No 5 | Mr Sky: Apply for A Job |

7K 592 10
                                    

|Written On June, 6th 2018|

Berapa banyak sudah kertas yang kamu habiskan hanya untuk menuliskan kalimat 'permohonan agar dapat ditempatkan sebagai karyawan di perusahaan yang bapak pimpin?'

- Sinar Mentari -

.
.
.

Dasar Awan buram! Dia bilang sibuk? Astaga, justru bergosip menjadi agenda penting dia bilang?! Awas ya lo!" Mentari membantin kesal saat langkahnya bergegas menghampiri tiga wanita tersebut di sana.

Kumpulan tiga masketir berdaster yang terlanjur terkenal di apartemen tempatnya bermukim berdiri anggun sembari sibuk dengan cerita masing-masing. Sedang Alex, tanpa dosa hanya tersenyum ramah menyambut kedatangan gadis permarah tersebut.

Mentari melototkan mata saat Alex beranjak dari tempatnya bersandar dan memeluk sosoknya dengan erat. "Welcome, my Sun."

"Welcome, matamu! Ini kau bilang sibuk?" Mentari mendorong keras tubuh si pemeluk. Hanya saja kekuatannya sungguh tak sebanding jika melihat porposi tubuh Alex yang menjulang tinggi tak kira-kira.

"I memang busy. Aku harus klarifikasi ke semua tetangga cantik kita ini soal semalam."

"Semalam? Kenapa?" Gadis itu memicingkan mata dan kembali memberontak dalam pelukan. "Jangan bilang, kau ada apa-apa sama tante masketir noh?"

Alex tergelak. Dia baru melepas dekapan saat bersamaan pelototan mata Mentari makin membulat tak percaya. "Kalau sama Kara janda di lantai bawah, mungkin kau boleh curiga. Tapi, Oh my God, Sun! Tiga masketir ini punya suami tampang satpam kompleks loh. Mana berani I kasih senyuman maut begitu saja."

"Awas aja kalau sampai pemilik gedung kasih laporan kalau kau coba goda istri orang. Aku penggal juga tuh leher."

"Elah! I know. Aku bisa bedain mana jombloers mana istri orang kale."

"Terus? Ada apa semalam, heh?"

"Noh! Tiga masketir dasteran penasaran sama penghuni sebelah." Alex menunjuk tiga wanita paruh baya itu dengan dagunya.

Mentari reflek menoleh lalu menyapa, "Halo, ibu-ibu cantik!"

"Halo, juga Mentari di pagi hari." Jawab mereka serempak.

"Lagi pada gosip, ya? Siapa lagi nih yang beruntung jadi bahan gunjingan para masketir berdaster?" Tanyanya tanpa basa-basi.

Ana, salah satu dari mereka berdecak kesal. Sedang Ani, adiknya malah cengengesan menanggapi ucapan Mentari. Dari mereka bertiga, cuma Eni yang punya hati bak malaikat namun berbanding terbalik dengan mulutnya yang super nyinyir. "Kita kedatangan penghuni baru. Tuh di nomor 1610." Eni membuka suara.

"Oh. Kalah cantik pasti." Mentari menjawab acuh sembari melipat tangan di depan dada.

Ana mendengus, "Cantik endasmu! Ganteng, kali."

Ani menimpali, "Berondong, cin. Ingat suami loh ya, bu. Jangan khilaf".

Justru kaulah yang paling berbahaya dibandingkan yang lain, Mentari memicingkan mata, menatap jengah ke yang bicara.

Akhirnya, Alex ikut bersuara. "Namanya Mr Sky."

"Heh!" Serempak kaum hawa berteriak bingung.

"Serius namanya Sky?" Tanya Mentari.

Alex mengganggukkan kepala. "Iya, Sky. Aku Cloud, kamu Sun, dan dia Sky. And, jadilah kita tiga mahluk angkasa."

"Bhaahk! Angkasa, matamu." Mentari menyeringai lantas ia bergegas masuk apartemen saat suara Eni menahannya. "Tar! Nih ada lowongan di hotel BigBang. Jadi housemaid. Kamu pikir dulu deh." Dia mengibaskan selembaran kertas di tangan.

Detik kemudian Mentari sigap memeluk wanita di hadapannya. Dia bahkan melompat-lompat kegirangan, "Tengkyu. Tiga Masketir cantik."

Ana kembali berguman kesal, "Kalau ada maunya aja muji. Kebiasaan."

.
.
.

Esok harinya Tasya bangun dengan wajah berbinar. Dia bergegas mandi dan keramas. Sudah dua harian ini dia tak mencuci rambut sehitam malam miliknya. Tak tunggu lama, dengan cepat Mentari memasuki ruang tamu dan menyambar berlembar-lembar amplop coklat beralamat segala tujuan yang bertumpuk asal di atas mejanya.

Mentari memang sengaja menulis banyak lembar lamaran beralamat aneka ragam tujuan. Mulai dari rumah sakit, hotel, perusahaan kelas atas hingga yang gedungnya baru tercetak masih di blueprint, Mentari sudah setok.

"Hotel? Hotel?" Gumamnya, sedang dua tangannya sibuk mencari. "Aha! Ketemu."

Mentari tersenyum sembari tangannya sibuk membubuhkan tanda tangan dan mengisi baris alamat yang masih kosong. "Awan Kelabu! Tolong antarin aku, dong?"

Alex menyembulkan kepala dari balik dinding dapur, "Ogah. Very busy."

"Sibuk bergosip maksudmu?"

"Ada kerjaan dari Mr. JB."

"JB?" Mentari meraih tas dari atas sofa. "Asisten marketing di ShowIt Branch itu? Kamu jadi kerja sama dia?"

"Of course. I work with Mr JB from yesterday."

"Oh!" Mentari menghampiri pintu depan. Ia kembali meyakini adiknya, "Bisa enggak antar aku sekarang?"

"No!"

"Dasar Awan Buram pelit."

"Stop panggil aku begitu! Malu-maluin aja!"

"Halah! Itu bukti kalau aku sayang kamu."

"Sayang, bullshit! Dasar sengatan Mentari gila!"


🌹🌹🌹
Tbc
Cu at 07:05













Tekan 🌟 sebelum kalian meninggalkan lapakku.

Bantu share juga boleh muehehe.

Salam,
Nona Hani
🐝

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang