4. Tentang Obat

1.4K 228 78
                                    

YudhisPOV

07.30

"Mas, kayaknya adek hari ini nggak kerja dulu deh."

Irsha mulai bersuara saat aku merapikan laptop yang berada di atas meja. Padahal dia sudah hampir rapi berkemeja warna peach walau belum menyisir rambut dan memoles wajahnya. Akupun siap mengantarnya ke kampus. Sambil dia mengemasi beberapa map, dia nampak  serius.

Yudhis : Kenapa, Dek? Adek sakit kah?

Dia menggeleng. Dia mengatakan kalau dia baik-baik saja walaupun tampak lelah karena aku tahu, semalam dia diam-diam bangun dan menyelesaikan laporan evaluasi praktik laboratorium.

Yudhis : Lalu?

Dia tidak berbicara sepatah katapun dan langsung bergelayut di sampingku yang duduk di ranjang. Dia mirip kucing kecil yang bermanja pada induknya. Tapi ada sesuatu yang berbeda.

Yudhis : Dek, bilang kalo sakit, badan kamu panas lho. Ya ampun. Adek tiduran aja ya. Nanti Mas bilang ke jurusan kalau Adek sakit..

Irsha : Adek gamau ngerepotin Mas..

Lagi-lagi dia masih merasa aku orang lain dan bukan suaminya. Padahal wajar jika aku direpotkan. Aku hanga tersenyum dan membantunya berbaring lalu menutupi tubuhnya dengan selimut.

Aku bergegas mengecek kotak P3K dan mencari termometer. Selain itu, aku juga menyiapkan baskom berisi air hangat dan handuk kecil untuk kompres.

39.2℃

Tinggi juga panasnya. Baru pertama kali selama serumah dengannya, Irsha sakit dan demam tinggi seperti ini. Pipinya merah tapi bibirnya pucat.

Irsha : Mas nggak ke kantor? Mas berangkat aja, sayang jatah cutinya..

Yudhis : Adek mau Mas kepikiran terus di kantor? Udah, ya. Yang penting istri Mas ini sembuh dulu..

Aku mengompresnya sambil tangannya terus menggenggam tanganku. Begini rasanya kalau istri sakit?

Setelah dia terjaga, aku mengambil kaos yang menyerap keringat dan mengganti kemeja yang dipakainya. Aku merasakan kakinya mengeluarkan sedikit keringat dingin. Kuusap pipinya sampai dia benar-benar tertidur. Kupandangi wajahnya yang cantik tapi mengerut karena menahan panas tinggi.

Sepertinya aku harus ke apotek untuk membelikan obat penurun panas. Oh, atau mungkin obat herbal Papajun lebih manjur karena sebenarnya Irsha tidak suka minum obat kimia.

Yudhis : Dek, Mas pergi dulu ya sebentar..

***
"Lho, Yudhis. Tumben pagi-pagi ke sini.."

Kedatanganku disambut oleh Mamabi yang akan berangkat ke sanggar tempatnya bekerja.

Yudhis : Papajun ada Ma? Yudhis mau minta obat..

Side-story of EIL : Mas & AdekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang