Aruna#42: Berdamai

2.6K 146 11
                                    

DIANDRA menikmati semilir angin malam yang menerbangkan surai hitam legamnya. Hampir seminggu menghidar dari Dirga, menahan dirinya susah payah untuk tidak menemui cowok itu semata-mata hanya untuk menenangkan hati dan pikirannya.

Dan kini ia sudah siap menghadapi semuanya. Menyelesaikan benang yang sempat ia buat kusut itu.

Memejamkan mata ketika lagi-lagi angin malam membelai wajahnya. Saat ini ia sedang berada di rooftop rumah Dirga. Tempat yang dulu sering dikunjunginya bersama Dirga untuk menatap bintang di langit, melihat bintang jatuh, ataupun hanya untuk sekadar berbagi cerita tentang mimpi masing-masing, dan satu mimpi mereka yang sama; selalu bersama.

"Aku seneng kamu ajak aku ke sini lagi, Ga," kata Diandra memecah keheningan, "dulu kita sering banget ke sini ya, 'kan Ga?"

Dirga yang berdiri di samping Diandra hanya bergumam, menyandarkan sikunya di pagar pembatas. Memutar tubuhnya menjadi bertolak belakang dengan Diandra.

"Jujur aku seneng saat tau kamu nyariin aku selama seminggu ini," serunya lagi dengan wajah berbinar.

"Lo...."

Diandra meletakkan tulunjuknya tepat di depan bibir Dirga, membuat cowok itu bergeming dengan tatapan mengarah pada telunjuk Diandra berada. "Jangan diperjelas. Aku tau kok," katanya seraya tersenyum.

"Di, ada yang mau gue omongin sama lo."

Diandra mengangguk. "Tapi biarin aku yang lebih dulu bicara, Ga."

Dirga menoleh lalu mengangguk samar.

"Hampir seminggu ini aku nenangin diri aku di tempat Umi. Aku nahan diri aku sendiri untuk gak langsung nemuin kamu saat kak Galen bilang kamu nyari aku.

Tapi setelahnya aku sadar kalau kamu nyari aku itu buat ngomongin tentang ini, 'kan? Tentang kamu yang ingin memperjelas kalau bukan lagi aku dihati kamu tapi Aruna." Dirga menatap Diandra lalu mengangguk ragu.

"Aku udah ambil keputusan kalau keberangkatan aku ke Paris aku majuin," kata Diandra, "Aku ngaku kalah, Ga. Gak ada yang abadi di dunia ini, termasuk perasaan kamu untuk aku. Sejak awal aku udah tau hanya saja aku terlalu egois mengaku kalah.

Tapi sebelum aku pergi dari hidup kamu, bolehkan aku dapetin maaf dari kamu, Ga?" pinta Diandra dengan sorot penuh harap.

Dirga menatap Diandra lalu menangguk, membuat senyum merekah muncul diwajah Diandra.

"Makasih, Ga. Karena nyatanya maaf dari kamu aja udah buat aku bahagia." Diandra menatap Dirga dengan senyum tulusnya.

"Sekarang kamu boleh ngomong. Aku udah selesai."

Dirga berdehem, menatap Diandra yang telah mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Di, gue ... minta maaf. Gue selama ini udah kasar sama lo, seharusnya gue gak gitu. Gue akui kita emang sama-sama salah saat itu. Sama-sama egois.

Tapi Di, maaf karena harus gue akui kalau tempat lo dihati gue udah gak ada." Diandra mengangguk, meski hatinya terasa sakit.

"Gue sengaja ngajak lo ke sini, lo inget kan di sini dulu kita sering ngeliat bintang jatuh? Lalu ngebuat harapan untuk selalu bisa sama-sama?" Diandra lagi-lagi mengangguk dengan menahan tangisnya. "Dan di tempat ini juga gue mau kita hapus mimpi-mimpi yang pernah kita buat. Karena sekarang mimpi kita udah berbeda."

ArunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang