BAB 1

58 17 0
                                    

Mission for Pretty

Christmas, 2093
Indonesia, 19.00 p.m.

KERETA ini melaju dengan kecepatan tinggi. Aku mengaduh pelan ketika tidurku terganggu akibat gerakan kereta ini yang semakin menjadi. Penumpang sebelahku bahkan menggamit boneka beruangnya lebih dalam, dan membenamkan wajahnya pada boneka itu. Aku menghela napas gusar, berharap semoga tidurku kali ini tidak terganggu sama sekali.

Hampir saja diriku terlelap lagi, ketika suara interkom yang dipasang di telingaku mendadak mendesingkan sesuatu. Aku menekan tombolnya agar suara itu lebih jelas. Ah, suara Yanke, rekanku kali ini.

"Ms. Wesster? Apakah kau disana?"

"Ya, aku masih di kereta. Ada apa?"

"Target telah kami temukan."

Aku tersenyum sekilas. "Bagus, dimana dia?"

"Sepuluh meter di depanmu, Nona. Tepat di dekat pintu masuk sebelah kanan."

Kemudian aku mengekori ucapan Yanke tepat sepuluh meter di depanku. Aku menatapnya tajam, lalu mengambil kacamataku agar bisa membidik jarak jauh dengan jelas. Penumpang di sebelahku yang juga rekanku itu kemudian beranjak dari tidurnya, dan mulai menekan sesuatu hingga boneka itu mengeluarkan dua pistol secara bersamaan.

"Kau ke samping kanan, Pretty. Biar aku tangani para penumpang." Wizard, yang menjadi nama samarannya segera mengomandokan apa yang harus kulakukan. Aku mengangguk, lalu mengambil pistol laras pendek itu dan mengisinya dengan amunisi.

Sebelum Wizard berdiri, aku mencegahnya terlebih dahulu. "Bisakah kau berikan diriku permen pepermint mu itu?"

Wizard menyeringai lalu memgambil tiga permen dan melemparnya ke arahku. Aku tertawa pendek, aku benci jika harus menembak dan mencium aroma darah yang menguar itu. Gadis yang tampak lugu dengan poni menyamping tadi lalu mengangkat bonekanya tinggi-tinggi dan melemparnya pada petugas yang ada di sudut belakang gerbong. Aku mengangguk, operasi kali ini akan segera dimulai.

Sejurus kemudian, tubuhku yang memang sudah dirancang untuk hal-hal seperti ini segera melompat ke samping tempatku duduk. Lalu menembak cctv pengganggu yang sudah kuketahui sejak aku menginjakkan kakiku kemari. Para penumpang lalu menjerit kaget. Selanjutnya, aku meminta Wizard agar membuat bonekanya meledak dan mengeluarkan gas tidur. Dan dia segera melakukannya.

"Aktifkan topeng wajahmu, Pretty!" Komando Wizard melalui interkom. Aku mengangguk, lalu menekan tombol yang berada di belakang leherku.

Aku dan rekanku tak pernah menggunakan wajah asli kemanapun kami pergi. Kami selalu menggunakan topeng wajah yang didesain sesuai hasil curian identitas milik orang. Aku tahu ini hal yang tidak baik, tapi yang namanya tugas memang harus dilaksanakan, bukan?

Sedetik kemudian, hampir seluruh penumpang tertidur kecuali target yang kuincar sedari tadi. Dia menoleh ke belakang dan menatap tajam ke arahku. Aku tersentak sesaat, targetku kali ini adalah seorang laki-laki muda yang seumuran denganku? Wizard tampak menunjuk-nunjuk orang itu lalu memperintahkan diriku untuk menembaknya.

Aku mengangguk, mengangkat pistolku dan kutodongkan ke arahnya. Saat aku melemparkan tembakan ke arahnya, dia dengan gesit menghindar serta menumpas seluruh peluruku dengan benda, seperti perisai namun tak terlihat.

"Mustahil kau tembak, Pretty. Dia sudah menggunakan prototipe curian milik kita." Yanke mengingatkanku.

"Apa yang harus kulakukan? Cepatlah Yanke, dia terus saja menghindari peluruku. Amunisiku hampir habis!"

REBIRTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang