4] pedih

24 6 0
                                    

...

hari ini aku sangat bahagia bisa mengantar Tania pulang bersama dan mengitari kota jakarta sore ini, dan langit juga tak segan segan menampilkan warna indah nya di atas sana namun sayang dia sebentar lagi dia akan menjadi hitam gelap dan hanya bintang bintang kecil yang hanya bisa menemani malam hari ini, aku tahu bahwa Tania akan pergi ke festival malam ini. Mana mungkin Tania mau meninggalkan momen yang hanya satu tahun sekali, meskipun dalam keadaan terpaksa sedikitpun.

Bisa saja apa yang dikatakan Tania sore itu adalah bohong, aku tau sifat dan karakter Tania itu seperti apa. itulah yang aku pikirkan mengapa Tania murung di pagi hari tadi.

aku juga sempat berfikir di benakku mengapa dia suka sekali dengan lampion lampion itu, padahal itu cuma lampu yang bergantungan di atas, aku juga bisa buat di rumah sama dia tidak perlu jauh jauh pergi

"tringg... tringg..." telepon trumah membuyar kan semua lamunan ku

kuberjalan mendekati telepon itu dan bicara pada alat tersebut "halo ini siapa ya ?" tanyaku dengan suara yang ada di seberang sana

"ini ayah Rehan, maaf ya ayah tidak bisa pulang minggu ini ayah lagi banyak projek di surabaya. oh ya ibu kemana ayah ingin bicara pada ibu" setelah mendapat telepon dari ayah aku sangat senang dan girang, tapi itu semua hanya sebentar. Aku sempat kesal pada ayah tapi ayah juga seorang pekerja keras yang tangguh demi keluarganya

"yasudah lah ayah tidak papa. disini Rehan sendirian ibu tidak ada di rumah sedang kerja belum juga pulang, mungkin ibu sedang lembur hari ini" jawabku seadanya

"kamu jangan lupa makan, sekolah yang rajin ya agar jadi orang yang sukses, ayah terus mendoakan kamu disini, ayah tutup dulu teleponnya nanti ayah sambung lagi" sambugan telepon langsung terputus oleh ayah

aku bukan anak yang manja seperti anak anak yang masih seumuran ku yang masih butuh perhatian orang tua pada umunya, aku tahu ini keterlaluan untukku saat aku susah dan butuh perhatian orang lain siapa yang akan memperhatikanku sedangkan orangtuaku hanya haus akan uang uang dan uang yang hanya di pikirkan orang tua ku hanya lah uang, uang melupakan semua bahkan aku asing di mata kedua orang tua ku, bahkan ibu ku sendiri memperhatikan ku secara tak acuh.

Terkadang aku sempat berfikir lebih baik aku tidak terlahir di dunia dan tidak perlu memiliki orang tua, bahkan ibu ku dengan teganya meninggalkan aku sendiri malam hari saat aku sekolah dasar dulu dan sampai sekarang itu tidak pernah berubah sama sekali

"Lebih baik aku keluar, mencari angin lagian juga kalau mau marah sama siapa tidak ada orang yang bisa aku marahi" bicara ku pada diri sendii

Saat aku melewati rumah Tania, disana seperti tidak ada siapa siapa di dalam rumah. Sepi dan hanya gelap yang terlihat

"Kemana perginya anak itu" batinku

Ku melaju kan sepeda motor ini mengitari malam di pusat kota Jakarta, aku melihat wajah seorang yang aku kenal sedang mengantri tiket masuk, dan terlihat begitu sangat cantik. Cantik sekali
Aku langsung masuk dan memakirkan sepeda motor yang sudah di sediakan tempat oleh panitia

"Kamu sedang apa disini Tania ?, ini ibu kamu wah cantiknya, kenalin bu nama saya Rehan pacar Tania !" Seru ku pada ibu Tania yang berada di sebelahnya bagai pinang di belah dua wajah ibu Tania tak kalah cantik

"Apaan apa sih kamu Han dasar SINTING" dia berbisik di telinga ku dan mencubit perutku sangat kencang

"Awhhh..... sakit tahu " ringisku hanya sesaat

"Kalau tidak mau di cubit tidak usah bilang sama ibu. Bikin malu saja kamu ! Udah sana pulang jangan ganggu"

"Sekarang ibu pulang saja nanti masuk angin mau aku antar gak bu ? Naik motor saya" tawar ku lalu mendekati ibu Tania dengan ramah

"Tidak usah repot repot sekarang kamu jagain Tania saja, kalo kamu antar ibu Tania tidak ada yang jagain disini kasian dia, ibu masih punya kaki kok. Sudah ya ibu tinggal dulu selamat bersenang senang ya" aku dan Tania pamit dengan ibu dan ibu jalan menjauhi kami yang sedang mengantri tiket
Aku akui antrian ini panjang sekali, dan aku juga memaklumi nya karna festival di adakan hanya satu tahun sekali

"DUAR" suara tembakan menggetarkan gendang telinga kami malam pukul 08.00 , orang orang lari ketar ketir sana sini untuk mencari ketenangan dan zona aman dari suara senjata yang kudengar. Banyak orang yang menghampiri suara tersebut dan melihat korban salah tembak polisi yang ingin menembak borunan yang selama ini di cari

"Rehan itu suara apa ? Ayo kita lari dari sini " baru pertama kalinya Tania memegang lengan ku dan menyembunyikan wajahnya di pundak ku

"tunggu dulu Tania, aku penasaran siapa itu ?" aku menarik tangan Tania lari menuju tempat kejadian perkara untuk tau siapa kah korban salah tembak tersebut. Tania melihat korban yang terlihat lemah tak berdaya

teriak Tania sontak membuatnya terkejut akan korban itu "IBU !!!"

...

maaf banget mungkin disini bahasa suka labil ya kadang baku kadang enggak dan makasih banget yang udah mau vote apalagi comment di sini, happy reading and i hope you enjoy bye ~ Jingga

Lean On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang