Berbagi cerita

6.7K 1.4K 221
                                    

Kadang kita tidak bisa memprediksi bagaimana cara takdir bekerja.
Bagaimana sesuatu yang mustahil menjadi nyata.
Bagaimana hal yang tidak pernah terpikirkan menjadi hal yang kita jalani saat ini.

Itulah takdir,
Yang kadang menjadikan kita orang paling menyedihkan sedunia.
Dan tidak jarang menjadikan kita orang paling beruntung sedunia.

-


Kalau aku berpikir akan segera terlelap malam ini, ternyata salah.

Usahaku memejamkan mata tak kunjung berhasil. Kantukpun tak menghampiri. Dan hal itupun berlaku untuk orang yang ada disebelahku. Kang Daniel.

"Seongwoo?"

"Hm.."

"Belum tidur?"

"Belum.."

Setidaknya saat ini waktu sudah mencapai pukul 2 dini hari. Kami akhirnya malah mengobrol mengenai banyak hal. Obrolan yang kumaksud adalah Daniel yang bercerita sedang aku mendengung menanggapinya.

"Kalau aku boleh tahu, bagaimana denganmu Woo? Maksudku keluargamu? Tinggal didaerah manakah?" tanya Daniel berhati-hati. Aku yakin, pertanyaan ini adalah hal yang paling ingin ia ketahui.

Aku memejamkan mata, apakah tidak apa bila aku membagi kisahku? Pada Minhyun sekalipun saja tidak. Tapi bagaimanapun Daniel juga sudah membagi ceritanya.

"Aku seorang diri. Anggaplah begitu, Ibuku pergi entah kemana. Tepatnya 5 tahun lalu. Ketika usiaku sekitar 13 tahun. Awal dimana aku harus bertahan hidup dengan segala daya upaya yang aku punya." Jedaku.

Suasana semakin hening, kurasakan Daniel tidak merespon disebelahku.

"Jangan mengasihaniku Niel. Ini bukanlah sesuatu yang patut kau kasihani. Aku belajar dari semua keterpurukan yang menimpaku, aku mendapatkan pengalaman. Aku ditempa menjadi sosok yang lebih mandiri, lebih tegar dan lebih kuat."

"Bagaimana dengan sosok ayah?" tanyanya lagi.

"Aku bahkan tidak pernah memanggil ayah kepada siapapun." Lalu aku tertawa kecil. Hambar.

"Maaf.." lirihnya.

Aku menoleh kearahnya. Mencari-cari tatapan iba, tatapan kasihan kepadaku. Tapi aneh, tatapannya sungguh berbeda.

"Untuk apa?" tanyaku bingung.

"Aku membagi kisahku, aku meminta bantuanmu. Sedang kau memiliki masalah yang lebih besar dariku."

Aku tersenyum kecil saat melihat bibirnya yang mencebik lucu. Matanya tampak berkaca-kaca. Sangat amat menggemaskan bagiku. Bahkan aku tidak sempat larut dalam kesedihan saat ini.

"Tidak apa, aku senang menjadi tempat saat kau tidak memiliki ruang untuk tinggal. Aku senang bisa menepuk punggungmu saat kau terpuruk. Setidaknya, aku ingin melakukan hal yang tidak pernah orang lain lakukan padaku." Aku tersenyum kecil, lalu menekan keningnya yang berkerut.

"Jangan memikirkan hal yang bahkan aku tidak pedulikan. Cukup menjadi Daniel yang saat ini kukenal."

"Seongwoo, balikkan badanmu. Jangan lihat aku. Rasanya aku ingin menangis." Ujarnya parau, suaranya tampak bergetar.

"Hei, tidak butuh bahu untuk menangis?" candaku.

Sayangnya, ia langsung menenggelamkan wajahnya disisi bahuku. Tanpa kuprediksi, hingga jantungku menggila karenanya.

_

Aku baru mengerti, rasanya membagi kisah kepada orang lain. Efeknya menjadi seperti ini, seperti sebagian beban yang kupendam turut terbagi. Sebagian kesedihan juga menghilang.

Insecure - OngNiel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang