ENAM

48 7 1
                                    

"Sakit memang ketika cinta tak terbalaskan"
----------------------------------------------------------

"Siapa kak? " tanya Jillian kepada Anggi yang baru saja duduk dikursinya

"Temen satu kelas" jawab Anggi

"Oo, yaudah kak kita sambung lagi latihannya bentar"ujar Jillian

"Iya"

🎶🎶🎶

Sekarang sudah waktunya pulang. Keadaan yang sangat dinantikan. Tapi sekarang Jillian belum bisa langsung pulang ke rumah. Karena Jillian harus menepati janjinya dulu. Yaitu menemani Fabio ke toko buku.

Tapi sebelum menemani Fabio, Jillian punya tugas yang harus ia antarkan ke ruangan guru terlebih dahulu. Dan Jillian menyuruh Fabio untuk menunggu di parkiran saja.

"Hai"

Jillian yang mendengar ada suara langsung mencari sumbernya.

"Lo Jillian ya? "

Ya Jillian tau cowok ini. Cowok yang didepan Jillian sekarang ini adalah teman Kak Anggi yang ke ruangan musik tadi. Cowok yang ramah di pintu pas di ruangan musik itu.

Mungkin karena melihat Jillian melamun. Si cowok melambaikan tangannya di depan wajah Jillian.

"Ehh iya, Kak. Aku Jillian" Jawab Jillian dengan ramah serta seutas senyum dibibirnya

"Lo pulang sama siapa? Lagian sekolah juga udah sepi, butuh tumpangan nggak? "

"Makasih, Kak. Tapi aku udah janjian sama temen"

"Oh yaudah. Gue pergi dulu ya" ujar Cowok itu sambil berlalu begitu saja, tapi sebelum ia pergi cowok itu sempat berkata "Sampai ketemu besok!"

Jillian hanya mengangguk saja sebagai jawabannya

Pertemuan singkat itu tidak Jillian pikirkan. Mungkin belum terlintas baginya untuk memikirkan itu. Karena belum saatnya Jillian memikirkan cowok tersebut. Kenal saja tidak.

🎶🎶🎶

Setelah Jillian sampai di dalam mobil Fabio. Cowok itu langsung berbicara. Jillian tau kalau Fabio itu sedang kesal.

"Lama banget lo, Li!! " sungut Fabio

"Lo belum berubah juga ya, Fab. Masih gak sabaran orangnya" cibir Jillian

"Udah ngocehnya apa belom? " tanya Fabio

"Belum lah!! "

"Ehh udah udah, sumpek telinga gue dengerinnya!!"

"Apa lo bilang?! " ujar Jillian sambil menatap manik mata Fabio dengan tajam

"Nggak ada Jillian ku yang cantik, baik, imut, uhh geli gue" ujar Fabio sambil cengengesan merayu Jillian

"Aaaaa.. Gue gak mau temenin lo!! Gue mau pulang!! "

Fabio mendekati Jillian dan tangannya mulai mencubit pipi Jillian yang menggemaskan itu. "Lo masih belum berubah juga ya, Li. Lo masih Jillian ingusan yang suka ngambekan yang pernah gue sayang" ujar Fabio sambil memeluk Jillian singkat

"Lo sih jahat!! "

"Walaupun jahat lo tetap sayang gue kan? " ujar Fabio dengan gaya khasnya itu

Sontak Jillian langsung grogi. Seakan-akan, yahh kalian pasti dapat menebaknya apa.

"Ayo buruan deh, Fab. Gue nantik ada tugas" ujar Jillian menghilangkan rasa groginya itu

"Lo bohong Jillian. Lo itu sekelas sama gue, jadi kalau lo ada tugas ya gue juga adalah, tapi besok itu kita free dari berbagai macam tugas" ucap Fabio sambil menghidupkan mobilnya dan ketawa sesuka hatinya

Malu. Jillian sangat malu.

"Yaudah baguslah kalau tugasnya nggak ada"

🎶🎶🎶

Jillian sudah berada di kamarnya. Tempat yang selalu nyaman bagi Jillian ketika sudah dirumahnya.

Mungkin semua anak pasti sangat senanang ketika sudah berada dirumah. Tapi tidak bagi Jillian, karena semenjak orangtuanya gila kerja, Jillian tak pernah merasakan suasana nyaman itu lagi.

Terserah orang mau bilang bahwa Jillian itu butuh kasih sayang. Memang itu benar adanya. Manusia adalah makhluk sosial, yang butuh antara satu sama lain.

Dan sekarang Jillian langsung membanting tubuhnya ke tempat tidur. Karena ia sangat merasa letih. Sangat letih sehingga dia tertidur. Tanpa mengganti baju seragam sekolahnya dulu.

🎶🎶🎶

Mungkin terlalu nyenyak sehingga posisi Jillian saat ini adalah sedang dilantai kamarnya.

"Kan jatoh lagi" sungut Jillian sambil berdiri untuk mengambil handphone yang berada di nakas samping tempat tidurnya itu

Tapi Jillian bingung, mengapa ada sebuah kado ada disamping handphonenya itu. Dan kado tersebut dibungkus dengan sangat rapih.

Jillian mengambil kado tersebut dan langsung melirik atas bawah kiri kanan kado itu. Tapi tidak ada nama pengirim.

"Tumben ya mama kasih hadiah begini" ujarnya pada diri sendiri

Tanpa tunggu aba-aba terlebih dahulu, Jillian langsung membuka kado tersebut.

"Kalau mama yang ngasih nggak mungkin inilah" ujar Jillian sambil memandangi hadiah tersebut

Drrtt... Drrtt...

"Halo??" ujar Jillian langsung mengangkat telepon tanpa melihat nama pemanggilnya terlebih dahulu

"Lo suka kan? "

"Ohh ini dari lo ya? "

"Iya, gue bingung sih mau kasih lo apa, dan tiba-tiba aja gue punya ide buat beliin lo itu, mana tau semenjak gue kasih buku diary lo suka nulis gitu kan. Ya walaupun nulis curahan hati lo sih. Hahaha"

"Hahahaha, lo sih bisa aja. Dalam rangka apa nih lo kasih gue beginian, Fab? Tunggu, biar gue tebak. Lo sedang kasmaran ya? " ujar Jillian sambil menampilkan wajah ingin tahunya

"Nggak juga. Keluar dong!! Gue diluar nih!! "

"Hah? " ujar Jillian sambil berjalan ke arah jendela kamarnya, ya betul saja disana ada Fabio dengan cengiran khasnya "Iya, iya gue ganti baju dulu!!" sambung Jillian

Enak memang ketika memiliki sahabat yang selalu bersama kita. Yang selalu membuat hal yang tidak pernah kita duga. Yang selalu membuat kita tertawa. Tapi ada juga yang bilang kalau bersahabat dengan lawan jenis itu akan berakhir pada suatu hubungan, yaitu cinta.

Jaiden & JillianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang