi, hilangkah pula sesal, karena harapan untuk menebus dosa itu telah hilang? Ah, jika memang seperti itu, mungkin tak seberat dosa yang menekan jiwa Aran. Namun, tidakkah malah sebaliknya? Bahwa semakin hilang harapan, semakin berat pula rasa sesal yang menekan?

     Dengan langkah gontai, Aran melangkah keluar dari ruang ICU Rumah Sakit Harapan Jaya. Matanya kabur terpancang dibalik wajahnya yang pucat. Sepatu hak tingginya terseret-seret di atas lantai gedung yang baru saja menyisakan sesal dan luka di hatinya itu. Tangan kirinya berpegang lemah pada pundak Marcel, -kakak lelakinya yang membimbingnya menuju salah satu kursi tunggu di depan ruang ICU.

     "Tunggu disini," Marcel bergumam selepas membantu Aran duduk dengan benar. Gadis itu hanya diam tak menjawab namun mendengarkan perintah Marcel yang seperti mantra, menjalar di seluruh sendi dalam tubuhnya. Sedangkan kakak lelakinya itu kembali masuk ke ruang ICU dengan wajah se-sesal dan terluka seperti Aran, hanya saja pria itu berusaha tangguh dan tegar bak tombak di lautan lepas.

     Entah berapa lama waktu berlalu, hingga terdengar beberapa saat kemudian derap langkah kaki yang pelan dan berat menggema ke seluruh lorong rumah sakit. Suaranya seakan menyesakkan dada karena begitu menekan atmosfer sekitar. Aran yang sejak tadi terlihat seperti seonggok daging tak berhayat, mendongakkan kepalanya yang lemah dan tercenung beberapa saat ketika derap langkah kaki itu terhenti tepat di hadapannya.

     "Van..."

     Pria itu menatap Aran dengan pandangan menusuk nan tajam bak pedang. Bahkan matanya memerah karena menahan amarah sekaligus luka yang terendam di lubuk hatinya terdalam.

     "Lo... pembunuh."

     Mata Aran berlinang deras setelah dua kata itu terucap dengan lantang dan menusuk. Atmosfer yang sejak awal terasa sangat menyesakkan dada, kini terasa semakin dalam dan kalut.

        Aran hendak berdiri namun badannya gemetar karena sesal yang sejak awal melingkupi hatinya ditambah dengan ucapan Yovan yang merajam dadanya yang nyaris hancur. Gadis itu memaksakan diri, hingga pening menjalar mengaburkan netranya yang berderai air mata.

          Aran limbung dan jatuh berdebam di lantai. Dalam seperempat kesadaran yang terkumpul, ia melihat kakaknya berlari ke arahnya sedangkan Yovan tak bergerak sedikitpun untuk menolong atau bahkan menghampirinya. Airmata Aran kembali terjatuh setelah kenyataan menyakitkan itu terjadi. Hingga akhirnya kesadarannya lumpuh dan segalanya menggelap. Yang Aran tahu, bahwa ia sangat membenci dirinya sendiri.


|¬¬|.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OVERTURNEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang