Memburuk

1.3K 92 7
                                    

  Pagi hari, ulang tahun Catherine.

  Acara ulang tahun yang Yuri rencanakan setiap tahunnya untuk Catherine harus ditunda untuk tahun ini. Wanita itu terbaring lemah diatas tempat tidur itu dan tak bisa berkutik sama sekali. Demamnya sangat tinggi hingga Kyuhyun menjadi benar-benar cemas.

  Catherine tidak dapat menemani ibu tirinya itu seharian. Ia harus berangkat ke sekolah di pagi hari dan pulang sore karena ada kelas tambahan. Gadis itu sangat mengkhawatirkan kondisi Yuri yang semakin menurun drastis.

  Kyuhyun tidak dapat berada disisi Yuri penuh hari ini. Pekerjaannya sebagai perdana menteri memang tidak bisa diundur atau dibatalkan. Ada acara dengan perdana menteri asal Swedia dan Denmark hari ini sehingga ia akan sangat sibuk berada di luar.

  Kesalahan fatalnya, Bibi Yeon lupa mengabari PM bahwa dirinya absen hari ini karena sakit. Tidak ada yang menjaga istri PM itu sama sekali. Yuri bahkan sudah tidak bisa membuka matanya atau menggerakan anggota tubuhnya. Ia seperti mayat hidup akibat demamnya. Terbaring di kamar sendiri membuat Yuri 'lumpuh' hari itu.

  Pukul sembilan pagi, rumah dinas itu sudah sepi. Yuri baru dapat membuka kedua matanya dan itu saja tidak bisa sepenuhnya terbuka. Masih sedikit saja. Ia melihat sekeliling; sepi tidak ada orang. Yuri ingin minum. Ia sangat haus namun tak dapat menggerakkan tangannya yang lemah ke nakas.

  Seharian penuh, Yuri harus seperti itu. Tidak ada yang mengawasi. Sebuah baskom kecil berada di lantai, disebelah tempat tidur. Awalnya untuk kompres Yuri. Namun, Yuri merasa mual. Ia menggerakkan tubuhnya sekuat tenaga dengan menggesernya, menundukkan kepalanya dan memuntahkan isi perutnya ke baskom itu.

  Tepat saat Kyuhyun datang dari jamuan makan sore.

  Ia berlari cemas ke arah sang istri. "Maafkan aku, Yuri. Maafkan aku. Aku benar-benar tidak tahu Bibi Yeon tidak masuk hari ini. Ayo muntahkan semuanya," ucap Kyuhyun sambil mendekatkan baskom itu.

  Seperti orang putus asa, Yuri terus memuntahkan semuanya. Pria itu melepas jasnya dan segera membantu Yuri ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya dan segala macam, sebelum kembali berbaring di kasur.

  'Betapa bodohnya aku sampai meninggalkan Yuri sendirian dalam kondisi seperti ini? Bagaimana kalau dia jatuh atau terpeleset?', batin Kyuhyun— memaki dirinya sendiri.

  "Sakit...."

  Kyuhyun langsung memeluk Yuri. "Kau pasti sembuh. Ingat kata dokter? Sakit ini karena dirimu sendiri. Aku akan menjamin tidak ada yang akan menyakitimu lagi. Aku sudah berjanji bahwa aku yang akan melindungimu dari siapapun itu. Kumohon, Yuri. Jangan terlalu dipikirkan," pesan Kyuhyun.

  Wanita itu mengangguk lemah, dengan mata masih terpejam menahan sakit. Setelah Kyuhyun temani sambil mengusap kepalanya lembut, Yuri kembali tertidur pulas.

###

  Sudah seminggu.

  Setidaknya Yuri sudah tidak terlalu memikirkan bagaimana demam itu menyerangnya. Ia sudah pulih dan dapat beraktivitas. Hari ini ada jamuan makan malam yang diadakan di gedung kediaman resmi perdana menteri. Hampir seluruh menteri diundang, tidak terkecuali kakaknya dan iparnya. Kyuhyun sedikit menyesal disana.

  Yuri memakai pakaian yang sangat rapi dan elegan. Terusan berwarna pink pastel yang terlihat serasi dengan heels serta tas kecil berwarna putihnya. Pengamanan tentunya semakin diperketat, terutama kepada presiden beserta istri dan Yuri, yang sedang menjadi sasaran utama dan empuk saat ini.

  "Selamat datang, Menteri Keuangan Jung, Mrs. Jung," Yuri menyambut kedatangan menteri tersebut.

  Kali ini, mereka yang membungkuk kepada Yuri. Dulu, sebelum ia menjadi istri Cho Kyuhyun, si perdana menteri, Yuri selalu membungkukkan tubuh kepada mereka yang derajatnya jauh lebih tinggi dibandingkan dirinya. Terasa asing bagi Yuri yang belum terbiasa menjadi seorang istri dari perdana menteri.

  "Aku senang sekali melihatmu bersanding dengan PM Cho. Sejak lama, kau selalu berada disampingnya dan mendukungnya. Kalian sama-sama dingin dan kaku, akan serasi jika dipadukan," ujar Mrs. Jung, istri menteri tersebut sambil tersenyum ke Yuri. "Ah- benarkah?" Yuri menanggapi seadanya.

  Suami Mrs Jung, menteri yang dulu sering berinteraksi dengan Yuri tersenyum ke arahnya. "Selamat atas pernikahanmu. Sejak menikah, aku tidak pernah melihatmu lagi di kantor, Mrs. Cho," ujar pria itu. Yuri tersenyum tipis. "Terima kasih, Menteri Jung," balas Yuri.

  Keduanya lalu melangkah, mencari kursi mereka. "Oh, lihat sejak menikah lagi PM Cho dan istrinya tersenyum. Dulu, mereka bahkan tidak akan menyunggingkan senyuman barang sedikit saja," bisik Mrs. Jung. Menteri keuangan itu menoleh lalu tertawa kecil. "Mereka sahabat lama. Sudah lima belas tahun berdampingan. Aku melihatnya sebagai hal yang biasa saja,"

  Catherine terlihat sibuk bersama anak-anak kecil yang merupakan buah hati para menteri-menteri yang diundang. Ia memang bertugas menghibur anak-anak itu dan bahkan mengajukan dirinya untuk bisa bermain dengan mereka. Gadis itu memang sangat menyukai anak kecil.

  Kyuhyun menyambut beberapa tamu lainnya. Acara lalu dimulai tak lama setelah itu. Jamuan makan malam ini diadakan sebagai 'resepsi' tidak langsung bagi pernikahan mereka lima bulan yang lalu. 

  "Sebuah ungkapan kecil untuk Perdana Menteri Cho akan dibacakan oleh sang istri, Mrs. Cho, silakan," ucap pembawa acara tersebut. Suara tepuk tangan memenuhi taman kediaman Yuri dan Kyuhyun itu. Wanita cantik itu dengan anggunnya naik ke atas panggung, menatap dan ditatap oleh wajah-wajah familiar.

  "To my dearest prime minister, father of Catherine, university best friend, and husband.. Cho Kyuhyun," Yuri memulai kalimatnya didepan podium. Senyum mengembang diwajahnya, membuat semua tamu cukup kaget dengan perubahan sikapnya.

  "Tidak ada satupun kata yang dapat menjelaskan secara persis bagaimana aku sangat bersyukur memilikimu dihidupku. Sampai hari ini, aku banyak sekali melihat momen-momen indah yang tersimpan dalam foto lama, memberi maksud bahwa pernikahan ini sangatlah indah dan cintamu adalah sebuah hadiah dalam hidupku,"

  Pria yang duduk disamping perdana menteri dan istrinya itu menatap Yuri lekat dari kejauhan. "Rasanya seperti baru saja kemarin, ketika aku bertemu denganmu di universitas dan aku jatuh cinta kepadamu sejak pandangan pertama. Mencintaimu dalam diam, melihatmu bersama Christopher dan Catherine dulu, aku selalu berada disana. Aku bahagia melihatmu bahagia. Lima belas tahun, aku berada disampingmu. Lima belas tahun juga, waktu yang kau butuhkan untuk menyadari perasaanku selama itu," ucap Yuri sambil menatap Kyuhyun sekilas dengan senyuman.

  "Kebaikanmu melelehkan hatiku. Waktu terus bergulir dengan cepat dan cinta ini kini akhirnya dapat tersambung. Terima kasih atas waktu-waktu indah, bahagia, menegangkan, menyedihkan, mengesalkan dan menyebalkan yang terjadi. Aku mencintaimu sampai napasku berakhir," Yuri mengakhiri pidato kecilnya itu. Kyuhyun menyeka airmatanya; membuat seluruh tamu menoleh ke arah pria itu karena Kyuhyun terlihat begitu tegar diluar.

  Tepuk tangan terdengar. Yuri turun dari atas panggung dan langsung dipeluk oleh Kyuhyun. Pria itu mencium kening Yuri terharu. Namun, ada sebuah sosok dibalik kedok sebagai pelayan. Mengintai wanita tiga puluh empat tahun itu.

to be continued.

Mr & Mrs Prime Minister [IN REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang