Pada akhirnya mungkin aku hanya menjadi penulis angan. Aku hanya sanggup meratapi kalimat puitis yang kerap aku rangkai. Kalimat itu tak ada gunanya kelak, tidak akan menorehkan harap pada manusia, hanya menjadi asik untuk penghibur jiwaku yang takut pada masa depan.
Bahwa anganku untuk dunia masih belum terwujud semuanya. Aku seolah mengutuk takdir, bukankah kita selaku umat harus berhusnudzon pada Allah. Aku hanya beranggapan bahwa Allh amat sayan, hingga ia tak ingin berpisah lama dengan hamba-Nya. Tak masalah kapan bendera itu diletakkan, aku harus siap dengan kenyataan.Meskipun setiap kali tidur aku khawatir tak akan bangun, atau bangun dengan cairan merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelaga Rindu
PoetryBerisi kata-kata mutiara dan beberapa kalimat filosofis mengenai kehidupan, rindu, kehilangan dan cinta... "Bagaimana kamu bisa bertahan dengan pencarian tiada henti? Berdalih kepercayaan yang nyatanya hanya ilusi. Lantas pulang dengan sisa hati yan...