Dompet Misterius (?)

19 1 0
                                    

"Are you okay?"

Sial, pertanyaan bodoh itu kembali diajukan padaku.

"I'm Fine." Aku tetap memejamkan mata. Tak ingin momen ini diusik oleh pertanyaan tak berarti . Aku kenal si pemilik suara, itu pasti Vanny.

Tak mungkin aku salah. Aku hafal benar suara itu , suara yang selalu menganggu otakku. Bagaimana tidak? Suaranya selalu naik beberapa oktaf dari biasanya ketika berbicara, apalagi ketika ia berbicara padaku.

"Iya, kamu kelihatan pucat banget."

Bagus. Hal terakhir yang aku inginkan adalah bertambah ramainya pembicaraan ini. Aku mendongak, melihat siapa yang menambah ramai percakapan ini. Vallen! 

"Aku baik kok." Aku memoles sesungging senyum di wajahku. Tentu saja aku harus cepat meyakinkan mereka. Lebih cepat aku meyakinkan, lebih cepat pembicaraan ini berakhir.

"Kalau sakit, kamu izin pulang saja. Setelah ini pelajaran kesenian. Aku tahu Pak Verry sangat killer, tapi aku yakin dia akan memberimu izin."

Ya... ya... ya.... Kamu cerewet banget, Vallen! Kamu itu lebih dari 3 Vanny dijadiin satu. Bisakah mulutmu itu diam, dan sejenak berhenti mengasihaniku? Aku bosan di perlakukan sama seperti orang-orang di panti jomblo eh maksudku jompo.

"Hahaha. Kamu berlebihan banget, Val! Veranda bilang dia baik, kok!."

Vanny!! Tawa kamu itu bisa memecahkan gendang telingaku. Kamu menyukai Vallen, kan? Bilang saja kamu cemburu dan segeralah kalian berdua pergi dari sini.

"Iya, aku baik-baik saja" Ucapku lelah untuk terakhir kali.

"Oh iya, tadi guru BP bilang kamu belum bayar SPP 2 bulan. Jadi disuruh lunasin." Kata Vanny.

"Iya, makasih." Ucapku.

"Ya sudah, Ayo, Val! Pelajaran akan segera dimulai." Vanny menggandeng tangan Vallen, membawanya ke bangku masing-masing. Tak bisa dipungkiri aku senang akan hal itu. Aku memang benar-benar butuh kedamaian.

Belum lama kunikmati waktuku, Pak Verry guru kesenian kami datang. Ahh, jika aku tak memikirkan wasiat orangtuaku, sudah pasti aku tak akan melanjutkan sekolah. Orangtuaku berpesan sebelum mereka meninggal, aku harus melanjutkan sekolahku agar aku mempunyai masa depan yang lebih baik. Memang benar, pendidikan membuat masa depan lebih baik. Namun ini menyusahkanku. Lagipula meskipun aku bersekolah yang tinggi, belum tentu aku bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Buktinya, di luar sana masih terdapat banyak pengangguran bertitel sarjana.

"Aaaaahhhh....!!!"

Teriakan itu.... Pastilah Vanny! Siapa lagi kalau bukan dia? Suaranya... aku kenal sekali.

"Ada apa?"
Pertanyaan seperti itu menggema di seluruh penjuru kelas.

"Pak, dompet saya hilang."

Ya ampun, suara Vanny begitu manja. Bagaimana bisa mereka percaya akan itu?

"Siapa yang mengambil dompet Vanny? Ayo cepat kembalikan!!"

Please deh, Pak! Hari gini, mana ada maling yang mau mengaku?

Lihat saja kesunyian memenuhi ruang kelas ini. Sejenak kemudian, Pak Verry kembali berbicara.

"Tak ada yang mengaku? Baiklah, bila nanti ketahuan oleh saya, akan saya skors selama seminggu."

"Pak, biar saya dan Vina yang mencari pelakunya."

Yeah Itu dia, Vallen sok pahlawan, menunjuk ketua kelas berkacamata sebagai partnernya, dan bersama-sama menyelamatkan dunia. Semua orang bertepuk tangan dan mengidolakan mereka. Pak Verry memberi waktu 2 hari untuk menyelesaikan masalah ini. Semoga saja mereka tahu siapa pelaku sebenarnya.




My Fault (?)Where stories live. Discover now