P r o l o g
"Apa harapanmu tahun ini, Ren?"
Rena menatap pemuda di sebelahnya dengan alis bertaut. Dia berpikir apa yang diharapkannya tahun ini? Segala yang ia inginkan sudah dia dapatkan, apa lagi?
"Hmm, entahlah. Bagaimana denganmu, Hikari?"
Hikari, pemuda itu hanya tersenyum. Dia menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan mengucapkan keinginannya keras-keras, seakan ingin Rena mengetahui apa yang ada di dalam hatinya saat ini di depan pohon Tanabata itu.
"Aku berharap, kita berdua bisa bertahan seperti ini, bahkan hingga tiga tahun setelahnya."
Rena terkejut selama beberapa detik, tapi dia pun menyadari rona merah bersemu di pipinya yang berwarna putih. Dia tersenyum pada kekasihnya itu dengan senyuman tulus dan manis. Senyuman termanis yang pernah diperlihatkannya pada HIkari.
Kemudian, setelah HIkari mendesak Rena berkali-kali untuk berharap, akhirnya Rena menangkupkan kedua tangannya di depan dada, dan berharap sesuatu.
"Aku ingin, Hikari terus menjadi milikku, selamanya."
***
"Jadi, besok kau akan pulang ke Tokyo, 'kan?"
Rena mengangguk mendengar pertanyaan teman satu kamarnya dan juga satu negara, Nami, di saat dia tengah menyiapkan keperluannya. Dia menghela nafas sebentar dan kembali sibuk menyusun bajunya.
Dia sepertinya tak terlalu memperdulikan dering ponselnya di meja belajar hingga Nami yang mengangkatnya.
Siapa yang menelpon, ya? pikir Rena di tengah dia menyusun baju dan beberapa buku yang akan dibawa selama perjalanan. Tapi pikirannya kembali terfokus pada barang-barang tersebut.
Nami menyeringai pada Rena saat menutup ponsel Rena dan melirik ke arah kakak perempuan satu-satunya itu.
"Dari Hikari-kun," ujar Nami, "Dia bilang hati-hati di jalan, aisuru."
Rena mau tak mau tertawa, dia melemparkan bantal dari atas kasurnya pada sahabat baiknya itu. Nami senang sekali dengan hubungan Rena dan Hikari, dan selalu menggoda mereka--meskipun itu bukanlah hal yang terlalu bermasalah bagi Rena.
Setelah beberapa lama merapikan baju dan perlengkapan lainnya--dibantu Nami, tentu saja, Rena menghela nafas lega. Dia meletakkan koper pakaiannya di sebelah tempat tidur dan segera pergi tidur.
Sebelum gadis itu hendak mematikan lampu kamar, dia menatap photobox di atas meja sebelah tempat tidur miliknya, yang tentu saja adalah foto dirinya dan Hikari--kekasih Rena yang sudah tiga tahun tak ditemuinya sejak festival Tanabata waktu itu. Rena tersenyum kecil.
"Hikari.. apa kabarmu, ya? Aku rindu sekali padamu."
Rena memiringkan senyumnya, dan membungkus dirinya dengan selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanabata no Ai
Romance"Apa harapanmu tahun ini, Rena?" Rena tercenung setiap kali dia mendengar pernyataan itu terlontar dari pria yang dicintainya, dan dia juga menyadari, kata-kata itulah yang akan memisahkan mereka berikutnya...