Jotarman

235 60 314
                                    

"Copet woii copet! Jangan lari lo!"

Sialan! Copet tak berperikemanusiaan. Berani-beraninya dia mengambil dompet kesayanganku.

Baru saja aku ingin mengejarnya, sudah ada yang duluan membasmi rupanya. Wah, dia terlihat seperti bruce lee di film-film yang sering kutonton, dia melancarkan serangannya dengan menendang 'anu' si preman dan meninju wajahnya yang sudah hancur, tambah hancur.

Oke, aku akan belajar jurus silat itu darinya.

"Good bless man!" ucapku ketika dia berhasil mengalahkan si preman pasar abang yang wajahnya ga beda jauh sama bapak-bapak gerot yang sering kulihat di tv. Dia hanya menganggukkan kepala, dan memberikan dompet kesayanganku itu.

"Hei, nama lo siapa?"

Dia hanya memberiku sebuah kertas kusut, ketika aku memandang kertas itu dia menghilang. Titisan ninja hatori. Coba lagi lain kali Jo.

Aku berencana untuk membukanya di rumah nanti.

***

Asal kalian tahu, aku ini termasuk personil band di sekolahku yang sedang beken tahun ini. Semua perempuan menjerit histeris ketika melihat senyuman serta kedipan dari mataku. Walaupun begitu aku setia loh! Setia sama kejombloanku maksudnya.

Wajahku juga tak kalah tampan dari Manu Rios, laki-laki yang sering banget hadir di dalam wattpad. Dan kalian bisa memanggilku dengan sebutan Jo. Itu nama panggilan, nama asliku Jotarman. Whatt!

Sudah, jangan dipikirkan. Aku teringat kertas kusut yang belum kubuka tadi, berdebar jantung ini seperti ingin perang dunia ketiga. Padahal cuma lihat nama.

Dengan soundtrack lagu menegangkan yang dibuat-buat, aku mulai membuka kertas itu dan tertera tulisan yang rapi. Tetapi, karena efek kekusutan jadi terlihat seperti tulisan ceker ayam.

"Kepo lo."

Singkat, padat, dan jelas. Nasib jomblo gini amat sih, dan mulai detik ini aku bertekad untuk mencari tahu siapa sebenarnya gadis yang menolongku tadi. Aku sudah cocok 'kan jadi bintang sinetron?

"Jotarman!"

Teriakan melengking itu berasal dari suara mamaku, aku segera berlari ke sana, takut dikutuk jadi monyet.

"Iya ma, Jo disini," ucapku sambil mengacak jambul yang badai, dan tersenyum semanis buah.

"Mama mau pergi shopping dulu ya." Mama menarik lenganku. lalu dia mengelus pipiku "Jangan nakal di rumah."

"Emangnya aku bencong apa? Pake dibilangin jangan nakal, haduh mama"
Aku sibuk bermonolog di dalam hati, lalu berkata, "Iya ma, nanti aku langsung tidur. Udah ngantuk nih"

"Oke, bye, sayang"

"Bye ma"

Yess! Akhirnya aku bisa sepuasnya di rumah ini. Aku bisa menghitung banyak lemari, vas bunga, lantai keramik, mungkin menghitung semut juga boleh. Tapi, aku tidak ingin buang-buang waktu. Lebih baik aku bermain ome tv saja di ponselku.

Aku mengklik tombol mulai, pertama kali yang kulihat adalah cewek yang sibuk make up, ga penting. Aku langsung mengklik selanjutnya, selanjutnya, dan selanjutnya.

"Haii," ucap suara yang berasal dari ponselku itu. Aku melihat lebih teliti.

"Hai, ju, " sahutanku terhenti karena dia menjawab duluan, kayak rossi aja suka nikung-nikung.

"Lo!" Dia langsung menutup wajahnya, dan siaranku berganti dengan cewek yang bisa dibilang mirip Miper. Tetapi, aku masih penasaran dengan perempuan yang menolongku di jalan tadi, dia juga yang tiba-tiba mengganti siarannya. Mungkin dia gugup melihat wajahku yang tampan. Seketika lamunanku terbuyar karena suara nyaring yang berasal dari layar ponselku. Ah, aku lupa menghentikannya tadi.

"Ganteng-ganteng kok budeg, dari tadi di say hello ga ngejawab!"

"Eh, maaf, Mbak." Aku langsung menutup aplikasi itu, dan segera menutup mata. Mungkin, aku terlalu lelah hari ini.

Kuharap kita bertemu lagi, princess sangar. Selamat tidur, harus mimpiin aku.

My ignorant boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang