D U A

41 1 0
                                    

2

"Kalian berdua aja? Mana orang tua kalian?" seorang pria yang sudah terlihat tua berjongkok mensejajarkan tingginya dengan sepasang bocah laki-laki dan perempuan.

Mereka tersenyum polos, pipi chubby milik sang bocah perempuan bersemu merah "di rumah om, aku sama Alan lagi jalan-jalan" diusianya yang baru menginjak lima tahun membuat ia berbicara agak cadel karena belum lancar berbicara.

Sedangkan bocah laki-laki yang dipanggil 'Alan' tadi mengangguk semangat.

"Kalo gitu, om ajak kamu ke tempat main mau gak?"

"Mau om!"

"Tapi ada syaratnya" kedua bocah tersebut saling menatap heran.

"Apa om?"

"Teman mu yang bernama Alan itu harus tinggal" Alan melotot kaget.

"Jangan om, kata mama Alan dan Aluna kami harus sama-sama terus" ucap bocah laki-laki itu menggebu sambil mengenggam erat tangan Aluna namun seakan tuli pria tua itu menarik tangan Aluna dan menggendongnya di pundak.

"OM! TULUNIN!" Aluna berontak dan mengamuk digendongan pria itu namun tentu saja sia-sia karena tenaganya kalah banding.

Alan berusaha mengejar "Om balikin Aluna!!"

"KYAAA LEPAAAS!"

"Luna! Sadar!" sebuah tepukan pelan di pipi membuat Aluna terkejut dan membuka mata, pandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Arlan yang cemas, napasnya tak beraturan sama seperti Aluna saat ini, hembusan napas Arlan menerpa wajah Aluna.

Dapat Aluna rasakan sebuah belaian di pipinya lembut, mengusap air mata Aluna yang tumpah entah sejak kapan itu terjadi.

Gadis itu menunduk semakin terisak "ssst tenang, udah gak ada lagi om nya, udah pergi" Arlan memeluk tubuh Aluna yang bergetar, membenamkan wajahnya di dada membiarkan gadis itu membasahi kaos tidurnya.

"Alan jangan kemana-mana Luna takut" disela tangisnya yang pilu, ia sempat memohon sambil mengeratkan pelukannya seakan kalau pelukan itu lepas maka Aluna akan hancur, Arlan terus menenangkannya, memeluk erat Aluna sampai gadis itu kembali tertidur di dekapan Arlan, lalu membaringkan kembali tubuh Aluna dan menyelimutinya sampai ke atas dada.

Arlan menatapnya sedih, ia menyeka air mata yang sudah membanjiri wajahnya kemudian kembali ke sofa dan tertidur walau agak susah lagipula ini masih jam dua belas malam, besok ia harus bangun untuk sekolah.

Malam itu, setelah shalat Aluna ketiduran di atas sajadah dengan masih mengenakan mukenah, Arlan yang tak sengaja melihat hanya menghela napas lalu melepas mukenah yang Aluna kenakan dan ia gendong gadis itu ke kamarnya, membaringkannya di kasur dengan gerakan pelan agar Aluna tidak bangun.

Sedangkan Arlan menyamankan dirinya di sofa ruang tamu. Tak masalah, Aluna sudah biasa menginap di sini dan tak mungkin ia nanti terkejut kalau saat bangun berada di kamar milik Arlan paling ia akan pulang diam-diam subuh nanti.

***

Arka Rahardian, anggota OSIS terkenal tampan dan juga dia cukup populer di SMA N 6, sama halnya dengan Adimas dan juga Arlan, ya walaupun Arlan sering bolos dari kegiatan OSIS karena ingin tenar saja namun tak disangka juga kalau Arlan mempunyai beberapa fans di sekolahnya, mereka suka dengan sikap nakal Arlan, katanya terlihat keren.

Namun tidak untuk Aluna, malah itu terlihat menjijikan dan setiap Arlan bertingkah aneh pasti gadis itu selalu mencegahnya.

Hari ini, dikabarkan bahwa seluruh guru ada rapat dan kelas dikosongkan tentu saja suasana kelas X.2 saat ini kacau; ada perkumpulan para gadis yang hobi berdandan dan membicarakan tentang Fashion, para laki-laki duduk di pojokan sambil bernyanyi menggunakan meja seolah itu adalah Dram.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not a FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang