unpredictable :: two

647 40 10
                                    

Terhitung satu minggu lebih satu hari sudah terlewati sejak Daniel tinggal di apartemen Joya atau lebih tepatnya terjebak di apartemen Joya.nHal yang dilakukan Daniel setiap harinya hanya menganggu Joya. Dimanapun dan kapanpun. Daniel dan suara berisiknya selalu menyapa pendengaran Joya apapun yang sedang ia lakukan.

Hari pertama,

"Joya, aku bosan. Jangan membuat tugas terus, Joya."

"Daniel jangan ganggu aku saat membuat tugas."

Hari kedua,

"Joya, Joya. Ayo bangun. Aku bosan. Joya kenapa kau pemalas sekali?"

"Ck Daniel, this is 4 in the fucking morning. Go away, lemme sleep."

Hari ketiga,

"Joya jam berapa kau akan pulang? Aku bosan sendiri. Aku merindukanmu."

"Kau bisa menonton tv, Niel. Aku sangat sibuk. Bye Niel, aku harus berangkat ke kafe."

Hari ketujuh,

"Joya. Kau manis sekali. Kau cantik. Apa kau terbuat dari permen? Joya, Joya, Joya."

"Daniel, diamlah! Kau sudah mengatakan itu puluhan kali minggu ini. Biarkan aku tidur. Aku benar- benar lelah."

Entah berapa kali Joya sudah mengumpat karena Daniel. Ingin rasanya ia menarik telinga Daniel tapi sayangnya ia hanya bisa melakukannya dalam imajinasinya karena Daniel tak bisa disentuh. Dan sepertinya hari ini akan berlangsung sama seperti hari-hari biasanya.

"Joya bangun. Apa kau tidak kuliah?" Daniel menyibak selimut Joya lalu memukul pelan pipi Joya walau itu tidak ada gunanya karena tangannya menembus.

"Aishh...sepuluh menit lagi, Niel." gadis itu kembali menutup badannya dengan selimut.

Daniel kesal, ia terbang di kamar Joya, melayang kesana kemari sambil menyebut nama Joya.

"Joya, Joya pemalas. Joya yang pemalas." Daniel bersenandung kecil sambil menggerakan tubuhnya di udara dengan santai.

"Ah, baiklah aku bangun. Hentikan itu." Joya bangun lalu segera masuk menuju kamar mandi.

Daniel hanya tertawa lalu kembali turun. Joya terlihat menggemaskan ketika marah seperti itu, bagi Daniel. Hanya perasaannya atau Joya memng sangat lama di kamar mandi ya? Sudah dua puluh menit Daniel menunggu Joya mandi. Jika Daniel perlu mandi, ia hanya akan mandi dalam lima menit.

"Joya apa kau mati di kamar mandi? Cepat keluar. Aku ingin pipis."

"Kau hantu, bodoh. Hantu tak perlu pipis." teriaknya.

"Ahh Joya cepat keluar. Aku bosan."

Joya meniup ramyeonnya yang panas lalu memasukkannya ke dalam mulut. Sesekali matanya melirik jam dinding. Ia takut terlambat kuliah.

"Makan dengan tenang, Joya. Kau masih punya banyak waktu."

Dia tak menyahut karena sibuk mengunyah. Sedikit berantakan karena ramyeonnya masih agak panas walaupun sudah ia tiup sebelum memasukkannya ke mulut.

Daniel duduk diseberang Joya. Mereka sedang duduk berdua di meja makan kecil milik Joya.

Daniel menopang pipinya dengan tangan. Maniknya menatap lurus ke arah ramyeon yang ada dimulut Joya.

"Hmm ramyeon instan lagi? Bukannya gajimu sudah cair? Dan ada banyak bahan makanan di kulkas. Kenapa kau tak memasaknya?"

"Aku tidak sempat."

unpredictable ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang