selamat tinggal, herin

437 99 21
                                    

bacanya pake lagu sedih. terserah apa aja pokoknya lagu yang menurut kelen sedih.





•••

terlambat.

herin sudah dikebumikan. bahkan untuk terakhir kalinya, mark pun tak dibiarkan untuk sekedar melihat wajah gadis itu.

mark ingin melihat senyum kala ia tahu kalau lelaki itu menyimpan surat-suratnya. mark ingin melihat wajah malu-malunya seperti saat dia memberi bunga 6 bulan yang lalu. mark ingin melihat lesung pipi yang terbentuk ketika gadis itu tertawa.

mark ingin melihat wajah herin, untuk terakhir kalinya.

namun bahkan semesta tak mengizinkan.

langit cerah, tapi tidak hati mark.

keluarga dan kerabat herin masih memadati pemakaman. mark berdiri di belakang kakak herin—johnny. di sampingnya juga ada yeri, merangkulnya, memberi kekuatan.

"dia curang, yer. gue belum sempet bilang makasih karena surat-suratnya, tapi dia udah pergi duluan." datar, tanpa emosi, namun mampu mengoyak hati yeri. perih rasanya melihat mark hanya mampu menatap makam herin dengan tatapan kosong, tanpa tangisan, tanpa raut kesedihan.

"semua udah diatur sama Tuhan, mark. Tuhan sayang sama herin, Tuhan gak mau liat dia menderita terlalu lama," yeri mencoba tersenyum, memberi kekuatan untuk mark.

menit demi menit berlalu. satu persatu anggota keluarga herin pergi, hingga tinggal sisa yeri dan mark. perlahan, mark maju, mendekati makam herin.

yeri membiarkannya. dia tahu mark merasa kehilangan, meski ia tak punya momen apapun untuk diingat kecuali pemberian bunga saat mos.

mark bersimpuh di dekat makam herin. dia menatap nisan kayu yang menjadi saksi bisu kepergian gadis itu.

HERINA AUDRIA
lahir: 4 september 2002
wafat: 12 februari 2018

bahu mark bergetar. ia terisak. yeri menghampirinya. berjongkok, dia menatap nanar nisan herin.

keduanya terjebak dalam diam. mark berusaha menghentikan tangis, yeri menghapus tetes-tetes bulir bening di pipinya. dia sangat akrab dengan herin, herin adalah adik kecilnya. ketika herin pergi, rasanya yeri kebas hingga tak mampu menangis.

mark mengusap nisan herin. entahlah, meski dia tak punya kenangan apa-apa dengan perempuan yang namanya tercetak di nisan itu, dia tetap merasa sedih. amat sedih. rasanya seperti ditinggal orang yang disayang, padahal mark baru berhasil mengingat herin yang mana satu minggu yang lalu.

gerimis kecil-kecil mulai turun. yeri buru-buru mengusap air matanya, lalu mengelus pundak mark.

"mark, ayo pulang. gerimis," ajaknya pelan.

"gak mau. masih mau sama herin. nanti kalo gue pergi, dia sendirian," kata mark.

yeri menatap miris sahabatnya ini. udah terlambat, mark. "herin nggak sendirian, mark. herin punya banyak temen di sini. ayo. kalo lo ujan-ujanan, nanti sakit. herin gak mau liat lo sakit."

mark mendongak, melihat ke arah yeri yang sekarang sudah berdiri. "bener, yer?"

yeri mengangguk mantap. akhirnya, mau tak mau, mark bangkit. sebelum berdiri, dia masih sempat menyampaikan sebaris kalimat perpisahan untuk herin.

keduanya berjalan keluar dari tpu. tinggal ninja hitam mark di luar area. sebelum naik ke motor, yeri merogoh saku celana hitamnya.

"mark, tadi kakaknya herin nitipin surat ke gue. kata dia, dari herin buat lo," yeri menyerahkan sebuah amplop, yang lagi-lagi berwarna biru.

"bacanya di rumah aja. ntar kalo di sini, lo malah nangis lagi. gak jadi pulang." maksud yeri mengatakan itu adalah bercanda, tapi sepertinya mark tidak menangkap dengan baik candaan yeri barusan.

mark berjalan lunglai ke arah motornya. yeri tahu dia amat merasa kehilangan. yeri bisa merasakan apa yang mark rasakan. dan itu rasanya sangat berat.

"mark, apa mau naik taksi aja? nanti gue telpon lucas biar bawain motor lo," saran yeri.

mark menggeleng pelan. "gak usah. gue masih bisa. ayo naik."

"mark, pelan-pelan aja bawanya."

"iya," mark memakai helmnya, lalu naik ke atas motor.

letters to mark | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang