Aruna#14: Datang Bulan

2.6K 148 15
                                    

Tak banyak yang kupinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak banyak yang kupinta. Cukup beri aku kejelasan dari semua yang terasa.

Aruna Niesha

******

WAKTU istirahat kedua hari ini Aruna lalui sendirian. Biasanya akan ada Kintan yang menemaninya dan menggiringnya menuju kantin. Namun tadi setelah jam istirahat pertama Kintan sudah izin pulang lebih dulu karena magh-nya kambuh sehabis makan seblak super pedas di kantin.

Aruna sudah memperingatkan sahabatnya itu namun memang dasarnya Kintan itu keras kepala jadi ia tak sama sekali digubris olehnya. Dan benar saja baru lima menit menghabiskan semangkuk seblaknya Kintan sudah mengeluhkan perutnya sakit dan langsung muntah-muntah.

Tak berapa lama Aruna langsung membawa sahabatnya itu ke UKS dan langsung menghubungi Juna. Juna datang dengan paniknya dan Kintan langsung menunjukkan sisi manjanya pada pacarnya itu.

Sungguh Aruna iri melihat pasangan love birds itu. Bagaimana Juna yang terlalu perhatian dan panik ketika Kintan sakit dan bagaimana sikap manja Kintan. Andai ia bisa seperti itu pada Dirga.

Duh Runa, mikir apasih?

Aruna memandang hamparan rumput di taman sekolahnya. Angin sepoi-sepoi ikut menerbangkan rambut panjangnya yang tergerai. Diselipkannya rambutnya di belakang telinga.

Dibukanya booknote birunya. Matanya memejam sesaat menikmati semilir angin yang mengatarkan inpirasi untuinya menulis sesuatu dibooknotenya.

Aku terlalu rapuh untuk jatuh cinta
Aku butuh kamu untuk membuatku yakin jika tak hanya aku sendiri yang merasa
Tapi kamu hanya diam
Tak memberikan jawab yang kuharap

Jika memang hanya aku yang merasa
Biarkanku pergi dengan rasa yang kupunya
Lepaskan aku karena hanya akan membuat luka
Kamu dan segala sikapmu membuatku ragu

Inginku yakin jika rasa kita sama
Namun diammu membuatku gamang merasa
Tak banyak yang kupinta
Cukup beri aku kejelasan dengan segala yang terasa

Kembali ditutupnya booknote itu. Kepalanya menengadah, menatap balkon kelas di lantai tiga. Seakan refleksnya bekerja karena seakan merasa ada yang memperhatikannya dari jauh.

Matanya memicing untuk meyakinkan jika seseorang di balik balkon yang sedang menatapnya itu adalah Dirga. Meski terlihat kecil namun ada harapan dihatinya jika memang itu Dirga. Pacarnya yang tengah memperhatikannya diam-diam.

***

Bel pulang sudah berbunyi sejak sepuluh menit lalu. Namun Aruna masih bergeming dikursinya. Ada perasaan tak enak yang membuatnya takut untuk berdiri. Perutnya terasa nyeri sebuah kebiasaan ketika hari pertamanya datang bulan.

ArunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang