ocho

23 9 0
                                    

Bintang-bintang serta bulan menghiasi langit malam, yang juga membantu melawan kegelapan di waktu malam. Angin dingin berembus pelan, menyapu lembut kulit putih Mihye. Ia pun langsung memeluk dirinya sendiri. Suhu malam ini cukup dingin, dan taksi yang ia tunggu-tunggu tak kunjung datang.

Di sampingnya masih terdapat Baekhyun yang juga menunggu taksi. Acara kencan pertama mereka sudah selesai untuk malam ini. Malam ini benar-benar penuh air mata. Baekhyun menceritakan semua kisahnya pada Mihye dari A sampai Z, tanpa terkecuali. Ia tidak peduli bahwa ini kencan pertamanya, yang mungkin hampir dari semua orang menjadikan kencan pertama sebagai momen yang penuh kebahagiaan dan keromantisan. Ia butuh teman untuk bercerita dan ia memilih Mihye sebagai pendengar segala keluh kesahnya.

Angin dingin kembali berembus, membuat Mihye mempererat pelukannya. Ia memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya. Pergi ke mana taksi-taksi yang melewati jalan ini malam ini? Rasanya ia ingin cepat-cepat beristirahat di rumah karena suasana saat ini sangat canggung setelah Baekhyun menangis kejer tadi.

"Ini, pakai jaketku." Suara Baekhyun benar-benar membuat Mihye  terkejut. Saat itu juga, ia merasakan sesuatu menyelimuti punggungnya. Ia menoleh ke arah Baekhyun sambil memberikan tatapan terkejut. Baekhyun tersenyum, lalu mengacak-acak rambut Mihye. "Kalau kedinginan, bilang saja, jangan sungkan."

Kata-kata Baekhyun justru membuat pipi Mihye berwarna kemerahan. Ia pun langsung mengalihkan pandangannya dari Baekhyun dan menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan rona merahnya. Baekhyun hanya tertawa kecil melihat reaksi Mihye.

Baekhyun menoleh ke arah kanan jalan. Di sana terdapat taksi yang melaju ke arahnya. Ia pun menjulurkan tangannya, berusaha memberitahu sang supir bahwa ia ingin tumpangan.

"Hei, Mihye, ada taksi yang lewat," celetuk Baekhyun. Mihye langsung mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah kanannya. Benar, ada taksi yang datang ke arahnya. Taksi tersebut pun berhenti di depannya. Baekhyun pun membuka pintu belakang dan menoleh ke arah Mihye.

"Masuklah, aku akan cari taksi lain," ucap Baekhyun pada Mihye. Mihye tertegun. Ia pun menatap kedua mata Baekhyun. Memang keinginannya untuk pulang cepat, tapi ia juga ingin berlama-lama di sini bersama Baekhyun. Lagipula Baekhyun yang menemukan taksi itu, jadi bukankah lebih baik jika Baekhyun terlebih dahulu yang menumpanginya?

"Kenapa kau terdiam?" tanya Baekhyun yang membuat Mihye tersadar dari lamunannya. Mihye mengerjapkan matanya. "Kau saja yang masuk, aku akan menunggu taksi lain."

"Tidak, harus kau yang masuk," kata Baekhyun dengan nada sedikit tegas. Mihye menelan salivanya sambil terdiam sebentar, namun tiga detik kemudian ia langsung mengangguk. Tanpa babibu, ia pun langsung masuk ke dalam taksi. Namun sebelum itu, ia menoleh ke arah Baekhyun dan tersenyum padanya.

"Terima kasih atas jaketmu. Aku akan mengembalikannya nanti," ucap Mihye dan masuk ke dalam taksi sambil menutup pintu taksi. Mihye mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Ia dapat melihat Baekhyun melambaikan tangannya. Tak peduli apakah Baekhyun akan melihatnya atau tidak, Mihye tersenyum dan membalas lambaian tangan Baekhyun.

Di dalam taksi ia hanya bisa terdiam sambil memandang ke luar jendela. Tak ada apapun yang tengah ia pikirkan sekarang. Ia hanya melamun sambil melihat gedung-gedung yang ia lewati. Terakhir kali ia berbicara ketika sang supir menanyakan alamat rumahnya.

Mihye mengambil jaket yang masih menempel di punggungnya. Wangi maskulin Baekhyun memasuki indra penciumannya. Wangi khas Baekhyun yang sangat ia sukai. Ingin rasanya ia menyimpan jaket ini, tapi tidak mungkin, kan, ia mengambilnya.

Tak sadar, ternyata ia sudah tiba di rumahnya. Mihye membayar taksi tersebut, lalu dengan segera keluar dari taksi. Ia pun berjalan masuk ke halaman rumahnya saat taksi tersebut mulai menjauh dari rumahnya, tapi pemandangan di depannya membuatnya sangat terkejut. Ia tak tahan untuk membulatkan matanya dan membuka sedikit mulutnya. Langkah kakinya pun ia hentikan.

libertad ¦ bbhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang