Menatap lilin dimalam sunyi, sendiri. Pikiranku mencoba memutar roll film 17 tahun yang lalu. Pikiranku mencoba mencerna segala kejadian yang kualami. Kudapat simpulnya.
IBUKKU ADALAH SEORANG PEMBOHONG !!!
Ibu selalu bilang bahwa jangan sampai anak-anaknya hidup seperti lilin yang selalu berkorban demi orang lain walau ia tersakiti. Tapi, pada kenyataannya ibu adalah lilin. Ya, ibu adalah lilin kami.
Ibu yang selalu berkorban demi kami walau dirinya tersakiti.
Teringat jelas dalam pikirku ketika usiaku 12 tahun. Saat aku sedang asik- asiknya bermain tak peduli dengan apa yang terjadi di rumah.
Ibu saat itu sedang sakit. Walau sedang sakit ibu tetap memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Tanpa seucapa kata pun meminta bantuanku dan kakak.
Ibukku berkorban demi keluarganya walau ia sedang sakit.
Tepat usiaku 18 tahun, saat itu sedang acara kelulusan. Sekolah kami merencanakan untuk liburan bersama diluar kota. Teringat saat itu aku sangat menginginkan untuk ikut serta. Tetapi biaya yang harus ditebus cukuplah besar. Kondisi keuangan keluarga tak memungkinkan.
Keesokan harinya aku pamit pada ibu untuk sekolah. Ibu memberikanku sebuah amplop.
" Ita, nanti amplopnya langsung dikasi ke wali kelas ya." perintah ibu dengan lembut.
Aku pun mengangguk tanpa berprasangka sedikit pun.
Akhirnya aku pulang sekolah. Seperti biasa aku langsung menuju ke dapur. Aroma tempe goreng begitu menggelitik hidungku. Kulihat dimeja makan ada kakak sedang makan dengan kaki diangkat satu.
"Kak, mana Ibu?" tanyaku
"Ke warung nyari cabe" jawabnya.
Aku hanya mengangguk.
Kuambil sepiring nasi penuh dengan dua buah tempe goreng , sayur asam, dan ikan asin. Air dingin pun tak lupa menemani.
"Dek, kapan kamu berangkatnya?" tanya kakak.
"Berangkat kemana?" tanyaku bingung.
" Lah, katanya mau perpisahan ke luar kota. Gimana sih" jawab kakak.
"Kakak tahu darimana? Aku kan gak pernah cerita." tanyaku
"Dari ibu. Tadi malam ibu nyari utangan ke tetangga untuk bayar uang perpisahanmu." jawab kakak sembari menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.
Jujur, aku sangat kaget mendengar pernyataan kakak. Bagaimana ibu bisa tahu padahal aku tak pernah cerita? Dan apa yang ibu lakukan mencari utangan ke tetangga untuk bayar uang perpisahanku?
"Ibu tahu darimana kak?" tanyaku
"Gak tahu tuh" jawabnya santai
" YANG BETUL NA KAK!" teriakku.
"Kamu ini kenapa sih? Aku gak tahu!" jawab kakak dengan teriakan yang tak kalah nyaring dengan ku.
" kalian ini kenapa sih? Teriak- teriak kayak di hutan aja." ujar ibu dengan tiba- tiba sembari membawa bungkusan plastik berisi cabai.
Aku tertunduk malu sembari memakan nasi. Aku malu pada ibu karena aku menjadi beban untuk ibu. Tak bisa kubayangkan betapa malunya ibu ketika meminjam uang kepada tetangga demi aku.
" Hiiks"
Awalnya setetes. Lama - lama menjadi hujan diatas nasi.
"Hiks..hiks" tangisku
" kamu kenapa nangis dek? Gara- gara kumarahi kah?" tanya kakak.
Aku tak bisa menjawab hanya bisa menggelengkan kepala.
"Ibuu, adek nangis" teriak kakak
Ibu yang berada di ruang depan pun langsung menuju dapur.
"Ita, kamu kenapa?masakan ibu gak enak ya? Maafkan ibu."
Ujar ibu sembari memelukku.Apa yang ibu pikirkan dalam kondisi seperti ini ? Ibu meminta maaf padaku karena makanannya gak enak,?Ya Tuhan sejahat apa aku ini? Tangisku pun semakin pecah dan keras.
Kutatap lilin didepan ku. Kuikuti lelehannya yang bermuara didasar. Tak terasa setetes air mataku ikut menetes menuju ujung mata.
"Bu maafin Ita" ucapku berani
"Ita salah apa? Ibu gak merasa Ita salah kok. Ita kan anaknya ibu yang baik." ujar ibu
Ibu mengapa terlalu baik
" Gara-gara Ita ibu harus minjam uang ke tetangga. Gara-gara Ita ibu harus nanggung malu. Hiks" ucapku terisak.
" Cup, cup anak ibu sudah besar jangan nangis. Ita jangan ngomong seperti itu. Ibu gak malu kok. Malah ibu malu sama Ita karena ibu gak punya uang lebih untuk biayain uang perpisahannya Ita. Maafin ibu Ta." ucap ibu sembari menepuk pelan kepalaku.
Aku tak tahu bagaimana jalan pikirannya ibu. Ibu malah merasa bersalah kepadaku padahal disini aku yang salah. Terbuat dari apa perasaannya ibuku?
Aku tak bisa berkata- kata aku menggelengkan kepala dalam dekapan ibu. Tuhan aku sangat sayang wanita ini.
Ibuku tahu masalah uang perpisahan itu ketika ibu sedang belanja di warung. Ibunya ummy menceritakan tentang perpisahan anaknya yang akan dilaksanakan minggu depan. Ummy adalah teman sekelasku. Ibu hanya bisa diam saat ditanya oleh ibunya ummy apa aku ikut atau tidak.
Ibu tahu aku tak berani bercerita tentang masalah itu di rumah karena kondisi keuangan keluarga kami sedang tidak baik dan ibu memutuskan untuk meminjam uang ke tetangga pada malam harinya. Amplop yang pagi itu ibu berikan ke aku ternyata adalah uang perpisahan itu.
Aku merasa sangat gagal menjadi seorang anak. Aku selalu membuat ibukku merasa malu atas segala kelakuanku.
Saat itu usiaku 5 tahun. Sejak kecil aku terkenal sebagai anak tomboy karena aku memiliki seorang kakak laki- laki. Jadi, sejak kecil aku sudah menjadi preman kampung.
Pernah suatu ketika ibu dimarahi oleh tetangga kami karena aku meludahi anaknya. Siapa suruh dia nakal duluan ya jadinya kuludahi. Kulihat ibu menunduk-nundukkan kepalanya dihadapan tetangga itu dengan ucapan permintaan maaf sedalam-dalamnya.
Tetangga itu pun sudah pergi. Ibu menuju ke arah ku. Ibu mengangkat tangannya bersiap-siap untuk memukulku.
" Ita gak apa-apa kan? Ada yang luka? " tanya ibu sembari mengusap kepalaku.
Aku terdiam. Padahal aku sudah menyiapkan diri dan mental ketika ibu akan memukulku. Ternyata ibu malah mengusap kepalaku.
" Ibu gak marah?" tanyaku
"Untuk apa ibu marah?" tanya ibu
"Ita kan nakal sudah meludahi Andi." jawabku.
" Ita gak nakal. Ita kan anaknya ibu yang baik." ujar ibu sembari memelukku
Dari situ aku mulai berjanji pada diri sendiri untuk tidak membuat ibu malu lagi.
"Plak!!"
Aduh, nyamuknya banyak banget sih. Kugaruk-garuk kasar tanganku yang habis digigit oleh nyamuk.
Bulan semakin meninggi, menandakan malam semakin larut. Tapi aku tak kunjung mengantuk. Lilin pun tinggal setengah. Apakah ceritaku akan berakhir malam ini...
Hay hay semuanya. Gimana cerita kali ini? Maaf ya kalo banyak bgt typo dan gaje di cerita ini. Tolong tinggalkan bintang, kritik,dan saran kalian ya...love you all😍😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Sebuah Lilin
Teen Fictionhukum alam mengatakan jangan hidup seperti lilin . Tapi pada kenyataannya kita memang hidup seperti lilin