P R O L O G

38 5 0
                                    

Sore itu, langit tampak mulai diselimuti awan mendung. Semua orang mulai mempercepat langkah mereka seakan diburu hujan yang sebentar lagi mungkin akan segera turun membasahi bumi.

Seorang pemuda tampan dengan stelan kemeja kantornya yang lusuh tampak masih berdiri ditengah sebuah taman dengan setangkai bunga mawar yang digenggamnya. Diantara kelopak bunga mawar itu terselip sebuah cincin mungil berwarna putih dengan hiasan permata indah sebagai pelengkapnya.

Mata elang nya menelusuri setiap sudut taman dengan gelisah untuk mencari sosok yang tengah ditunggunya. Ia beralih menatap arloji ditangannya dan kecemasan itu semakin merasuki dirinya saat menyadari jika sudah hampir 4 jam ia menunggu disana.

Ia merogoh ponsel di dalam saku celananya kemudian segera menghubungi nomor kekasih yang sedang ditunggunya.

Suara operator kembali menyapa indera pendengarannya saat ia mencoba menghubungi nomor tersebut.

Tiba-tiba sebuah panggilan masuk membuatnya antusias. Mungkin itu kekasihnya !

Namun, senyuman diwajahnya memudar saat bukan nama sang kekasih yang tertera dilayar ponsel itu. Dengan setengah hati, ia mengangkat panggilan dari nomor tak dikenal itu.

"Hallo ?!"

"............"

"Ya, benar. Dengan siapa aku bicara ?"

"............"

"Rumah sakit ?"

"............."

Persendian pemuda itu seketika melemas saat mendengar kabar penghancur yang baru saja diterimanya. Kedua kakinya nyaris tak dapat lagi menopang tubuh kokoh dan tegapnya. Mata tajam sekelam malam miliknya tampak hampa.

Dengan suara gemetar dan segenap kekuatannya yang tersisa, ia kembali membuka suaranya.

"Ddi.... dimana dia sekarang ?"

~o0o~

Pemuda itu kini berada disebuah tempat bernuansa putih dengan bau obat yang sangat menyengat. Hujan deras telah membasahi bumi sejak 15 menit yang lalu, seakan turut mengiringi langkahnya yang hampa hingga ia akhirnya sampai didepan sebuah ruangan dengan pintu bercat putih yang tertutup rapat.

Dengan tangan luar biasa gemetar, ia mulai memutar knop pintu ruangan itu secara perlahan. Hingga pintu itu telah benar-benar terbuka dan ia dapat melihat beberapa orang suster tengah mencabut peralatan medis dari tubuh pasiennya.

Suster-suster itu menoleh. Menatap iba pada sosok tajam yang terlihat rapuh itu.

Seorang dokter menghampirinya dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, cedera di kepalanya membuat nona itu tidak bisa bertahan," penjelasan singkat Dokter itu sukses membuatnya mematung ditempat. Kerja otaknya seakan melambat untuk dapat mencerna perkataan dokter itu.

Dokter itu kemudian mengisyaratkan suster-suster nya untuk mengikutinya keluar dari ruangan itu.

Mungkin memberi waktu untuk pemuda itu menatap jasad kekasihnya yang telah pergi.

Pintu ruangan kembali tertutup. Dan dalam sekejap, ruangan tersebut berubah menjadi senyap. Perlahan, pemuda itu mulai melangkah hampa menghampiri ranjang pasien kekasihnya dengan tatapan kosong. Pertahanannya runtuh saat melihat sosok kekasih yang dicintainya kini terbujur kaku diatas ranjang rumah sakit dengan wajah memucat dan dingin.

Ia jatuh bertopang lutut disamping ranjang pasien kekasihnya. Digenggamnya tangan dingin itu dengan berjuta kesedihan didalam dirinya.

"Kau berjanji untuk bertemu denganku di taman sore ini.." lirihnya nyaris tak terdengar.

My Lovely GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang