Sinar lampu dalam sebuah ruangan menyorot seorang Gadis . Yang sedang duduk manis, di atas panggung. Dan bunyi kamera yang menggaduh di setiap ruangan. Dan di dampingi pembawa acara di sebelah nya."Ya, terkadang saya mencoba untuk mencelakai hidup saya sendiri. Saking gila nya saya di salahi terus menerus."
"Dan juga, air mata dan luka ini, sudah dibayarkan oleh kehidupan saya yang sekarang."
🥀
Rooftop— tampak ada seorang gadis berseragam, sedang duduk di tepi nya. Dibatasi oleh pembatas yang terbuat dari batu tersebut. Menatap hampa kedepan. Entah sedang memikir kan apa.Dengan di temani alunan musik, yang keluar dari handphone genggam nya.
Ini baru saja jam istirahat, bukan nya berada di kantin mengisi perut nya, ia lebih memilih duduk di atas ketinggian ini. Dengan buku yang bersampul berwarna biru laut tersebut. Yang tak lain adalah, tempat dimana ia curahkan isi hati nya.
Gadis cantik, berambut coklat alami, dengan mata hazel nya yang khas. Velzha, nama gadis tersebut. Ia baru saja menginjak kelas 2 SMA.
Melamun, diatas rooftop seperti ini. Sudah menjadi kebiasaan nya setiap hari. Teman? Tak ada satu pun yang berteman dengan nya. Ia lebih menyukai menyendiri .
Ia pun jarang tersenyum, sedikit pun tak pernah.
Huft.
Ia menyadarkan lamun nya, dan membuka buku nya. Ia merasa nyaman disini. "Apakah perjalanan hidup ku saat ini masih sangat panjang?" gumam nya. Ia pun menuliskan sesuatu di buku nya tersebut.
...........
Waktu bel bertanda masuk pun telah berbunyi. Velzha pun mengemasi buku buku nya. Dan masukkan handphone nya kedalam saku rok nya. Ia pun kembali ke kelas nya.
Ia berjalan santai melewati koridor sekolah nya. Ia harus melewati kelas 10 terlebih dahulu. Ia tampak berpapasan dengan adik kandung nya yang sedang bencengkramah bersama lelaki, entah itu sahabat nya atau kekasih nya. Velzha , menatap nya sekilas, pandangan kedua nya bertemu . Velzha pun kembali melangkah kan kaki nya.
"Ck! Semoga lu aman dah!" gumam Velzha, sambil tersenyum miris. Ia sudah biasa mendapati adik nya bersama lelaki. Ya, ia dan adik nya tak begitu dekat. Ibu nya selalu membandingkan kedua nya. Velzha selalu tersudut kan. Selalu!
Velzha pun telah sampai di depan kelas nya. Tampak seorang lelaki bersama sahabat nya sedang bermain di depan pintu. Velzha pun ke susahan untuk masuk.
"Eh misi, si bisu mau lewat." celetuk seorang teman lelaki nya. Mereka pun membuka jalan untuk Velzha. Sudah biasa Velzha di katai seperti itu.
Hampir seisi sekolah, tak pernah menyadari kehadiran Velzha . Dan entah mengapa Velzha nyaman akan hal tersebut. Velzha pun duduk di bangku nya di bagian tengah. Ia duduk sendiri. Tak ada yang duduk bersama nya.
🥀
Bell pulang baru saja berbunyi , Velzha mengemasi perlengkapan sekolah nya. Sisa ia seorang diri di kelas nya. Dengan pelan, ia berjalan keluar kelas nya. Tampak sekolah nya sangat sudah sepi, tersisa ia seorang. Ia telah tiba di depan halte sekolah nya.
Ia mengarah kan pandangan nya ke segala arah. Mencari keberadaan taksi. Kendaraan yang ia miliki? Tidak ada. Hanya adik dan kakak nya saja yang memakainya.
Tak lama taksi pun telah muncul, dengan cepat Velzha pun menaiki taksi tersebut. Di dalam taksi, ia mengarahkan pandangan nya ke arah jendela. Ya, masih melamamun. Pikiran nya kosong saat ini. Sadar, pandangan nya mendapati adik nya sedang berduan bersama lelaki di sebuah taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending
Teen FictionAlvelino: "jangan nangis lagi, Vel." Velzha: "diem deh!" ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ "Luka memang tidak memiliki suara, sebab air mata jatuh tanpa banyak bicara." -(My)Happy ending 012619.