Short Chapter
***
[Playlist : Shawn Mendes - I Had You.]
***
Salah satu hal paling menyesakkan adalah menghabiskan banyak waktu dan berbagi kenangan dengan seseorang yang hanya menyimpanmu dalam kotak kenangannya.
Kenangan tentang Aurel memang tidak pernah mau lepas dari fikiran. Aku yang semakin hari mencoba sibuk dengan segala pekerjaan tetap saja memiliki waktu untuk mengenang apa saja yang pernah kami lalui bersama.
Tersiksa? Tentu saja iya. Betapa bodohnya aku? Seandainya seandainya seandainya terus berputar di kepala.
Setahun sudah berlalu, lebaran tahun lalu di kota kami hanya ku lewati 3 hari. Dengan alasan sibuk bekerja aku kembali ke Surabaya. Tidak ada yang ku lakukan sebenarnya, hanya aku yang tidak ingin terlalu lama berada di kota itu. Dapat di pastikam seluruh kenangan datang menyerbuku.
****
Untuk Aurelia: Kawan dan masa remajaku.
Aku tahu kamu pasti sangat kecewa. Atau justru bersyukur karena di jauhkan dari lelaki pengecut seperti diriku ini? Tentang waktu yang kita lewati bersama ku harap kamu masih menyisakan ruang untuk bisa mengenangku sebagai seseorang yang pernah berbagi kebahagiaan.
Aku tahu kini kamu telah berbahagia dengan keluarga kecilmu. Aku turut bahagia mendengarnya. Aurel, bisakah kita bertemu untuk nanti akhirnya saling melepas rasa? Aku tersiksa. Sungguh, karena kita berpisah tanpa kata pisah. Karena, aku masih selalu menyimpan rasa.
Aku tahu memang aku lah yang salah. Tapi, bolehkah sekali saja kita berbincang? Aku sangat rindu.
Ah, aku yakin kamu pasti tidak akan pernah menginjinkan aku untuk menemuimu. Tidak pantas, katamu.
[DRAFT]
***
Aku memang selalu terlambat. Sama seperti aku yang terlambat menyadari bahwa kamu sangat berharga dan akhirnya hanya bisa menghabiskan waktu dengan menyesalinya.
Sebuah pesan masuk.
From Andi : Kamu pulang gak? Ada undangan Aqiqah anaknya Aurel.
Kabar tentang Aurel yang baru melahirkan memang ku dengar dari Andi, teman satu daerah ku yang merintis bisnis bersama.
To Andi : Aku lagi sibuk sekali akhir-akhir ini.
Hal semacam ini juga pernah terjadi saat Aurel menikah. Berbohong adalah caraku untuk menyelamatkan diri agar tak bersingggungan lagi dengan semua hal tentangnyaa. Jujur, aku memang pengecut.
From Andi : Yakin? Nikahan nggak datang. Aqiqah juga nggak mau. Move on, Gas!
Sialan.
To Andi : Aku memang sedang sangat sibuk.
Centang dua, biru.
***
Sepagi ini tidak ada yang ku lakukan selain menonton tayangan di televisi secara random. Pagi minggu seperti biasanya.
From Andi : Sent Photo
Sebuah pesan masuk dari Andi. Dia mengirimkan sebuah foto yang ku fikir akan berhubungan dengan acara yang diselenggarakan hari ini.Di foto itu terlihat seorang wanita berkerudung merah muda sedang tersenyum ke arah kamera menggendong seorang bayi dengan gaun berwarna senada. Disisi kirinya Andi dan beberapa kawan lain juga ikut tersenyum dan disisi berlawanan suaminya tersenyum bahagia. Semua orang bersuka cita, khas menyambut manusia baru terlahir ke dunia.
Ah, seandainya dulu aku mau. Mungkin, aku lah yang tengah berbangga dan berbahagia bersamamu. Menggendong buah hati kita. Namun, yang nyata adalah kamu dengan dia yang kini menjadi ayah dari anak pertamamu.
Aku bahagia kau berbahagia. Namun, ada duka yang ku rasa. Tawa itu, bukan aku yang menjadi alasannya.
Kamu bersama seseorang yang aku tak mampu menjadinya. Seseorang yang dengan berani menikahimu bahkan dengan waktu singkat perkenalanan yang terjadi. Aku? Terus merutuki diri karena kata yang terucap saat terakhir kali aku bertemu dengan keluargamu. Sungguh, maafkan aku Aurel.
Jika ada kata yang lebih baik dari kata maaf maka akan ku ucapkan sekarang juga dan ucapan terima kasih untuk segala pengajaran hidup yang telah kamu berikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menemukan Akhir
RomanceJika kau memang bukan orangnya seberapa pun aku jaga maka kita tidak akan ada di akhir cerita.