" PLN sialan! Lagi asik- asik nonton malah mati listriknya. Bayar mahal-mahal juga tetep aja mati." Runtukku pada PLN.
Malam ini akan jadi malam yang sangat panjang. Listrik mati, jaringan hilang, teman- teman pada pulang kampung. Aku sendirian dalam kesepian.
Aku sebelumnya sedang menonton film mandarin kesukaanku di televisi. Lagi seru - serunya malah mati listrik jelas aku marah lah. Tapi mau diapa lagi memang seperti ini kenyataannya. Aku akhirnya bangkit dan mencoba mencari lilin yang kusimpan di sekitat lemari dapur dengan disinari blitz handponeku.
"Mana sih lilinnya. Kayaknya ku letakkan di sekitar sini deh." ucapku sembari membongkar- bongkar lemari bagian atas dapurku.
"Aha, akhirnya dapat!"
Ujarku bahagia sembari loncat-loncat.Aku melangkah menuju tempat piring, mengambil piring kecil putih. Kemudian aku menuju kompor.
"Cklek"
Kuputar tuas kompor ke arah kiri menyebabkan lidah biru menjilati udara.
Kugenggam lilin ku. Kuletakkan sumbunya di atas lidah biru itu. Api melahap sumbu dengan lahap.
Kumiringkan lilin tepat diatas piring. Kubiarkan api melahap tubuh lilin. Meneteslah sari-sari tubuh si lilin. Tetesan panas berkumpul setitik demi setitik pada dasar piring.
Kutancapkan lilin itu pada lelehannya. Berdiri tegak sekarang si lilin. Memancarkan cahaya yang begitu temaram penuh dengan romansa.
Kubawa lilin itu ke ruang tengah kosan kecilku. Kuletakkannya di tengah meja kecil.
Anak rambutku meggelayut manja di wajah. Kusatukan mereka lalu kuikat membentuk sebuah sanggul tinggi tepat di otak belakang.
"Aaah, mau ngapain aku malam ini. Teman-teman pada pulkam, jaringan gak ada. Bosen banget deh gak ada kerjaan. Mau tidur juga gak bisa panas banget gak ada kipas. Sialan"
Akhirnya aku cuma memutuskan diam menatap lilin.
"Ah!"
Tiba-tiba sekelebat kenangan masa kecilku muncul. Aku terperanjat. Terkenang akan masa itu.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Sebuah Lilin
Teen Fictionhukum alam mengatakan jangan hidup seperti lilin . Tapi pada kenyataannya kita memang hidup seperti lilin