1

40 12 18
                                    

Falling in love isn't hurt until there are thing named expectations.

◾❇▪

"Adrian. Pintar ya kamu sudah bisa pulang selarut ini."

Suara berat itu tidak begitu asing lagi di telinga seseorang. Suaranya berusaha menusuk telinga orang yang namanya disebutkan. Adrian benci dengan suara ini.

"Adrian lihat ini!"

Bentak pemilik suara berat itu sambil menyodorkan kertas berisi hasil transaksi yang Adrian gunakan oleh kartu debit.

Orang yang dibentak hanya diam malas menanggapi. Masih memakai seragam yang entah bagaimana rupanya jauh dari kata rapih. Adrian mengalihkan pandangannya dari sorot mata yang seakan ingin memakannya hidup-hidup.

"Adrian Aetos Daniswara!"

Jengah. Sudah cukup bosan Adrian duduk di ruangan keluarga— Rumah yang ia tinggali sama sekali jauh dari kata keluarga baginya. Bosan juga mendengar semua bentakan papahnya lagi. Itu semua adalah transaksi kebutuhan pribadinya per-bulan. Apa ada yang salah? Pikir Adrian.

"Ck. Pah itu semua kebutuhan Adrian. Jadi apa masalahnya?"

"Kebutuhan dari mana?! Apa kurang cukup papah nafkahin dan mencukupi kebutuhan kamu?!" Sang Papah tidak habis pikir. Bagaimana anaknya menghabiskan uangnya yang sangat banyak dengan sekejap.

"Udah selesai Pah? Rian capek tadi di sekolah udah banyak tugas."Dengan langkah malas, ia melangkah menuju kamarnya meninggalkan seseorang yang dipalnggilnya Papah dalam keadaan marah di ruang keluarga.
Sejak tadi, Papahnya itu sudah menahan untuk tidak memberikan pukulan di wajah anaknya sendiri.

Setelah mengunci pintu kamarnya, ia berbaring diatas tempat tidurnya. Hanya menatap langit kamar berwarna putih. Jendela yang sengaja dibuka sedikit, membiarkan angin malam masuk kedalam kamar. Membelai rambut orang yang sedang berbaring di dalam kamar tersebut. Lama kelamaan ia tertidur dengan pulas. Sesaat ia dapat melupakan semua masalahnya hari ini, pikir Adrian.

▪❇▪

"Dara ini sudah jam berapa? Nanti kamu telat."

"Iya Mah bentar lagi Dara turun."

Adara. Perempuan yang biasa dipanggil akrab Dara ini benar-benar memperhatikan penampilannya. Dari mulai ujung rambut hingga ujung kaki. Lihat saja sekarang, ia sudah memperhatikan pantulan dirinya di cermin 30 menit lamanya. Entah apa saja yang ia lakukan selama itu hingga hampir membuatnya terlambat ke sekolah. Akhirnya ia keluar dari kamarnya dan turun untuk segera pamit kepada kedua orang tuanya. Adara memilih memakan sarapannya selama perjalanan ke sekolah dibanding datang terlambat dan berujung mendapat masalah.

▪❇▪

Kakinya turun dari mobil yang ia naiki, menginjak halaman parkir SMA Rajawara.

"Pak nanti kayaknya Dara bakal pulang telat jadi jemputnya telat aja."

"Oh iya dek, nanti bapak jemput habis adek nge-sms bapak aja." Entah kenapa Adara berencana untuk menghabiskan waktu lebih lama di perpustakaan sore nanti.

"Ok pak makasih." Jawab Adara kepada supir yang sudah Adara anggap seperti pamannya sendiri.

Adara meninggalkan halaman parkir dengan tergesa-gesa karena takut telat dan terjebak di ruang BK. Jika itu terjadi, Adara akan mendapat introgasi yang sangat panjang dari guru killernya itu. Memikirkannya saja Adara sudah bergidik.

Syukurlah masih ada 5 menit lagi sebelum bel masuk berbunyi, pikir Adara.

Banyak pasang mata yang melihat Adara berjalan di koridor. Banyak juga tatapan mata cowok seperti memujanya. Tapi hal seperti itu tidak pernah Adara tanggapi. Tidak sedikit juga bisikan-bisikan sirik kepadanya terdengar. Adara terkesan sangat cuek untuk memperhatikan hal seperti itu.

Adara adalah salah seorang siswi most wanted di sekolahnya. Karena memiliki paras yang cantik, putih, rambut yang panjang, walau tingginya yang hanya 158cm, dan hidung mancungnya seperti keturunan orang luar padahal Ayahnya berasal dari Jakarta dan Ibunya yang berasal dari Bandung. Tidak hanya hidungnya, warna mata yang Adara miliki terkesan bukan keturunan asli sepenuhnya. Bagaimana tidak, matanya itu memiliki warna biru hampir abu.  Meski muka Adara terkesan jutek tapi kecantikannya tidak bisa hilang. Mungkin itu yang menjadi banyak pasang mata sirik terhadapnya. Setelah menelusuri koridor, ia sampai di kelasnya yang berada paling ujung. Baru saja Adara menginjakkan kakinya di depan pintu kelasnya, suara yang sangat dikenal—lebih tepatnya teriakan yang sangat dikenal menyambutnya.

"DARA! DARA! DARA!"

"Sal berisik banget sumpah masih pagi ini."

Teman sebangku Dara yang bernama Salsa itu memang tidak ada batas waktu dan tempat untuk berteriak.

"Hehehe...sorry..sorry, lagian lo harus banget tahu. Tadi tuh ada kak Bara nyariin lo."

"Kak Bara?? Yang mana?" Tanya Adara polos.

"Demi apa lo ngga tau cogan Dar??!! Lo sekolah dimana sih udah hampir dua tahun ga kenal kakak kelas cogan??"

"Ga usah pake teriak juga sal. Terus apa kata kak Bara?"

"Iya iya salah mulu gue. Nanti ke kantin bareng katanya. Kalau lo mau itu juga, tapi kalau nggak, ya kak Bara sama gue aja, boleh ya Dar?" Tanya Salsa menggoda Dara.

"Heh inget Guntur masih jadi pacar lo."

"Santai aja, gue sama kak Bara bisa backstreet." Jawab Salsa dengan enteng.

"Wah parah lo, selingkuhin Guntur. Telfon Guntur ah. " Adara mengambil handphonenya yang berada di tasnya.

"Eh eh becanda doang Dar, gue kan setia orangnya. Lagian gue udah nge-ship kalian berdua." Jawab Salsa dengan wajah tanpa dosa.

"Ngobrol aja ngga pernah, main nge ship aja kutu badak. Eh baru inget, ini novel lo yang waktu itu udah selesai gue baca kemarin sal." Adara pun mengambil buku novel salsa yang ia simpan di dalam tasnya.

"Gue aja udah lupa novel gue di pinjem lo Dar. Lo baca sambil di eja kayak nak TK gitu ya? Lama bener bacanya."

"Ngga lah sal, lo tau gue sibuk."

"Sibuk mbahmu, tiap hari gue nanya lagi apa di chat jawabnya tiduran mulu."

"Emang iya lagi tiduran, terus gue harus jawab lagi boker?" Tanya Adara dengan wajah tidak berdosa.

Salsa tidak menghiraukan jawaban dari Adara dan langsung sibuk membalas pesan di handphonenya yang membuat Salsa senyum-senyum sendiri. Adara yang melihatnya pun tidak menanggapi apa-apa.

Tiba-tiba saja seorang guru memasuki ruang kelas. Sontak semua murid yang melihat pun langsung duduk ke tempat duduknya masing-masing. Termasuk Adara dan Salsa yang langsus menyimpan handphone mereka masing-masing.

▪❇▪

a/n

hola

Jangan lupa Vomment ya guys

-luv dari sha

Selesai ditulis 12:59 a.m
23 juni Bandung

VerlassenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang