Tiga

299 32 22
                                    

Gubuk seram adalah apa yang kuingat tentang malam itu. Selain terletak di tengah hutan, keadaannya sudah sangat reyot. Tiang kayu penyangganya sudah lapuk dan miring secara berbahaya.

Di dalamnya bahkan lebih seram. Kain-kain kekuningan—yang kutebak dulu berwarna putih—menjuntai dari langit-langit. Sebuah lampu minyak berlapis sarang laba-laba menggantung di antaranya. Cahayanya yang kekuningan bahkan tak cukup kuat untuk menerangi, sehingga ruangan masih setengah gelap.

Dan seakan itu belum cukup seram, penghuninya merupakan seorang nenek renta berambut perak. Ia duduk di depan sebuah meja bundar dengan beberapa benda aneh di atasnya.

Kami sudah duduk di hadapan nenek itu sejak dipersilahkan masuk beberapa saat sebelumnya. Ibu menarikku kedalam pangkuannya. Jungkook masih terlelap di bahu ayah.

Ruangan itu agak panas. Asap tipis meliuk-liuk dramatis dari dupa yang dibakar. Aromanya memabukkan dan membuatku mengantuk.

Menit-menit berlalu dalam keheningan. Nenek itu mengamati kami dengan seksama. Kemudian ayah mengatakan sesuatu yang tak dapat kuingat karena aku sudah terkantuk-kantuk. Kalau dipikir-pikir, aku memang tak mengingat banyak tentang apa yang terjadi di gubuk itu.

Bahkan kini ketika aku mencoba, aku tak dapat mengingat dengan jelas rupa si nenek renta, kecuali kelopak matanya yang hitam tebal—kukira sengaja dicoreng dengan arang.

Walaupun saat itu aku begitu takut, tapi rasa takutku kalah dengan rasa kantukku. Aku dapat mendengar nama Jungkook dan namaku di sebut-sebut beberapa kali. Tapi selain itu aku tak ingat apapun lagi.


Karena semua berubah menjadi lautan kegelapan.


.



Ketika terbangun keesokan harinya, hal pertama yang kulihat adalah langit-langit kamarku yang menguning dan keropos di beberapa tempat.


Artinya kami sudah kembali ke rumah.


Aku terduduk beberapa saat di atas kasur. Selimutku merosot jatuh ke paha. Semalam itu terasa bagai mimpi. Perjalanan itu seperti tidak nyata. Tapi wangi dupa masih samar tercium. Atau itu hanya halusinasiku semata?

Tapi ada yang aneh. Terasa beda.

Leherku terasa berat. Tanganku naik merabanya.

Sebuah batu kaca sebening kristal—atau memang batu kristal—menggantung di leherku. Bentuknya agak gepeng dan menyerupai tetes air. Batu itu berkilau di atas telapak tanganku.

Kemarin aku belum mengenakan ini. Jadi kupikir ini dipakaikan padaku saat aku tidur. Bisa jadi ini pemberian nenek itu. Yaa, kalau yang terjadi di gubuk itu nyata, sih.

Dan aku perlu menanyakannya pada ibu. Atau ayah.

Aku keluar dari kamar dan heran mendapati Jungkook bermonolog ria bersama robot-robot mainannya di meja makan. Dia terlihat normal dan sehat. Seperti kemarin tak terjadi apa-apa.

Ibu mengaduk sesuatu di wajan, ia menyadari kedatanganku dan memberiku senyum selamat pagi.

"Tae? Kau sudah bangun? Mandi dulu lalu sarapan, ya. Hari ini sudah masuk sekolah lagi, kan?"

Aku tak langsung menjawab, melainkan terdiam di tempat. Ibu hari ini bukan ibu yang kemarin. Hari ini senyumnya begitu manis. Kemarin tak ada senyum terbit di wajahnya. Aku bahkan baru menyadarinya sekarang karena kemarin terlalu banyak hal yang terjadi.


"Tae?"

"Eh? Ya?" aku tersentak kaget dari lamunanku.

"Cepat mandi, nanti terlambat."

"Ya."

Pada akhirnya aku berbalik dan menarik lagi pertanyaan yang menggantung di ujung lidah. Mungkin nanti saat sarapan. Karena aku benar-benar akan terlambat jika tak segera mandi.

Ketika berbalik, aku berpapasan dengan ayah yang sudah rapi berjas dan menenteng tas kerjanya. Ia lewat dan menepuk puncak kepalaku sekali. Kemudian terdengar suara benda jatuh. Aku mengintip dari balik tas kerja ayah.

Itu Jungkook. Yang menjatuhkan mainannya. Dan ia sedang menunduk untuk memungutnya.


Kemudian aku terpaku.


Di leher Jungkook, melingkar sebuah rantai.


Berayun-ayun,


Menggantung di ujungnya, sebuah
batu kristal berkilauan.










Tbc



Aku kalo bikin cerita alurnya kok cenderung lelet ya? Wkwk

Tapi yaudasi, alon-alon asal kelakon😄

Dan, O iyaaa, minal aidzin walfaidzin  ya semuanyaa🙏 /bodoamat ca, kadaluarsa/  yaa daripada nggak sama sekali kan😅

Pokoknya makasih banyak yang udah mau baca🙏🙏😘

Save Me [kth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang