5] Ibu

32 3 1
                                    

  "IBU !!!!!!!!" teriak ku memenuhi jalan malam ramai itu , aku menangis tak henti memegangi badan ibu yang tergulai lemah akibat dari tembakan kencang yang di terimanya. cairan merah darah berserakan di tangan ku maupun baju kemeja ku yang berwarna baby blue bertukar dengan warna merah pekat

aku berteriak pada Rehan dengan terisak kencang "ibu bangun ibu, ibu jangan pergi dulu aku masih ingin ibu !!!! REHAN PANGGIL AMBULAN REHAN, MENGAPA KALIAN HANYA MELIHAT KU CEPAT HUBUNGI AMBULAN KU MOHON !!" hanya menangis dan tak tau apa yang harus aku lakukan malam yang sangat menakutkan. Aku melihat Rehan menghubungi ambulan beserta bulir yang ada di mata ikut mengalir dengan lancarnya 

berselang beberapa waktu ku berlarian kesana kemari cemas, tangis yang ku keluarkan itupun tak berguna untukku memutar waktu, duduk bersandar pada dinding menunggu ibu di kabarkan selamat. 

"REHAN INI SEMUA SA... SA...LAHKU, AKU TAK SEHARUSNYA MEMBAWA IBU DALAM PESTA LAMPION ITU" ucap ku kencang masuk dalam pelukan Rehan saat itu. Hanya satu kata untuk kondisi ini pelukan Rehan sangat hangat bahkan aku tak tahu bahwa ayah sudah sampai rumah sakit menghampiriku dan melepas pelukanku dengan Rehan. Lalu selanjutnya apa yang ayah lakukan ayah memukul mulut dan pipi Rehan secara bersamaan darah keluar. hanya lebam yang ku lihat di sisi mulut Rehan berdarah 

"ayah lepaskan dia tidak salah apa apa" aku melerai kedua pria tersebut 

"DIAM KAU TANIA AYAH SUDAH MENGATAKAN PADAMU TIDAK PERLU PERGI KE LAMPION LAMPION ITU, KARENA KAU IBU JADI SEPERTI INI, INI SALAH MU TANIA !!!!" ucap pria tua yang sedang teriak tidak terima istrinya seperti ini, ayah menyalahkan ku sebagai pelaku atas kecelakaan itu 

ayah membawa ku keluar rumah sakit dan meninggalkan Rehan duduk membelakangi dinding terbengkalai dengan luka lebam berdarah di sudut bibir seraya menunggu proses operasi ibu selesai

Aku segera menangkis genggaman ayah "kenapa ayah menyalahkan Tania sebagai pelaku kecelakaan atas ibu ? aku tahu alasan ayah tak ingin mengantarkanku ke pesta lampion bahkan sekarang ayah sudah tak sayang pada ibu. Walau aku tahu ibu selalu menyimpan luka yang ayah buat sejak dulu, mengapa tak meninggalkan kami dan menemani istri ayah yang lain ? aku tahu ayah selingkuh dari ibu !" teriak ku pada ayah dan meninggalkan ayah sendiri di luar lari menghampiri Rehan yang ada di dalam rumah sakit.

"DASAR BRENGSEK KAU TANIA" aku tidak perduli apa yang ayah katakan ucapan kasar terlontar dari mulutnya sangat kencang mengenai pendengaranku

Aku melihat Rehan lari menghampiri diriku dan memelukku erat "kamu yang sabar ya Tania, ibu sudah pergi Tania" katanya lirih bulir mengalir lancar diwajahnya

Aku kehilangan kata. Teriakanku di tengah malam memecah keheningan dalam tangis ku terlarut aku memeluk Rehan erat dalam
"Ini semua salahku Rehan, ayah benar aku adalah orang yang bersalah atas kematian ibu" aku berucap sedih

"Tidak Tania ini memang sudah takdir, Allah pasti menempatkan ibu di surganya Tania" kata nya berusaha menegarkan ku 

Tangisku semakin kencang, Rehan menenangkanku di dada bidang nya,
"Tania sangat mencintai ibunya, ibunya sangat perhatian padanya bahkan berbanding terbalik dengan orang tua ku yang menilai harta adalah anaknya. Sungguh sedih" batin Rehan menguak lirih mengingat orang tuanya

...

\

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lean On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang