Naruto Love Story

Akad Payung Teduh (Venelana)

Author : yo minna-san!!! Balik lagi sama saya Si Rudi Rodriguez Si Author Tampan!!! Hari ini saya akan membawakan cerita yang berjudul, 'Akad Payung Teduh'. Fanfic ini sesuai orang yang komen dibawah, jadi gak usah lama-lama lagi yah selamat membaca minna-san!!!

Summary : Menikah, itu adalah satu kata yang sakral, bagi semua mahkluk dimuka bumi ini. dan akulah satu-satunya orang tidak ingin melakukan hal tetsebut. tapi karena dia aku berubah fikiran

Disclamer : Naruto x HighSchool DXD.

Genre : Romance, Humor, Drama, Dll.

Pair : Naruto x Venelana.

Normal Pov Now!!!

Pernah suatu hari Venelana berpikir jika hidup sendiri itu lebih baik. Maksudnya, tidak ada satu tanggung jawab yang ia pikul ketika status istri dibebankan padanya. Menurut Venelana, tidak menikah itu tidak apa. Hidupnya tidak akan pernah hancur meski lajang adalah status yang akan ia miliki sampai ajal menjemput.

Dulu, semasa sekolah, Venelana pernah menargetkan jika dia akan menikah di pertengahan usia dua puluh. Bayangan tentang sebuah pernikahan yang indah pernah berkecamuk dalam tiap angan hingga membuat Venelana mengukuhkan niat menabung dari awal.

Dia ingin mandiri, membiayai semuanya dengan hasil kerjanya. Ayah dan Ibu cukup duduk manis dan memberi restu setulus hati demi kebaikan masa depan dengan keluarga kecilnya kelak.

Lambat laun keinginan itu semakin dalam, Venelana membawanya selalu menjalin keseriusan dengan pujaan hatinya dan berbenah diri untuk kebaikannya kelak sebagai seorang istri.

Saat itu di usia ke 24, Venelana sudah melangsungkan pertunangan dengan seorang temannya semasa SMA. Namanya Lucius Gremory, pemuda berambut merah yang pernah menjadi ketua osis di sekolahnya. Kepribadian Lucius cukup menarik, selaras dengan caranya berperilaku dan bertutur kata.

Selalu ada kelembutan yang Venelana terima. Dan siapa wanita yang tidak tersanjung dengan hal seperti itu? Katakan saja jika Venelana benar-benar tipikal wanita yang terlalu umum, bersemu merah hanya karena sebuket mawar yang hadir saat acara kencan mereka lakukan.

Lucius dan segala eksistensinya yang membaur indah, menjadikan Venelana serupa puding di ujung lahapan terakhir dengan banyak vla yang kental, terkecap manis dengan lelehan yang mengandung banyak kemanisan.

Tidak ada yang bisa mendeskripsikannya karena Venelana rasa tidak pernah ada kata yang tersedia untuk menggambarkan betapa Lucius itu sungguh mengagumkan. Sampai suatu hari, saat itu di penghujung bulan Desember yang dingin, Venelana harus mengemas semua barang dan memutuskan untuk hidup sendiri.

Badai ternyata datang lebih awal, padahal ramalan cuaca menyatakan tidak akan ada badai dalam minggu ini. Nyatanya semua yang sudah terkemas begitu apik, rapat, dan hampir terlihat transparan andai saja Venelana tak meninggalkan ponselnya di laci kamar.

Di tengah musim dingin yang butuh banyak pakaian tebal, seharusnya Lucius tak bertelanjang diri di bawah selimut di kamar Ibu. Seharusnya Lucius pergi bekerja seperti apa yang dia katakan pada Venelana dua jam yang lalu. Tapi lelaki itu memilih jalan berbeda, menghancurkan Venelana dengan sekali pandang hingga kepingannya menusuk Venelana secara brutal.

Bukan hanya patah, tapi sudah remuk dan rata bersama air matanya yang berlinang. Penjelesan Lucius tak ubahnya kotoran anjing, kekhilafan yang ibunya katakan bahkan lebih menjijikkan dari seekor babi yang diblender dengan tomat. Apa yang ia saksikan, nyatanya penghancuran terbesar dalam yang pernah ada. Lucius tak lagi semanis pudding, kekecewaan membuatnya berubah menjadi sampah tak layak daur ulang.

Penyesalannya membuat Venelana membeku, dia berubah dingin, bahkan pada keluarganya sendiri yang saat itu menyatakan sebuah perpisahan.

Ayah murka, melaknat dengan sumpah serapah tak terbendung, mengutuk ibu yang merusak kepercayaan ayah. Perceraian menjadi satu-satunya yang ada, memisahkan kebencian dan rasa sesal agar tidak saling membesar. Percuma bertahan jika mimpi buruk itu tak pernah mau pergi.