Enam bulan berlalu begitu saja. Hari-hari terlewati dengan normal. Rumah terasa damai. Tidak ada teriakan atau bantingan barang-barang.Jungkook sudah sembuh.
Kuharap begitu. Karena tidak ada jaminan bahwa itu tidak terjadi lagi. Tapi sejauh ini—sejak kembali dari gubuk itu—semua baik-baik saja.
Jungkook menjadi lebih ceria dan lebih cerewet daripada sebelumnya. Ia tumbuh dengan begitu cepat. Tingginya sudah hampir menyamaiku. Dan ia semakin tampan tiap harinya.
Aku tahu adikku populer di sekolah—terutama di kalangan murid perempuan. Ketika tak sengaja mengintip isi tasnya, aku melihat banyak sekali kertas warna-warni dengan gambar hati di dalamnya. Aku masih tersenyum geli ketika mengingatnya.
Ah, dia memang adikku.
Hubungan kami sangat dekat. Ia selalu terbuka kepadaku. Ketika malam tiba ia akan diam-diam datang ke kamarku dan menceritakan kegiatannya seharian itu. Kami berbaring tengkurap di atas kasur dengan bandul kalung yang menekan dada kami.
Oh ya, kami punya kalung kristal yang sama. Kejadian di hutan itu rupanya benar terjadi. Ayah mengkonfirmasi. Dan beliau berpesan agar kami tidak melepaskan kalung ini apapun yang terjadi.
Mungkin kalung ini adalah jimat atau semacamnya. Meskipun aku tidak mempercayai hal-hal semacam itu, tapi aku memutuskan mematuhi perintah ayah. Toh tidak ada ruginya juga bagiku.
Tapi, perubahan begitu mendadak terjadi pada Jungkook.
Malam itu, aku baru saja selesai mengerjakan pekerjaan rumahku. Aku berbaring di atas kasur menunggu Jungkook datang dan menggangguku. Setelah berbaring cukup lama, Jungkook tak juga datang.
Mungkin sebentar lagi? Ya, aku harus menunggu.
Tapi ia tak datang. Jadi setelah jam menunjukkan pukul sebelas malam, aku memutuskan mengunci pintuku lalu tidur.
Keesokan paginya, aku turun ke dapur untuk sarapan. Jungkook sudah ada di sana menghadap sarapannya di meja makan. Ia melihatku. Lalu secepat kilat meloncat dari kursi dan menyambar tas sekolahnya.
Suara berisik yang dibuatnya membuat Ibu menoleh dari kegiatannya di depan tempat cuci piring. "Oh, sarapanmu sudah habis?"
Jungkook diam saja. Ia menunduk menghindari tatapan mataku. Ia berjalan menuju rak sepatu sedangkan aku duduk dan mulai memakan sarapanku.
"Ibu, aku berangkat."
"Kalian tidak berangkat bersama?" ibu melihat bergantian padaku dan Jungkook.
Tapi Jungkook tidak menjawab. Ia melesat seperti hantu dan sudah lenyap ketika aku mengedipkan mata.
Jungkook menghindariku.
Dan perasaanku tidak enak tentang ini.
—
Seminggu berikutnya sama saja. Jungkook seolah menghilang dari pandanganku. Entah ia yang pandai melarikan diri atau aku yang kurang memperhatikan. Ia tidak terlihat di sekolah maupun di rumah. Sepertinya Jungkook benar-benar tidak mau melihatku.
Saat itu aku turun untuk makan malam ketika suara-suara datang dari dapur.
"Tidak ibu, aku tidak mau!"
"Kookie kenapa, sayang? Apa kalian bertengkar?"
"Kami tidak bertengkar!"
"Lalu kenapa Kookie tidak mau memanggil Tae-hyung, hm? Apa Tae menyakitimu?"
"Ak—aku, aku—"
"Kookie? Ibu? Kalian sedang apa?" aku datang dan melihat ibu serta Jungkook berdiri di samping kulkas.
Jungkook melihatku. Mendadak wajahnya diliputi ketakutan. Lalu menunduk. Aku tidak mengerti. Ia takut padaku?
"Ibu baru saja mau menyuruh Kookie memanggilmu karena makan malam sudah siap. Tapi kamu sudah turun." ibu menjelaskan. Tangan kanannya mengusap kepala Kookie perlahan. Tapi Kookie masih menunduk.
"Kalau begitu ayo makan! Ayah lembur hari ini, kita makan bertiga, ya?"
Ibu maju dan menarik kursi. Aku mengikuti teladannya. Tapi Jungkook berlari menjauhi meja makan. Aku dan ibu terpaku di tempat duduk kami. Lalu ibu mencoba memanggil Jungkook namun tak ada jawaban.
Sedangkan aku bingung dengan tingkahnya yang aneh.
Mengapa ia berlari dengan wajah basah?
Ya, Jungkook menangis.
Tbc
Haloo lagii
Sebenarnya aku mau up ini udah dari beberapa hari yang lalu tapi banyak kendalanya
Salah satunya sempet kehapus dari draft dan harus nulis ulang😑
Tapi ilang lagi dan kutulis lagi
Aku g ngerti wp lagi meriang apa gimana
Wp keknya benci banget sama aku😑😔Tapi setelah semua kendala itu, akhirnya bisa up juga meskipun hasilnya mungkin g memuaskan dan g sesuai harapan. Maaf maaf maaf
Wp boleh benci aku, tapi kamu jangan😁😂
Terimakasih sudah membaca🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [kth]
FanfictionAku, adalah domba yang di pelihara untuk di sembelih suatu hari nanti jika saatnya tiba.