aku, pagi itu, seperti biasa berjalan gontai ke tempat dudukku, lalu menatap louis dengan tatapan malas.
"hey selamat pagi," ucapku datar karena aku masih sedikit mengantuk.
dia mengangguk sambil tersenyum innocent dan mengetuk-ngetuk mejanya dengan santai.
"sudah temukan hobi lain selain diam?" tanyaku tak bersemangat.
dia mengangkat kertasnya. belum.
"hey, sekali saja kau bicara padaku, please? kau membuatku frustasi."
kenapa?
"karena kau temanku???"
teman bukan terhubung lewat suara, melainkan dari hati.
"terserahlah apa itu. aku cuma mau dengar sedikit. cobalah bicara seperti, 'hai', maka aku takkan mengganggumu lagi."
kau segitu terobsesinya terhadapku ya? =) atau kau memang naksir aku
"atau sebaliknya."
susah, sih, untuk tidak menaruh hati pada gadis sepertimu =)
"aku akan lebih tersanjung kalau kau mau berkata 'hai'."
aku suka caramu memaksaku untuk bicara :-D teruslah memaksa.
"kau sakit. gila."
memang :O dan kau bawel
"oh jangan gambar emoticon terus."
=) =D =( =P
"lupakan. louis, aku bisa gila kalau begini caranya. aku tidak bisa tidur semalaman memikirkan seperti apa suaramu itu. maksudku, bukannya aku cewek gila yang terobsesi tapi... ya ampun???"
aku juga tidak bisa tidur semalaman memikirkanmu. (dan rambut indahmu yang menyebalkan itu)
"ha-ha. lucu sekali. kenapa juga kau memikirkanku?"
harusnya aku yang bertanya, kenapa juga aku harus bicara padamu?
"sekarang aku tanya lagi; apa gunanya kau punya mulut?"
tapi dia tidak menjawab karena dia kehabisan kertas hvsnya lagi. aku hanya mendengus lalu berbalik menghadap ke papan tulis. dasar aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
l o u i s
FanfictionKegunaan mulut itu untuk bicara, tapi sepertinya Louis Tomlinson tidak sependapat denganku.