Malam Minggu

7.7K 1.5K 300
                                    

Hari yang panjang dan melelahkan.
Hari dimana aku yang biasanya berperang dengan pikiranku sendiri, kini harus berperang dengan pikiran milik orang lain.
Harus memberi dan menerima pendapat orang lain.
Harus mengeluarkan perasaan.
Harus menyatakan keputusan.
Yang biasanya selalu kupendam.

Pada orang,
Yang seenaknya masuk dan menerobos dinding pertahananku.
Tanpa kuundang, tanpa bisa kucegah.

Dia,
Pemuda menawan bermarga Kang.
Pemuda dengan senyum kaku namun memabukkan bernama Daniel.
Pemuda dengan pemikiran ajaib.
Pemuda yang tanpa bisa kuterka isi dalam hatinya.

*

Malam itu, selepas Daniel kupaksa pulang karena harus menutup toko dan sudah terlalu larut.

Aku kembali kekamar, menemukan 2 panggilan masuk dari Minhyun yang tidak kujawab.

Saat ingin mengiriminya pesan singkat, panggilan nya kembali masuk.

Awalnya dia hanya bertanya soal tugas individu yang akan dikumpul besok. Lalu ia bercerita banyak soal organisasi kemahasiswaan dan kampus.

"Kau tahu Ong, Daniel menolak ajakan para senior untuk mengadakan pesta malam. Dia bahkan mengatakan ia akan sibuk setiap malam, karena ingin menyiapkan diri untuk mendapatkan beasiswa. Kau punya saingan berat. Hahaha"

Minhyun tertawa diseberang telepon.

Aku meneguk saliva, dahiku mendadak berkeringat. Bagaimana kalau seisi kampus tahu, kalau kami bertemu setiap malam.

"Hyun, Daniel itu.. Bagaimana latar belakangnya? Sepertinya kau tahu banyak?"

Minhyun menarik nafas panjang, sebelum bercerita. Hingga panggilan telepon kami sampai satu jam lebih.

"Daniel itu tidak seperti yang selalu terlihat. Ayahnya selalu memaksa ia mendapatkan peringkat pertama sejak kecil. Daniel itu tertekan namun ia bebas. Ia selalu mendapatkan yang ia mau, namun selalu tertekan dirumah. Ayahnya sudah dipengaruhi oleh ibu tirinya. Daniel seperti merindukan sosok ibu yang menenangkannya."

Panggilan Telepon Minhyun berakhir dengan kalimat penyemangat darinya, "Ong, kalau ada sesuatu kau bisa bercerita padaku. Aku bisa saja menjadi pendengar yang baik untukmu."

"Baiklah, kalau waktunya sudah tepat. Aku akan menceritakannya padamu. Selamat malam Hyun-ah."

"Aku tunggu. Selamat malam kembali Seongwoo-ya."

Telepon diputuskan sepihak sebelum aku mencercanya dengan pertanyaan lain.

*

Daniel menepati janjinya.

Dikampus ia menjauh dariku. Melirik kearahku saja tidak. Apalagi duduk disebelahku saat kelas kami sama. Ia memilih tempat terjauh dariku.

Tapi tetap saja, gurau canda mahasiswi yang menggodanya terdengar sampai ketelingaku.

"Niel, besok malam ulang tahunku. Kau datang ya? Sengaja kuadakan malam minggu lho."

Kutolehkan wajahku kearahnya, gadis sekelas kami yang terkenal cantik dan berambut panjang tengah mendekatkan dirinya pada Daniel hingga mereka hampir menempel.

Aku menahan nafas, bersiap mendengar jawaban Daniel. Janji kami tidak terikat. Daniel bebas menentukan pilihannya.

"Ah, aku ingin sekali datang. Tapi aku sudah memiliki janji penting. Omong-omong, selamat ulang tahun ya."

Insecure - OngNiel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang