.A. K. U.

164 4 0
                                    

"Aku ____

“Isi sendiri”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Berbicaralah,

Pengecut adalah lumrah ketika berbicara soal perasaan.

Namun ketahuilah,

Selalu ada rasa lega di sela bisikan pengakuan soal rasa.
Selalu ada rasa candu di ujung tangisan penuh rindu.
Selalu ada rasa lelah di sudut hati yang patah."

14.18
—lstwrds

...

"01:23
Telingaku masih didominasi oleh suara itu. Suara pecahan suatu benda dan teriakan nyaring.

01:25
Suara tamparan keras menggema di seisi rumah. Aku pun sudah tidak menghitung lagi berapa tetes air mataku yang jatuh ke lantai.

01:30
Semenjak hari itu, aku tidak pernah bisa tertidur lelap. Aku hanya takut berubah menjadi kalap, membuat semua seketika gelap. Gigil tubuhku bersatu dengan dingin mencekam lantai kamarku.

01:40
Suara pintu dibanting keras, gigiku gemertuk, raut mukaku memanas. "Dasar manusia terkutuk."

01:42
Aku membuka pintu kamar, kutemukan wanita itu jatuh terduduk lemah tak berdaya. Air mata sudah mengering di pipinya, tak bersuara, dia membisu.

“Ibu?” Begitu aku memanggilnya.

“Apalagi? Makan? Cari sendiri! Aku sedang muak!” Begitu balasnya, sambil menyeka sisa-sisa air mata yang lagi-lagi jatuh tanpa permisi. Wanita itu berjalan menjauh, meninggalkan aku yang masih bergeming.

Sebelum ini, dia wanita yang lembut. Tidak pernah membentak, karena ia akan menasehati dengan nada bersahabat.

Dulu, rumahku ialah tempat paling ramah.
Kini, rumahku ialah tempat semua pelampiasan amarah. Teriak penuh isak, tangis penuh sesak, diguyuri suara tamparan yang kian hari kian hafal kudengar.

Entah sampai kapan

Dan entah bagaimana

Kepalaku terasa kosong.

03:40
Aku masih terjaga, tidak mampu menutup mata barang sekejap. Aku ingin tidur sebentar saja, menenangkan hati yang nelangsa ini.

03:41
Obat penenang itu berhasil kutenggak beberapa tablet. Aku kini mulai lebih tenang.

03:45
Aku harap seterusnya aku tetap bisa tenang layaknya saat ini.

04:00
Aku bisa melihat dengan jelas ibuku yang masih mematung di sudut peraduan.

04:30
Ah ....
Subuh mulai mendesak, tanda bahwa hari baru sudah dimulai.

04:35
Mungkin tidak bagiku. Aku akan tetap di situ.

Ya, masih dan akan tetap di situ. Kuharap ibu atau ayah bisa menyempatkan waktu mencariku. Di sela debat tentang siapa yang paling hebat, mencari kesalahan, siapa yang paling salah.

05:00
Tangisan pecah memekakkan telinga.
Tangisan dari kedua orang yang sedari tadi saling mencaci.

08:00
Banyak orang tiba-tiba bertamu, bendera kuning berkibar di depan rumah. Mereka semua berkumpul di ruang tamu. Ayah ibu duduk berjauhan, sama-sama berduka tapi tak ada niat saling merangkul.

Iya, benar.
Sebab, aku sangat merindukan rumah yang ramah.
Maka, aku berpulang lebih dahulu ke seramah-ramahnya rumah Tuhan."

—gspm x lstwrds
#miracleinthought

...

"Ada orang bertanya.

"Apa yang akan kau lakukan jika kau tidak takut?"

"Mati," jawabku.

Aku tidak takut untuk mengiris pergelangan tanganku sendiri.
Aku tidak takut untuk meminum obat sampai overdosis.
Aku pun juga tidak takut untuk gantung diri.

Aku hanya takut, setelah mati, akan ada apa lagi?"

-jj

#aksarajuli

....

"Aku ingin ke luar negeri,

hanya untuk menjadi asing.

Aku ingin bisa menikmati setiap detik

dengan hati dan kepalaku sendiri,

bukan milik orang lain.

Aku ingin bisa merasakan ketenangan

tanpa perlu membungkam.

Setajam apapun kata,

aku yakin tidak akan menyayat.

Bahasanya terlalu asing!

Aku ingin bisa berekspresi

tanpa perlu memikirkan gengsi.

Wajah yang kutatap tidak mengenaliku,

pun sebaliknya.

Mereka tidak akan peduli. 

Entahlah.

Kita semua tahu dunia itu luas,

namun nyatanya

kehidupan tidak seluas itu.

Tapi tetap saja,

Aku ingin ke luar negeri

hanya untuk menjadi asing."

–flee

#refleection

....








😊
Salam manis dari
-@devi.nr-
Vomennya jangan lupa😎

KATA LISAN👄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang