nueve

23 8 0
                                    

Baekhyun memasuki apartemen Minseok dengan langkah lemas. Rasanya tabung energinya sudah kosong melompong hari ini. Perutnya lapar. Ia memang belum makan malam, tapi rasanya ia hanya ingin langsung tidur dan masuk ke dalam dunia mimpi ketimbang meladeni perutnya yang memohon minta diisi.

"Oh, kau sudah pulang?"

Baekhyun mengarahkan pandangannya menuju sumber suara yang baru saja didengarnya. Mimik wajah nya menunjukkan bahwa ia sedikit terkejut. "Seharusnya aku yang bertanya, hyung. Tidak biasanya kau pulang cepat?"

Minseok menggelengkan kepalanya pelan dengan wajah datar. "Lihat jam berapa sekarang." Baekhyun yang sedikit bingung mengarahkan pandangannya menuju jam dinding. Dua detik kemudian, ia langsung membulatkan matanya. Biasanya ia sampai di rumah sekitar pukul setengah sembilan malam, tapi ini sudah hampir tengah malam. Apa saja yang ia lakukan sedari tadi?

"Ke mana saja kau dari tadi, hm?" tanya Minseok yang sedang mengupas apel di dapur. Baekhyun terdiam. Pikirannya mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Yang ia lakukan hanyalah termenung di pinggir Sungai Han. Baekhyun menghela napas, lalu berjalan menuju kamarnya. "Aku tidak tahu sejak tadi aku melakukan apa. Yang aku ingat hanya melamun di pinggir Sungai Han, itu saja."

Minseok mengalihkan pandangannya dari apel yang sedang dikupasnya menuju Baekhyun yang sedang membuka pintu kamarnya. Ia meninggalkan apel yang sedang ia kupas dan mengikuti Baekhyun ke kamarnya. Ia yakin, jika Baekhyun sedang seperti ini, pasti ia sedang mempunyai masalah.

"Ada apa denganmu, Baekhyun? Kenapa kau seperti ini? Tidak biasanya," kata Minseok, lalu duduk di tepi ranjang Baekhyun. Baekhyun yang sedang merebahkan dirinya langsung mengubah posisinya. Ia menyandarkan punggungnya dan kakinya diluruskan. Ia pun menghela napas.

"Seseorang yang kutunggu tidak masuk kerja hari ini. Sudah beberapa hari ini, ia tidak masuk," Baekhyun mulai bercerita. Wajahnya tampak sangat jelas bahwa ia sedang sedih dan khawatir.

"Mungkin ada sesuatu yang terjadi padanya, Baekhyun. Coba tanya dia," balas Minseok berusaha membantu Baekhyun.

"Sudah berkali-kali aku menelponnya, tapi tidak ia angkat. Dan bodohnya, aku tidak tahu di mana rumahnya." Baekhyun langsung menjitak kepalanya sendiri. Ia terus mengumpat pada dirinya sendiri, merutuki bahwa ia sangat bodoh.

"Kalau begitu tanya pada teman-temannya, pasti mereka tahu di mana rumahnya," Minseok berusaha memberi saran. Baekhyun masih terdiam sambil menatap lurus ke arah depannya. Itulah apa yang membuatnya dilema sedari tadi. Ia ingin bertanya pada teman-temannya di mana Mihye tinggal, tapi ia takut. Ia takut mereka membuat gosip-gosip aneh tentang dirinya. Bagaimana jika nanti mereka tahu bahwa Baekhyun menyukai Mihye?

"Tapi, aku takut, hyung. Aku takut mereka tahu bahwa aku menyukainya," ucap Baekhyun sambil menundukkan kepalanya. Tak lama, ia merasakan sebuah tangan mencengkram bahunya. Ia yakin itu tangan Minseok.

"Bertanya pada mereka atau kau tak akan pernah tahu kabarnya?" Baekhyun mengangkat kepalanya dan menatap Minseok di hadapannya. Hatinya ragu untuk bertanya pada mereka, tapi jika ia tidak bertanya, ia tidak akan tahu kabar Mihye.

Baekhyun menghembuskan napasnya sambil berusaha menenangkan hatinya yang campur aduk. Ia langsung mengambil ponselnya dan mencari kontak salah satu rekan kerjanya. Dengan berani, ia pun menekan tombol telepon dan mendekatkan ponselnya ke telinganya.

"Yeoboseyo?"

"Seulgi, aku ingin bertanya sesuatu. Boleh?" Baekhyun langsung mengutarakan tujuannya menelpon Seulgi.

"Bertanya apa?" jawabnya di seberang sana.

"Bolehkah aku tahu di mana alamat rumah Mihye?" tanya Baekhyun langsung. Ia dapat membayangkan bahwa Seulgi sedang mengerutkan dahinya sekarang.

libertad ¦ bbhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang