O4.

2.1K 191 28
                                    

🔞🔞🔞

***

Chanyeol keluar dari kamar mandi dengan masih menyimpan kemarahan. Rambutnya basah kuyup dan seluruh pakaiannya yang basah teronggok di lantai.

Sebuah gerakan di sudut kamar membuatnya menoleh. Chen berdiri di sana, bekas-bekas pukulan Chanyeol masih menimbulkan memar-memar di sana sini tetapi lelaki itu sepertinya sudah diobati.

"Bagaimana dia?" tanya Chanyeol dingin.

"Dokter sedang menanganinya, paru-parunya kemasukan cairan. Anda sendiri Tuan Chanyeol, Anda tidak apa-apa? Terjun dari lantai dua seperti itu hanya untuk menyelamatkan perempuan itu—"

Chanyeol melirik pada Chen dengan tatapan tajam lalu meraih handuk untuk menggosok rambutnya yang basah.

"Tadinya aku berniat membunuhnya"
"Kalau begitu kenapa Anda menyelamatkannya?"
Chanyeol membalikkan tubuhnya dan menatap Chen dengan mata menyala-nyala.
"Karena aku memutuskan, belum saatnya dia mati," mata cokelat Chanyeol bagaikan berbinar di kegelapan, "Dan kau— Kenapa kau sengaja membiarkannya lolos?"

Chen menatap Chanyeol, tampak ada keterkejutan di matanya meskipun sekejap kemudian dia langsung memasang wajah datar, "Saya tidak sengaja membiarkannya lolos"

"Kau pikir aku bodoh?" suara Chanyeol menajam, setajam tatapannya, "Kau adalah pengawalku paling berpengalaman, tak mungkin kau bisa diperdaya gadis itu kecuali kau memang membiarkan dirimu diperdaya"

Chen menelan ludahnya, "Saya ingin membebaskannya, saya takut dia akan membawa masalah untuk kita"

Chanyeol melempar handuknya dengan marah ke sofa.
"Dalam dua hari ini kau sudah dua kali mengambil keputusan sendiri dan menentangku. Dengarkan ini baik-baik Chen," suara Chanyeol dalam dan mengancam, "Sekali lagi kau membuat kebodohan yang merepotkanku, bukan hanya pukulan yang kau dapat, aku akan menghabisimu secepat aku bisa"
Suara ancaman itu masih menggema di kegelapan, bagaikan janji Iblis yang memanggil-manggil meminta nyawa.

***
Ketika Jiyeon terbangun, yang dirasakannya pertama kali adalah rasa sesak di dadanya. Dia menggeliat panik, mencoba menarik napas sekuat-kuatnya, dalam usahanya mencari oksigen sebanyak-banyaknya.

"Tenang, kau sudah ada di daratan, kau bisa bernafas secara normal," Suara Chanyeol membawa Jiyeon kembali pada kesadarannya.

Dengan waspada dia menoleh dan mendapati Chanyeol sedang duduk di tepi ranjangnya. Jiyeon beringsut sejauh mungkin dari Chanyeol dan tingkahnya itu memunculkan secercah cahaya geli di mata Chanyeol.

"Apakah kau takut padaku setelah kejadian tadi?" nada gelipun tersamar dalam suara Chanyeol.

Kurang ajar, batin Jiyeon dalam hati. Dia berjuang meregang nyawa dan lelaki ini malah duduk disini menertawainya.

Tetapi apakah benar Chanyeol yang terjun ke kolam waktu itu dan menyelamatkannya? Kenapa? Bukankah jelas-jelas dalam kemarahannya Chanyeol sudah memutuskan untuk membunuhnya? Kenapa lelaki itu berubah pikiran?

"Ya, aku memang menyelamatkanmu," Chanyeol bergumam seolah-olah bisa membaca pikiran Jiyeon, "Tetapi itu bukan demi dirimu, itu demi kepuasanku."

Jiyeon menatap Chanyeol geram, "Apa maksudmu?"

Dengan tenang lelaki itu melepas dasinya, gerakannya pelan tetapi mengancam hingga tanpa sadar Jiyeon bergidik dan beringsut menjauh.

"Aku tidak suka bercinta dengan mayat," Senyum di bibir Chanyeol tampak kejam, "Kau lebih nikmat kalau hidup dan bernafas."

Ketika Jiyeon menyadari maksud Chanyeol, sudah terlambat. Lelaki itu mencengkeram kedua lengannya dengan satu tangan. Kekuatan Jiyeon tidak sebanding dengan kekuatan tubuh Chanyeol yang besar dan kuat di atasnya. Dengan mudahnya lelaki itu mengikat kedua pergelangan tangannya dengan ikatan mati yang sangat rapi, lalu menalikannya di kepala ranjang, "Kau— Kau mau apa ?" Jiyeon mulai panik ketika Chanyeol yang setengah duduk di atasnya membuka kancing kemejanya.

Sleep With The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang