1

357 16 2
                                    

Beberapa tumpuk buku ada dihadapannya, selusin alat tulis sebelahnya, secangkir teh hangat menemaninya dalam keheningan jangka panjang yang menyesakkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa tumpuk buku ada dihadapannya, selusin alat tulis sebelahnya, secangkir teh hangat menemaninya dalam keheningan jangka panjang yang menyesakkan. Mungkin ini bukan keinginannya untuk terus belajar tanpa henti seperti kerja rodi. Tetapi, orang tuanya lah yang berperan penting dalam pola hidupnya. Selalu dia dituntut belajar padahal semua orang tau dia sudah pintar.

Deretan kata kata yang selalu dibaca memenuhi isi kepalanya. Pengetahuan sudah bukan tandingannya, kehidupan sosial yang dibutuhkannya. Nama keluarga selalu menjadi alasan orangtuanya. Sekalipun dia penerus perusahaan ayahnya, tak perlu menuntut ilmu segini kerasnya.

Selama ini dia hanya mengikuti lajur permainan papahnya, selama itu membuat orang tuanya membanggakannya walau tanpa menyetujui kebebasannya.

Siapa yang tidak miris jika hidup dengan kekayaan melimpah tapi harus rela terkurung dalam mansion mewah dengan selusin bodyguard dan teman setianya, buku.

Saat tangan pemuda itu berniat menyelesaikan rangkuman dan menyudahi renungan sejenaknya, suara bel rumah  menyita perhatiannya. Fokusnya terpecah ketika suara lembut perempuan dari arah bawah tertangkap indra pendengarannya. Mau tidak mau, dia harus turun ke lantai bawah untuk menuntaskan rasa penasarannya akan tamu yang datang ke rumah mewahnya.

Saat tiba di pertengahan tangga, dirinya melihat seorang gadis dengan kepangan satu yang terlihat manis sedang menyapa sahabat dekatnya di bawah sana. Mereka terlihat baru saja berpapasan di pintu depan dan mengucapkan salam "Halo" sebagai kata perkenalan.

Tidak mau menunggu lama menghampiri sahabat dan tamunya di lantai bawah, pemuda berparas rupawan itu melangkahkan kaki menuruni tangga dengan hati-hati.

Sebelum bertegur sapa, pemuda itu mempersilakan duduk tamunya dan bertos ria ala laki-laki dengan sahabat dekatnya itu.

Bingung mau bertanya untuk apa gadis manis tidak dikenalnya yang sekarang duduk di hadapannya datang berkunjung ke rumahnya dengan menjinjing sebuah bungkusan kue merek ternama, gadis itu berkata duluan.

"Panggil saja saya Fei, ini ada titipan dari ibu saya buat mamanya reon" ucap gadis bernama lengkap Feith Ravena itu.

"Iya, terima kasih nanti saya sampaikan ke mama" balas pemuda tampan itu sambil menerima bungkusan kue dari tangan lembut gadis dihadapannya.

Tanpa berkata lebih lanjut lagi, gadis yang bernama Fei itu berpamitan untuk pulang, dirinya hanya sebatas mengantarkan titipan mamanya untuk pemilik rumah megah ini.

Di lantai bawah, keadaan ruang tamu hening hingga pintu depan tertutup hasil dilewati gadis yang bertamu tadi, menyisakan pemuda tampan bernama lengkap Alreon Xanthus dengan sahabat karibnya yang sudah akrab dari lama, Regano Bramasta yang berbincang ringan.

***

Regano Bramasta, seseorang dari keluarga terpandang. Seseorang yang memilih jalur hidupnya sendiri tanpa meneruskan perusahaan besar ayahnya, ia lebih memilih menuntut ilmu di bidang kedokteran dan menekuni buku buku tebal di meja belajar atau perpustakaan kampus, tempat dimana ia bertemu sahabat karibnya, Alreon Xanthus yang berbeda jurusan.

Dark Control Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang