Part 1.

37 1 0
                                    


Happy reading...

****

"Oh My God!!!" Teriak Ivy, ketiga temannya melihat kearah Ivy dengan bingung. Pasalnya, dari tadi Ivy tidak berhenti berteriak.

Mereka saat ini sedang berada di sebuah kafe dekat kampus mereka. Hampir setiap hari setelah selesai kelas mereka masing-masing. Mereka pasti menyempatkan waktu untuk datang kesini. Bahkan, mereka dianggap sebagai pelanggan setia oleh pemilik kafe maupun para pelayan.

Mereka duduk didekat jendela. Sudah menjadi kebiasaan mereka duduk ditempat itu.

Shirly melihat sekeliling mereka, beberapa orang juga menatap bingung kearah temannya itu. Oke, ini mungkin memalukan.

"Ekhm." Shirly berdeham. Membetulkan posisi duduk nya dan berbicara. "Bisa nggak, lo nggak usah teriak-teriak? Malu diliatin orang."

Jane menyahut. "Iya nih, alay banget sih lo. Emang ada apaan sih? " Jane menyambar HP Ivy yang duduk didepannya.

"Ish, lo apaan sih. Sini balikin, gue lagi seneng seneng malah diganggu. " Protes Ivy.

Jane men-scroll artikel yang sedang dibaca oleh Ivy sebelumnya. Ia mengernyit heran dengan apa yang dilihat nya, mungkin karena disana terdapat bahasa yang tidak ia ketahui.
Ivy merebut kembali ponselnya. Lalu tertawa puas.

"Lo nggak bisa bacanya kan? Kasian banget. Makanya belajar bahasa Prancis. " Ucap Ivy.

"Eh lo juga nggak bisa bahasa spanyol kan? Sama aja lo juga nggak mau belajar bahasa itu. Wleee." Sembur Jane, yang diakhiri ia menjulurkan lidahnya.

Ivy mendelik pada Jane, tapi menurut Shirly dan Niana sangat lucu. Diantara mereka, Ivy lah yang paling sulit mengekspresikan kemarahannya, dan kalau pun bisa malah terlihat sangat menggemaskan.

"Hust, berhenti bertengkar." Ucap Shirly seraya menyenggol bahu Ivy agar dia tidak membuat keributan. Jelas saja Shirly menyuruh Ivy tuk diam, Jane itu perempuan yang mudah sekali tersulut emosinya. Jika tidak diberhentikan, mungkin akan terjadi keributan yang besar. Bisa-bisa mereka diusir dari sini. Itu memalukan sekali.

"Ivy, apa yang kau baca tadi? " Ucap Niana. Ia sama sekali tidak terganggu dengan pertengkaran teman-temannya. Karena menurutnya itu sudah sangat biasa sekali. Entah dimanapun mereka berada, pasti ada saja yang mereka ributkan walaupun itu hal kecil sekalipun.

"Zodiak" Sahut Ivy. Niana hanya mengangkat sebelah alisnya tanpa berkata apapun. Jane dan Shirly pun hanya diam, menunggu kelanjutan ucapan Ivy.

"Kalian pasti tau kan tentang ramalan zodiak. Nah, ini gue lagi baca ramalan zodiak gue bulan ini. Dan kalian tau apa? Disini, dijelaskan kalo bulan ini gue bakal ketemu sama jodoh gue!!" Lanjut Ivy yang hampir berteriak kembali pada bagian akhir ucapannya.

Dengan cepat Shirly yang berada disebelahnya menyumpal mulut Ivy dengan Pie milik Niana.

Ivy menelan susah payah potongan Pie itu. Setelah menelannya, ia pikir rasanya cukup enak. Lalu tanpa pikir panjang, ia mengambil potongan Pie lagi milik Niana.

"Yaelah, lo jadi ketagihan." Jane tertawa melihat tingkah temannya itu.

"Enak sih. Eh ntar kalo kita kesini lagi. Gue mau pesen ini ah. Rasanya pas banget dilidah gue." Ucap Ivy sambil menikmati Pie milik Niana.

"Yaiyalah lo pesen sendiri. Masa iya kalo kesini lo bakal ngambil Pie milik Niana tanpa seizin dia." Sembur Jane.

"Hehehe, minta ya?" Tanya Ivy pada Niana. Dan respon Niana hanya menganggukkan kepala.

Lalu Ivy mengambil piring Niana yang masih berisi 3 potongan Pie. Melahapnya tanpa rasa bersalah pun.

Ketiga temannya itu hanya bisa menggelengkan kepala.

"Eh. kalian inget nggak sama bibi gue yang tinggal di desa?" Tanya Shirly.

Mereka bertiga tampak berpikir.

"Bibi Rena?" Ragu Jane.

"Betul." Jawab Shirly sambil tersenyum.

"Terus? " Heran Ivy.

"Bibi gue itu punya satu anak. Dia itu pindahan dari Bulgaria. Lah, karena dia baru pindah, dia berarti belum tau banyak tentang negara ini kan?" Ucap Shirly.

"Lalu? " Jane mulai penasaran dengan apa yang akan di sampaikan oleh temannya itu.

"Bibi Rena nyuruh gue dateng ke desa buat beberapa hari terus ngajak tu orang buat ngikut gue ke sini. " Jelas Shirly.

"Jadi, lo bakal kedesa gitu?" Tanya Niana.

"Begitulah."

"Berarti kita bakal pisah dong. " Ivy memanyunkan bibirnya.

"Tentu saja tidak, kan kita bakal pergi bareng bareng. " Shirly membuat keputusan yang mendadak sekali. Atau sebelumnya dia memang sudah merencanakan nya.

"Tapi kan gue harus kuliah. Ivy sama Niana aja masih ada jadwal kuliah, padet banget. " Spontan Jane.

"Oh ayolah, masa iya gue sendirian kesana. Kalian kan temen gue. Ayo ayo ikut. " Rengek Shirly.

Mereka bertiga memandang satu sama lain.

Lalu Niana berkata. "Berarti, kita harus izin sama dosen dulu. "

"Nggak usah, gue udah ngizinin kalian ke dosen kok kemarin. " Ucap Shirly.

"Lah berarti lo udah ngeputusin sendiri dong. " Protes Ivy.

"Hehehe, santai aja sih."

"Yuk siap-siap. Besok kita harus berangkat. "

"Naik apa? " Tanya Jane.

"Bis lah. " Sahut Shirly.

"Masa iya pake bis sih. " Protes Ivy.

"Lah terus? " Tanya Shirly.

"Pake mobilnya Niana aja. " Ucap Jane. Lalu ia melihat kearah Niana, bukannya dia. Tapi kedua temannya juga.

"Boleh na? " Tanya Shirly pada Niana yang hanya diam sedari tadi.

"Na? Lo lagi ngeliatin apa sih? " Heran Ivy. Lalu ia melihat sekeliling, tidak ada yang mencurigakan.

"Na, lo kenapa? " Tanya Jane.

Shirly pun ikut melihat sekitar.

"Ekhm." Niana berdeham. Lalu ia membereskan barang-barang nya. Dan berkata. "Ayo pulang. Udah mau sore. "

Teman-temannya mengernyit heran, tapi tetap membenahi barang-barang mereka.

Setelah selesai, mereka langsung keluar dari kafe tersebut tanpa khawatir karena mereka sudah bayar sebelumnya.

Mereka masuk kedalam mobil Honda Jazz milik Jane. Niana yang mengemudikankannya, Jane duduk dibangku penumpang depan. Sedangkan Ivy dan Shirly dibangku penumpang belakang.

Setelah menjalankan mobilnya menjauh dari area kafe. Shirly bertanya.

"Lo tadi kenapa sih Na? " Tanya Shirly yang berada dibelakang Niana.

"Iyah, aneh banget. " Sahut Ivy.

Jane hanya melihat kearah Niana heran.

"Aku juga tidak tau, tapi feelingku. Posisi kita sedang terancam. Mungkin kalian tidak bisa menyadari itu, karena beberapa orang disana sepertinya pintar sekali menyembunyikan identitas mereka." Jelas Niana tanpa mengalihkan fokus matanya dari jalan. Ia nampak begitu serius mengemudi.

Ketiga temannya mengernyit heran.

"Aku tidak mengerti. " Ucap Ivy.

"Mata-mata Dexter. " Ucapan Niana membuat ketiga temannya terkejut.

*****

Sorry aja sih kalo bahasanya campuran. Karena mereka emang nyesuain bahasa sama keadaan.
Thanks yang udah mau baca cerita nggak jelas punya aku:-)

Zodiac Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang