No 4 | Mr Sky: Ketika Sinar Mentari Menyapa Langit |

8.3K 622 15
                                    

|Written On June, 6th 2018|

Lupakan soal sopan santun. Kalau kurasa kau perlu kutendang, kaki pendekku selalu siap untuk melakukan tugasnya.

- Sinar Mentari -

.
.
.


Seorang gadis terbangun dari tidur lelapnya di pagi ini. Tidur yang nyenyak hingga ia melupakan satu hal yang baru saja teringat kembali oleh pikirnya. Dia menguap lebar, sembari menyeka bulir-bulir keringat yang membasahi dahi. Perlahan ia coba meregangkan tubuh. Tidur di bawah rindangnya rimbunan dedaunan dari satu pohon mangga yang ia singgahi, ternyata mampu membuatnya hilang kesadaran total.

Gadis itu termenung sesaat. Mengumpulkan segala potongan ingatan yang ikut tertidur saat dia dengan cerobohnya tertidur lelap sedari pagi. Tepat jam tujuh pagi ini, pesawat yang ia naiki mendarat sempurna di bandara Soekarno. Sembari menunggu jemputan, gadis tersebut malah tertidur tak sadarkan diri hampir empat jam lamanya.

Tak lama ia merogoh ponsel dari dalam tas kecil di atas pangkuan. Setelah menekan satu nama dalam kontak yang ia punya, gadis itu berteriak kesal alih-alih memberi sapaan. "Oi! Sampai kapan aku harus menunggu, sih? Buruan jemput sekarang. Nih di dekat pohon mangga dua ratusan meter dari bandara."

"I busy. Ada kerjaan penting. Cek riwayat panggilanmu, kak. See! Seberapa crazy-nya aku coba menghubungimu semenjak jam seven morning tadi, heh?!"

"Kamu ada telepon aku? Kapan?"

Yang ditanya menggeram kecil dari balik suaranya, "Why? Why ibu menamaimu Sinar Mentari, sih? Toh yang punya nama punya hobi tidur kebablasan kayak semua time kau pikir malam."

"Eh! Enggak usah banyakkan ngoceh. Buruan jemput!"

"Yaelah! Baru juga I bilang. Aku busy, Sun. Forget? Jabatanku sebagai asisten dosen di kampus?"

"Cih! Mahasiswa jamuran macam dirimu jadi Asdos? Geser tuh otak dosenmu kali!"

"I Better. Daripada you, jobless. Bye Bye my ugly sister! Bye bye, pengangguran."

Mentari menempeli benda itu makin mendekati telinga. Jawaban dari lawan bicaranya di sana membuat gadis itu makin berdecak sebal. "Setan lo! Awas, ya kamu, Lex! Kalau sampai aku tiba di sana, bakal kubenturkan kepalamu ke dinding--- Oi? Halo? Halo, Alex?" Tak lama, Dia melempar ponsel tersebut ke dalam tas kembali. "AWAN BURAM! Beraninya teleponku kau tutup! Awas kau!"

Well, Mentari tertidur
di sisi sebelah pohon mangga sambil menyumpali dua telinganya dengan earphone sejak jarum jam di tangan memyentuh angka tujuh di pagi ini. Kopernya ia letakkan asal, berpikir tak ada barang berharga yang ia bawa selama liburannya di pulau Lombok kemaren. Dia berlibur singkat. Sesingkat waktu yang ia butuh untuk melepas jenuh selama statusnya berubah menjadi pengangguran di tahun ini.

Sinar Mentari, gadis berusia dua puluh lima tahun yang tahun lalu terkena PHK. Ya, pemberhentian kerja yang diadakan perusahaan tempat ia bekerja secara besar-besaran saat itu terjadi. Padahal sudah terhitung tiga tahun ia mengabdikan diri di sana. Sayangnya, nasib berkata lain. Dan sekarang bagi Mentari, mencari kerja yang masa kontraknya bisa diperpanjang dengan kepastian di kota seperti Jakarta ini, sama halnya dengan berharap bisa punya pacar ganteng setaraf Lee Min Ho.

Dan jadilah dia miss pengangguran paling miris yang pernah bisa ia bayangkan seumur hidupnya. Dimana ia coba menjalani mahalnya segala kebutuhan hidup dengan sisa tabungan yang makin menipis. Dan untungnya Alex--- nama samaran untuk Awan Kelabu, adiknya itu merupakan sejenis mahluk yang punya prinsip pantang hidup tanpa menutupi tubuhnya dengan benda-benda branded. Dan alhasil, dialah penghuni apartemen nomor 1609 yang lebih sering menafkahi teman serumahnya sendiri. Siapa lagi kalau bukan Mentari.

"TUHAN!!", Mentari berteriak dramatis saat tuju kedua matanya tak menemukan benda yang ia cari. "Koperku dimana?"

Dia sigap memutari pohon mangga di dekatnya berkali-kali. Namun sang koper tetap tak juga ditemukan. Dia mengacak surai rambut frustasi. Sedang panasnya cuaca membuat Mentari mencak-mencak makin kacau, sekacau penampilannya kini.

"Koperku! Dimana?" Lagi ia berteriak kesal.

Berapa kalipun ia mengelilingi pohon tersebut, hasilnya masih sama--- tak ketemu. Dia memutar otak kembali mengingat apapun yang bisa membantunya untuk menemukan benda yang dimaksud. Jongkok, berdiri, jongkok lagi, lalu berdiri lagi. Hingga akhirnya ia mendesah putus asa.

Mentari memutuskan balik ke apartemen dengan memakai jasa Gojek. Sepanjang kakinya menapaki lantai apartamen di lantai enam belas, Mentari hanya bisa menekuk wajah, sedang bibirnya bermonolog menyalahkan diri sendiri. Fokus berjalan, Mentari menangkap tiga bayang manusia tengah berkumpul di muka pintu apartemen miliknya.

"AWAN BURAM!", teriaknya geram dengan langkah memburu mendekati orang yang dimaksud.

🌹🌹🌹
-tbc-
08:15



Bingung ya?!
Sini! Aku yang imut nan manis ini akan bantu jelasin.

Bingung ya?! Sini! Aku yang imut nan manis ini akan bantu jelasin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

Mila sebagai Ibunya Langit.

Jeri sebagai adik Mila sekaligus om nya Langit.

🌸🌸🌸

Sinar Mentari itu nama orang loh ya! Dia lawan peran-nya Langit.

Alex? 😑 itu nama samaran.
Nama aslinya Awan Kelabu, adiknya Mentari.

Terus siapa Awan Buram dan Sengatan Mentari?
Bhahahakk itu nama ejekan kalau duo saudara itu lagi berantem. (Maafken diriku yang menjerat kalian dengan tingkah recehku ini 😂)

🌸🌸🌸

Ada yg bingung sama ucapannya si Awan Buram?
Well, dia mahasiswa jurusan bahasa inggris yang tak pandai speaking speaking English 😢
Maklumi aja. Toh itu ciri khasnya dia kalau lagi ngomong.

...

Salam,
Nona Hani
🐝

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang