Corner

43 11 6
                                    

▪▪▪

Rasa ini masih mahir mengeja namamu, dan rindu pun masih belum jemu menunggu kehadiranmu

-Adara-

.

.

.

Sudah sekitar 5 tahun atau lebih-Adara tidak tahu pasti berapa lama ia menunggu. Apa kini 'dia' masih pantas untuk ditunggu dan diharapkan? Apa 'dia' pun memikirkannya kini? Atau 'dia' sudah memiliki pengganti isi hatinya dengan wanita pujaan barunya?

Bahkan tahu 'dia' pergi kemana pun saja tidak tahu. Batin Adara.

Sedangkan dirinya masih disini dengan perasaan dan isi hati yang sama. Isi hatinya hanya untuk yang ditunggu seorang. Semua ini hanya pertanyaan semu yang tidak pernah
tahu kapan akan dijawab bahkan mustahil untuk mendapat jawaban. Menunggu yang tidak tahu kapan akan kembali, atau bisa saja tidak pernah kembali. Adara hanya berharap jika sewaktu 'dia' kembali, perasaannya masih sama untuk yang dinanti.

Duduk sendiri di ujung Cafe. Adara menatap milktea yang ia pesan sedari tadi terletak di meja Cafe. Milktea yang tadinya hangat pun sudah dingin. Tatapannya kosong. Tidak hanya tatapan tapi pikiran Adara pun kosong. Sampai-sampai Adara tidak sadar ada seseorang yang datang menghampirinya lalu duduk di kursi yang berhadapan dengannya begitu saja.

Orang itu hanya duduk diam sambil tersenyum memandang Adara.
Adara yang tersadar dari lamunannya pun tersentak. Senyum itu.

Ia hampir lupa senyuman itu milik siapa, dan lagi senyuman itu pernah menjadi alasan orang di hadapannya berada di dalam hatinya untuk sementara. Perlahan Adara membuka mulut dengan suara bergetar.

"Kak Bara?"

Sontak senyuman orang bernama Bara itu pun makin mengembang.

"Apa kabar?" Bukannya menjawab mengapa kehadirannya disini, Bara malah menjawab pertanyaan Adara dengan pertanyaan lagi. Semua ini mengingatkan Adara kepada beberapa tahun yang lalu ...

▪▪▪


Selesai di tulis 1:19 a.m
Bandung 21 Juni

VerlassenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang