2

2.2K 306 52
                                    

"Permisi," Suara berat seorang laki-laki menyapa telinga [Y/N]. Diliriknya seseorang diambang pintu yang membawa sekotak susu rasa coconut di tangan kirinya.

Todoroki menutup pintu dari dalam, diliriknya perempuan yang duduk diranjang. "Shinso menyuruhku membawakan ini dan mengajakmu mengobrol."

[Y/N] mendengus, "Kalau kau tidak mau kenapa tidak kau tolak saja? Aniki bukan orang yang menggunakan quirk-nya ke sembarang orang kok." Tanganya mengambil susu kotak yang disodorkan Todoroki. "Terima kasih, etto.."

"Shouto."

"Shouto-kun." Perempuan itu tersenyum lebar.

Todoroki tersenyum tipis seraya mengangguk.

Jujur saja, [Y/N] pernah berkata pada kakaknya tempo hari bahwa ia menyukai seseorang di SMU UA. Penampilan Todoroki saat festival olahraga benar-benar membuat [F/N] jatuh cinta. Hitoshi seringkali menyuruhnya untuk membuang perasaan itu jauh-jauh, tidak ada celah untuk mendekati Todoroki. Namun saat kemarin mereka bertemu akhirnya Hitoshi menyerah dan membantu adiknya, karena faktanya Todoroki itu cinta pertama [F/N].

"Shin-"

"[F/N] saja." Gadis itu lagi-lagi melemparkan cengiran.

"[F/N].. -chan," ada sedikit jeda saat Todoroki memanggil nama [F/N] untuk pertama kalinya, pipinya sedikit memerah karena menyebut nama depan gadis itu ditambah embel-embel 'chan'.

"Jika aku boleh bertanya, kau sakit apa?"

[F/N] meregangkan badannya, menghembuskan nafas berat. "Shouto-kun, bisakah kau membawaku berjalan-jalan ke taman? Sepertinya aku butuh udara segar."

Shouto mengangguk, dipegangnya lengan gadis itu dengan sangat hati-hati seraya membantunya duduk di kursi roda. Shouto membukakan pintu dan mendorong kursi roda pelan, saat baru saja keluar ia tiba-tiba berhenti di depan kamar 315.

"Shouto-kun? Ada apa?"

Shouto bergeming, "Bisakah kita mengunjungi ibuku dulu? Aku belum menemuinya hari ini."

[Y/N] tersenyum simpul, "Tentu saja."

Shouto mengalihkan pandangannya, tangannya meremas pegangan kursi roda [Y/N], rahangnya sedikit mengeras.

"Kenapa?"

Shouto memejamkan matanya pelan, dihembuskannya nafas berat yang sejak tadi ia tahan. "Aku masih ragu saat ingin menemui ibuku."

[Y/N] menautkan alisnya, "Kenapa ragu? Seorang wanita pasti senang jika bertemu laki-laki yang ia sayangi."

"Kau sendiri terlihat senang saat aku menemuimu tadi." Shouto menatap [F/N] lekat-lekat.

Mata gadis itu melotot, tangannya yang diinfus mencoba menutupi semburat merah yang menjalar di pipinya. "T-tidak kok, aku hanya-"

Shouto menepuk kepala [Y/N] pelan, terdengar suara tawa yang disamarkan melalui dengusan. Tangannya yang lain terulur memegang pegangan pintu kamar yang ibunya tempati lalu menggesernya pelan.

"Okaa-san." Suara berat Todoroki menggema dikeheningan. [F/N] sendiri yakin, siapapun akan jatuh cinta mendengar suara berat serta melihat ekspresi jutek yang selalu Shouto tunjukan.

Figur seorang perempuan dengan rambut berwarna putih menengok, wajahnya pucat sewarna wajah [F/N]. Ibu Todoroki tersenyum, "Shouto? Siapa gadis manis ini?"

[F/N] tersenyum sumringah, "Aku Shinso [F/N], temannya Shouto-kun." Kepalanya sedikit membungkuk, setelah beberapa saat ia memutar kepalanya kearah Shouto yang ada dibelakangnya, "Kita teman, kan?" Bisiknya pelan.

Shouto tersenyum kecil mendapati kelakuan gadis itu yang mirip anak-anak. "Tentu."

[Y/N] mengangguk antusias, Ibu Todoroki meminta anaknya membelikan makanan kecil untuk dikonsumsi bersama [Y/N]. Shouto menerima permintaan ibunya, disimpannya tas selempang yang ia bawa dan berjalan keluar.

"Kau tidak apa-apa kutinggal disini?" Tampak kepala Shouto menyembul dari luar, [Y/N] mengangguk mengiyakan.

"[F/N]-chan?"

"Eeh? Iya?" Merasa kaget karena dipanggil tiba-tiba, gadis itu menengok sambil mengangkat kedua alisnya.

"Ibu boleh memanggilmu dengan nama depan, kan?"

"Tentu!" Nada gadis itu terdengar semangat, kepalanya mengangguk antusias. Ibu Todoroki tersenyum lembut, "Kau sudah lama mengenal Shouto?"

Gadis itu menggaruk kepalanya seraya mengalihkan pandangan, "Ti-tidak sih, kami bahkan baru berbicara pagi ini. T-tapi ia sendiri yang menyuruhku memanggil nama depannya, aku tidak bohong!" katanya berusaha meyakinkan.

Ibu todoroki terkekeh, "Tidak apa-apa, bukan masalah besar." Tangannya tergerak mengusap pipi [Y/N], "Bolehkah ibu bertanya sesuatu?"

Gadis itu lagi-lagi mengangguk antusias.

"Matamu.." Ibu Shouto tampak ragu akan kalimat yang akan keluar dari mulutnya, takutnya menyakiti perasaan [Y/N]

[Y/ N] tersenyum seakan tahu apa maksud pertanyaan wanita di depannya.

"Ibuku seorang pengguna lunakinesis, dan ayahku memiliki kemampuan cuci otak. Warna rambut ibuku biru tua, dan ayahku putih." Tangannya menunjuk rambutnya sendiri yang berwarna coklat, "Warna mata ayahku coklat, dan ibuku biru." Katanya seraya menunjuk mata kanannya.

"Ayahmu.."

Tersenyum sendu, lirikan matanya terpusat kearah lain. "Ya, dia meninggalkan ibu kakakku dan menikah dengan ibuku. Katanya ingin punya seorang penerus yang dapat menyaingi All Might. Namun tak sesuai harapan, ia tidak pernah menginginkan seorang anak perempuan. Ia kemudian menjualku ke pasar gelap, untung aniki menyelamatkanku, aku sangat bersyukur ia tidak membenciku setelah semua yang terjadi."

Gadis itu menghela nafas sambil memangku dagu, "Ia juga meninggalkan ibuku begitu saja dan kudengar ia mencari perempuan lain."

Ibu todoroki sedikit tertegun mendengar cerita [Y/N], dipandanginya gadis itu lekat-lekat.

"Ah, apa aku terlalu banyak bicara?" Gadis itu menggaruk pipinya yang tidak gatal, "Kupikir karena sesama perempuan jadi aku tidak perlu ragu. Kata orang biasanya perempuan selalu berbagi cerita saat berkumpul bersama."

Ibu Todoroki tersenyum, "Tidak kok, ibu bersedia mendengar ceritamu." [Y/N] ikut tersenyum.

"Berapa umurmu?"

"Umurku hanya selisih dua bulan dengan aniki, dan kurasa aniki seumuran dengan Shouto-kun." Untuk kesekian kalinya, gadis itu menghela nafas, "Ah, aku jadi merindukan ibu."

"Lalu kenapa kau tidak menemuinya?"

"Aku tidak tahu dimana dia berada."

Tangan Ibu Todoroki terulur kembali untuk mengelus surai coklat gadis itu, "Kau boleh menganggapku sebaga ibumu."

Gadis itu melotot dengan senyuman mengembang di bibirnya, "Benarkah?"

Ibu Shouto mengangguk, "Tentu saja."

"Ah, terima kasih banyak!" [Y/N] memeluk Ibu Todoroki tiba-tiba, meskipun begitu pelukannya tetap dibalas.

Pemandangan pertama yang Shouto lihat saat menggeser pintu adalah ibunya yang terlihat tersenyum bahagia sedang memeluk dan mengusap surai coklat [Y/N] pelan, kekehan juga terdengar saat gadis itu berucap sesuatu yang Shouto yakin ke kanak-kanakan.

Lagi, Shouto tersenyum tipis.

Entah sudah berapa kali ekspresi yang sangat jarang ia tunjukan di muka umum itu terpasang di wajahnya.

blank space. | shoutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang