unpredictable :: three

570 40 15
                                    

Sepasang mata itu kembali melirik ke arah jam dinding, lalu kembali lagi ke film yang ia tonton. Tangannya sibuk memasukkan keripik kentang rasa ayam panggang ke mulutnya. Televisi itu memang menyala tapi atensinya ada di jam dinding.

Daniel mendecakkan lidahnya saat memperhatikan orang yang duduk di sampingnya. "Joya sayang, ini hari Minggu. Kenapa kau terus melirik jam itu? Kau tidak kuliah dan tidak kerja. Fokus saja dengan film yang kau tonton."

Joya menoleh lalu melempar satu keripik kentang ke wajah Daniel. "Sudah berapa kali aku bilang jangan tambahkan kata sayang saat memanggilku."

"Ah iya iya. Jadi, apa yang membuatmu melihat jam itu terus, babe?"

Joya memuat bola matanya. Tadi sayang, sekarang babe. Apa bedanya?

"Temanku akan datang kesini." Joya berucap sambil memasukkan tiga keripik kentang sekaligus ke mulutnya.

Daniel membelalakan matanya, "Kapan?"

Joya melirik jam. "Jam satu siang. Tiga jam lagi. Kenapa?"

Jimin menggeleng. "Tidak, tapi untuk apa?"

Joya menoleh ke Daniel lagi. "Membuat tugas kelompok. Deadlinenya besok hari Senin."

"Kelompok? berapa orang?" Daniel semakin penasaran.

"Hanya berdua. Aku dan dia."

"Apa? berdua?"

"Iya, kenapa?"

"Hmm. Perempuan atau laki-laki?"

Joya menaruh keripik kentangnya lalu menatap Daniel dengan alis berkerut, "Apa urusanmu? Memangnya kenapa?"

Daniel menggaruk tengkuknya. "Hmm.. hanya ingin tau."

"Laki-laki."

Daniel melotot, "Laki-laki? Hanya berdua? Di apartemenmu?"

Joya mengangguk. "Iya, dia teman dekatku. Lagipula kita hanya membuat tugas. Kenapa kau begitu histeris?"

Daniel menggeleng lagi. "Tidak. Siapa namanya?"

"Namanya Hoshi."

"Dia bukan orang korea? Orang Jepang ya?"

"Dia orang korea. Ah itu bukan nama aslinya, tapi dia biasa dipanggil Hoshi."

Daniel mengangguk pelan. Joya menatapnya dengan sebuah senyuman kecil.

"Kenapa kau banyak bertanya?"

"Tidak kenapa."

Ting tong!

Joya melirik jam dindingnya. Jam satu lebih tujuh menit. Itu pasti Hoshi. Ia segera berlari menuju pintu lalu tiba-tiba berbalik badan menatap Daniel yang sedang melayang santai di udara.

"Daniel kau harus sembunyi. Bagaimana jika temanku melihatmu?"

Daniel tertawa lalu melayang di sekitar Joya. "Kenapa aku harus sembunyi? Biarkan saja dia melihatku."

Joya melipat tangannya di depan dada. "Bagaimana jika dia berpikir yang bukan-bukan? Eh? memangnya dia bisa melihatmu ya?"

Daniel mengangkat bahunya. "Mana kutahu. Kenapa tidak kita coba saja. Biar aku yang buka pintunya."

Daniel turun lalu memegang knop pintu. Bersiap membukanya sebelum akhirnya Joya mengahalanginya dengan memukul tangan Daniel menggunakan payung di dekat pintu.

unpredictable ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang