Mimpi

10 1 0
                                    

Rasanya tubuh sangat letih. Bagaimana tidak letih, bulan puasa seperti ini malah jogging. Tentu saja tenggorokan terasa haus, ingin minum namun harus menahannya sampai terbenamnya fajar. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan agar tidak merasakan haus di tenggorokan ini. Lalu aku pun masuk ke kamar yang serba warna pink. Disini aku membaringkan tubuh yang terasa seperti mau retak. Mata menatap langit - langit kamar berwarna putih. Sambil berpikir apa yang harus aku lakukan untuk memanfaatkan waktu luang ini. Tiba - tiba muncullah ide cermelang.

" Kenapa aku tidak membaca buku novel saja. Bukankah untuk menghilangkan rasa bosanku, aku selalu membaca buku novel ", Batin Rensya.

Lalu ku terbangun dan melihat di rak buku perpustakaan kecilku. Mataku mencari - cari dari banyaknya deretan judul buku novel yang berjajar dengan rapi. Mataku tertuju dengan judul novel Autum Melody. Aku pun mengambil buku novel Autum Melody. Ku menghampiri tempat meja belajar, disini aku membaca dengan tekun. Sesekali tangan kanan menutup mulut yang menguap. Mata telah letih untuk membaca buku. Tak beberapa lama aku pun tertidur di tempat meja belajar. Buku novel Autum Melody menutup bagian wajahku.

*****

Kini bulan tak tampak di langit yang ada hanya menyisakan awan kelabu, dengan secara perlahan rintik hujan pun turun. Hujan menjadi semakin deras. seorang gadis berlari dan mencari tempat teduh sebelum menjadi basah kuyup. Sesampai di depan toko kecil, ia mengibas baju switer berwarna hijau tua yang menyisakan bulir - bulir air hujan. Gadis kecil melihat semua toko telah tutup. Tetapi gadis itu, masih tetap berada di toko kecil itu. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang datang. Berulang kali ia mengeluarkan handphone miliknya. Sesekali ia berusaha menghubungi seseorang namun ternyata tak ada jawabannya. Ia pun chatting kekasihnya memberi tahu posisi keberadaannya sekarang, namun tak ada balasan darinya. Meski tahu begitu, gadis itu tetap menunggunya. Meski hujan turun dengan derasnya, ia tetap berdiri di depan toko menahan dinginya udara malam. Ia yakin bahwa kekasihnya akan datang menjemput dia. Ia memandang air hujan yang turun. Tangan lentik putihnya basah di bawah air hujan. Setiap bulir - bulir yang jatuh ada ukiran senyum di bibir gadis kecil itu. Sejak kecil Ia begitu sangat menyukai hujan. Jika saja hari ini, tidak waktunya malam hari mungkin ia akan membiarkan semua tubuhnya terbasahi dengan air hujan.

Tak beberapa lama hujan pun telah reda. Terlihat cahaya lampu dari arah selatan. Hati gadis itu sangat gembira ternyata kekasihnya datang juga. Sepeda montor mega pro berhenti di hadapannya. Lelaki yang memakai baju dan celana jins hitam memadang gadis yang di cintainya. Ekspresi diwajahnya penuh dengan rasa bersalah. Ia meminta maaf kepada gadis pujaannya yang telah membuat ia menunggu lama. Tentu saja gadis itu tidak marah, justru ia malah tersenyum melihatnya telah datang. Ia pun menaiki sepeda motor mega pro. Dalam perjalanan dua kekasih saling berbincang.

" Kamu tadi menunggu lama ta Sya ", tanya Alfan kepada Rensya.

" tidak lama kak ", jawab Rensya dengan singkat.

" tadi aku sudah hubungi kakak berulang kali tapi gak di jawab, aku chatting tapi centang ", dengan ekspresi kesal.

" maaf ya tadi disana gak ada sinyal ", Ucap Alfan.

" emang tadi kamu pulang jam berapa lesnya ? ", Melanjutkankan perkataannya.

" mungkin sekitar jam 07. 50 WIB ", jawab Rensya dengan ragu.

" kok cepat sekali pulang lesmu. Kok tidak seperti biasanya. Jelas saja saat kamu tadi nelfon aku tidak mengangkatnya, karena saat itu aku masih les ", Ucap Alfan.

Memang benar kami berdua beda tempat, tetapi jalur arah les kami sama. Karena itu setiap pulang les Alfan menjemput ku. Sebenarnya itu bukan kemauanku tapi kemauannya sendiri.

" tadi itu di tempat lesku mati lampu karena itu di pulangkan dengan cepat. Toh kalau mati lampu bagaimana kita bisa belajar ", Rensya menjelaskan kepada Alfan.

Tiba - tiba bayangan cerita itu menjadi tak jelas. Padahal ceritanya masih belum selesai. Tangan lentikku bergetar seakan - akan rohku sudah kembali pada jiwaku ini. Ku singkirkan buku novel yang menutupi wajahku.
Ku buka mata secara perlahan. Ku hapus air mata yang membahasi pipiku. Tak menyangka selama aku bermimpi terulangnya kembali cerita masa lalu, membuatku menangis selama tertidur. Astaga aku berharap hal ini tidak terjadi lagi. Aku tidak ingin menangisinya. Sudah cukup hatiku terluka karena dia. Aku tidak ingin mengingat kembali masa lalu, karena hal itu hanya akan membawa air mata.

*****

Ku lihat jendela, tampaknya matahari sudah mulai terbenam. Terdengarnya suara Adzan yang merdu. Ku segara keluar dari kamar. Terciumnya bau aroma masakan ibu. Ku lihat menu berbuka puasa hari ini ternyata gado - gado. Kebetulan sekali makanan favoritku. Ibu menyerahkan piring yang sudah disiapkan gado - gadonya. Aku menuju ruang tamu, disana aku akan makan sambil lihat televisi. Setelah selesai makan aku kembali lagi masuk di dalam kamar. Disana aku lebih banyak menghabiskan waktuku hanya untuk membaca buku novel.

The feeling of heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang